Hubungan KH Ma’shum dan keluarga dengan keluarga Prabowo Sudah Lama dan Jauh Sebelum Pilpres 2009 Sampe Sekarang
Oleh : Dr.H.Basa Alim Tualeka, MSi
(Sahabat KH Ma’shum)
Puisi : Estafet Kepemimpinan
Di bawah langit Bondowoso yang biru,
Di atas tanah suci pondok yang setia,
Estafet kepemimpinan beralih halus,
Dari KH. Ma'shum yang penuh cinta,
Kepada Gus Thoha Ma’shum, putra pertama,
Menerima amanah dengan segenap jiwa.
Tanggung jawab terukir di setiap langkah,
Mengalir dalam darah yang penuh hikmah,
Kejujuran menjadi tiang yang teguh,
Dalam tiap kata dan keputusan yang utuh.
Amanah di pundaknya tak pernah ringan,
Namun hatinya penuh keteguhan iman,
Mengikuti jejak sang ayah yang mulia,
Menjaga pesantren dengan cinta yang sama.
Dari satu tangan ke tangan yang lain,
Estafet kepemimpinan ini mengalir lembut,
Menghidupkan jiwa-jiwa yang rindu,
Pada ilmu, pada akhlak, pada cahaya penuh luhut.
Di bawah bimbingan Gus Thoha yang bijak,
Pondok Pesantren Al ISHLAH terus bersinar,
Menjaga warisan yang suci dan agung,
Menjadi benteng iman yang takkan pudar.
A. Latar Latar Belakang
Portal Suara Academia: Di sebuah desa kecil di Bondowoso, terletak Pondok Pesantren Al Ishlah, sebuah lembaga pendidikan yang telah lama dikenal sebagai pusat ilmu dan pengajaran agama. Pondok pesantren ini didirikan oleh seorang ulama terkemuka, KH. Ma’shum, yang dikenal dengan kebijaksanaan dan dedikasinya dalam mendidik generasi muda.
KH. Ma’shum adalah sosok yang sangat dihormati di kalangan masyarakat sekitar. Selama hidupnya, beliau tidak hanya dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Al Ishlah, tetapi juga sebagai guru yang penuh kasih dan pemimpin yang bijaksana. Setiap hari, para santri di pondoknya mempelajari berbagai ilmu agama dengan penuh semangat di bawah bimbingan beliau. KH. Ma’shum mengajarkan mereka tidak hanya tentang bacaan Al-Qur’an dan hadis, tetapi juga tentang pentingnya akhlak dan budi pekerti.
Pada tanggal 13 September 2018, Pondok Pesantren Al Ishlah mengalami kehilangan besar. KH. Ma’shum wafat setelah menjalani kehidupan yang panjang dan penuh berkah. Kabar duka ini menyebar dengan cepat ke seluruh desa dan sekitarnya, membuat banyak orang berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Tidak hanya keluarga dan santri yang merasakan kehilangan, tetapi seluruh komunitas merasa hampa tanpa kehadiran sosok bijaksana ini.
Sebelum wafat, KH. Ma’shum telah memberikan fatwa dan nasehat yang sangat berharga kepada putra kesayangannya, Gus Thoha Ma’shum LC. Dalam beberapa minggu terakhir hidupnya, beliau memanggil Gus Thoha ke samping tempat tidur dan memberikan petunjuk serta doa-doa penting. Dalam suasana penuh keharuan, beliau berpesan agar Gus Thoha melanjutkan tugas beratnya untuk memimpin Pondok Pesantren Al Ishlah.
“Anakku,” kata KH. Ma’shum dengan suara yang lemah namun tegas, “Pondok pesantren ini bukan hanya sebuah tempat belajar. Ini adalah tempat di mana kita menanamkan benih-benih iman dan taqwa kepada generasi mendatang. Tugasmu adalah menjaga amanah ini dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Jangan pernah lupakan nilai-nilai yang telah kita tanamkan di sini.”
Gus Thoha, yang selalu menjadi putra kesayangan dan pengganti yang diharapkan, menerima pesan tersebut dengan penuh kesadaran. Ia tahu betul beratnya tanggung jawab yang ada di pundaknya, namun ia bertekad untuk melanjutkan perjuangan ayahnya dengan penuh dedikasi. Beliau sudah siap untuk meneruskan kepemimpinan Pondok Pesantren Al Ishlah dengan semangat dan keikhlasan yang sama seperti yang dicontohkan oleh KH. Ma’shum.
Setelah wafatnya KH. Ma’shum, Gus Thoha mengambil alih kepemimpinan pondok pesantren. Dalam waktu singkat, ia menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dengan bijaksana dan adil. Beliau meneruskan metode pengajaran ayahnya, memastikan bahwa setiap santri mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bimbingan yang memadai. Gus Thoha juga memperkenalkan beberapa inovasi baru, seperti program pembelajaran berbasis teknologi dan pengembangan kurikulum yang lebih modern, sambil tetap menjaga tradisi dan nilai-nilai yang diajarkan oleh KH. Ma’shum.
Pondok Pesantren Al Ishlah terus berkembang dan menjadi pusat pembelajaran yang semakin dikenal luas. Gus Thoha Ma’shum LC, dengan bimbingan dan inspirasi dari sang ayah, berhasil membawa pondok pesantren ke tingkat yang lebih tinggi, mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas dalam ilmu agama tetapi juga memiliki integritas dan akhlak yang baik.
Di setiap sudut Pondok Pesantren Al Ishlah, jejak-jejak KH. Ma’shum masih terasa. Nama beliau terus dikenang dalam doa-doa dan penghargaan yang diberikan oleh para santri dan masyarakat. KH. Ma’shum telah meninggalkan warisan yang sangat berharga, dan melalui putranya, Pondok Pesantren Al Ishlah terus meneruskan misinya untuk mendidik dan membimbing umat menuju kebaikan.
Kehidupan KH. Ma’shum adalah contoh nyata dari dedikasi dan pengabdian yang tulus, dan kisahnya akan selalu dikenang sebagai bagian penting dari sejarah Pondok Pesantren Al Ishlah. Melalui putra kesayangannya dan lembaga yang telah beliau dirikan, ajaran dan nilai-nilai beliau akan terus hidup dan memberi manfaat bagi generasi-generasi mendatang.
B. Nasehat Terakhir KH. Ma’shum kepada Gus Thoha
Di penghujung hari-hari hidupnya, KH. Ma’shum mengumpulkan putra pertama kesayangannya, Gus Thoha Ma’shum LC, untuk memberikan nasehat yang sangat berharga. Dalam suasana penuh keharuan dan kesadaran bahwa waktunya semakin mendekat, KH. Ma’shum memandang Gus Thoha dengan penuh kasih sayang dan kebanggaan.
“Anakku, Gus Thoha,” kata KH. Ma’shum dengan nada yang lembut namun penuh makna, “ayah ingin engkau mendengarkan nasehat ini dengan hati yang terbuka. Selama hidupku, ayah telah memiliki banyak teman dan kenalan, dari pejabat-pejabat tinggi kota seperti bupati dan gubernur, hingga menteri-menteri dan bahkan presiden. Tak lupa juga, para pengusaha dan tokoh-tokoh penting di tanah air.”
Gus Thoha mendengