Internasionalisasi Moderasi Beragama, Islam Nusantara, dan Islam Berkemajuan
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa).
Puisi :
"Doa Ulama di Langit Jakarta"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Jakarta sebagai kota global memiliki kompleksitas sosial, budaya, dan ekonomi yang terus meningkat. Di tengah dinamika tersebut, ulama memegang peran penting sebagai penjaga moral publik, pembimbing sosial, dan agen diplomasi nilai. Dalam perspektif Islam, peran ulama bukan hanya tugas keagamaan, tetapi juga mandat peradaban (civilizational mandate). Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran: 110)
Ayat ini memberikan landasan normatif bahwa ulama sebagai representasi ilmu dan akhlak memiliki tanggung jawab sosial dan global. Di Jakarta, ulama menempati posisi strategis dalam membangun harmoni di kota megapolitan sekaligus memperluas jejaring diplomasi global.
Artikel ini mengkaji secara ilmiah dan empiris bagaimana diplomasi ulama Jakarta membentuk citra Jakarta sebagai kota global melalui moderasi beragama, Islam Nusantara, dan Islam Berkemajuan, dengan dukungan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis sebagai basis teologis.
1. Diplomasi Moderasi Beragama Ulama Jakarta di Arena Global
1.1 Landasan Dalil Moderasi (Wasathiyah)
Moderasi beragama bukan konsep baru dalam Islam. Al-Qur’an telah memberikan fondasi teologis:
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu umat yang moderat (wasathan), agar kamu menjadi saksi atas manusia." (QS. Al-Baqarah: 143)
Ayat ini menjadi dasar epistemik bahwa umat Islam harus tampil sebagai penengah, tidak ekstrem, dan tidak liberal. Ulama Jakarta menjadikan prinsip ini sebagai pijakan dalam membangun harmoni sosial di kota yang sangat majemuk.
Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya sikap moderat:
"Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan." (HR. Baihaqi)
Dalil-dalil ini menguatkan bahwa moderasi bukan kompromi, tetapi keutuhan pandangan yang menjaga stabilitas sosial.
1.2 Praktik Moderasi Empiris di Jakarta
Secara empiris, ulama Jakarta:
- Terlibat dalam forum internasional mengenai interfaith harmony
- Menjadi mediator konflik sosial berbasis agama
- Mengembangkan khutbah dan kajian berbasis data sosial
- Menginisiasi program deradikalisasi dan literasi digital
Penelitian Fakultas Dakwah UIN Jakarta (2023) menunjukkan bahwa program moderasi beragama telah meningkatkan indeks toleransi di Jakarta secara signifikan.
2. Internasionalisasi Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan dari Jakarta
2.1 Islam Nusantara: Dalil Kultural dan Diplomasi
Islam Nusantara berbasis pada prinsip:
- dakwah bil hikmah
- kelembutan akhlak
- adaptasi budaya
- toleransi antar-etnis dan agama
Prinsip ini sejalan dengan firman Allah:
"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik." (QS. An-Nahl: 125)
Rasulullah SAW juga menekankan:
"Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai kelembutan pada setiap perkara." (HR. Muslim)
Karena itu, Islam Nusantara diterima dunia sebagai model Islam ramah, bukan marah; Islam yang menyerap kearifan lokal tanpa kehilangan kemurnian aqidah.
Jakarta sebagai pusat diplomasi, pusat kunjungan ulama dunia, dan kota multikultur menjadi panggung internasionalisasi Islam Nusantara.
2.2 Islam Berkemajuan: Dalil Intelektual dan Sains
Islam Berkemajuan berakar pada ayat-ayat penegasan kemajuan ilmu:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Dan ayat pertama yang turun:
"Iqra' (bacalah) …" (QS. Al-Alaq: 1)
Ulama Jakarta mengembangkan Islam Berkemajuan melalui:
- riset keislaman urban
- pendidikan modern
- pemanfaatan teknologi dakwah digital
- diplomasi pendidikan internasional
Kombinasi Islam Nusantara (kultural) dan Islam Berkemajuan (intelektual) menjadi modal unik diplomasi keulamaan dari Jakarta.
3. Strategi Komunikasi Diplomasi Ulama Jakarta
3.1 Dalil Komunikasi Dakwah yang Efektif
Dalam Al-Qur’an, prinsip komunikasi yang baik ditegaskan:
"Dan katakanlah kepada manusia perkataan yang baik." (QS. Al-Baqarah: 83)
Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil ini mengokohkan pentingnya strategi komunikasi moderatif, argumentatif, dan etis untuk menjaga suasana kota besar yang sensitif terhadap perbedaan.
3.2 Diplomasi Komunikasi dalam Praktik
Ulama Jakarta mempraktikkan diplomasi komunikasi melalui:
- Ceramah digital internasional
- Kolaborasi dialog antaragama
- Diplomasi kemanusiaan (Palestina, Rohingya, Gaza)
- Webinar global tentang Islam moderat
- Riset jurnal internasional tentang Islam urban
Pendekatan ini membuktikan bahwa ulama Jakarta telah melampaui peran dakwah lokal menuju global religious diplomacy.
4. Peran Ulama dalam Membangun Citra Jakarta sebagai Kota Global
4.1 Dalil Tugas Sosial dalam Membangun Kedamaian
Islam mengajarkan pentingnya membangun perdamaian sosial:
"Dan jika kamu dapat mendamaikan dua kelompok yang berselisih, maka damaikanlah mereka." (QS. Al-Hujurat: 10)
Citra kota global sangat ditentukan oleh kedamaian warganya, dan ulama menjadi penopang utama harmoni publik di Jakarta.
4.2 Diplomasi Pendidikan, Zakat, dan Kemanusiaan
Ulama Jakarta memperkuat citra kota melalui:
- pendidikan Islam untuk mahasiswa internasional
- program zakat profesi dan urban zakat bersama BAZNAS DKI
- diplomasi kemanusiaan lintas negara
- penguatan masjid sebagai pusat layanan sosial dan ekonomi
Semua ini selaras dengan sabda Rasulullah:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
5. Kolaborasi Ulama–Pemerintah dalam Diplomasi Kota Global
5.1 Dalil Kerjasama Kebaikan
Kerja sama ulama dan pemerintah memiliki dasar teologis:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa." (QS. Al-Maidah: 2)
Kolaborasi ini terlihat dalam:
- program moderasi beragama
- penguatan ekonomi umat
- event internasional keagamaan
- advokasi sosial dan kemanusiaan
5.2 Dampak Empiris
Penelitian CSIS (2024) menunjukkan bahwa kebijakan inklusif Pemprov DKI yang melibatkan ulama menurunkan tensi konflik sosial dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
6. Tantangan Globalisasi dan Jawaban Ulama Jakarta
6.1 Tantangan
Jakarta menghadapi berbagai tantangan global:
Radikalisme digital
Polarisasi politik
Urban poverty
Migrasi global
Isu perubahan iklim
Hardening of identity (penguatan identitas sempit)
6.2 Jawaban Dalil dan Praktik Ulama
Ulama menjawab tantangan dengan berpijak pada dalil:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan…" (QS. Ali Imran: 104)
Secara empiris, jawaban ulama:
- dakwah literasi digital
- kampanye anti-hoaks
- fatwa ramah lingkungan
- jejaring kemanusiaan internasional
- pendidikan anak muda urban
- dakwah di komunitas multikultural
Pendekatan ini menunjukkan kemampuan ulama Jakarta merespons zaman dengan basis dalil dan data.
Kesimpulan
Diplomasi ulama Jakarta berakar pada dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis yang menekankan moderasi, perdamaian, ilmu, dan kemaslahatan. Secara empiris, ulama Jakarta memainkan peran aktif dalam forum lokal, nasional, dan internasional, sehingga memperkuat posisi Jakarta sebagai kota global yang damai, inklusif, dan berperadaban.
Integrasi Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan memperkaya diplomasi keulamaan Jakarta, menjadikannya lebih adaptif, relevan, dan diterima di dunia internasional. Melalui dakwah digital, diplomasi kemanusiaan, pendidikan, dan kolaborasi dengan pemerintah, ulama Jakarta membuktikan diri sebagai global moral actors yang memperkuat masa depan Jakarta sebagai kota dunia. (Obasa)
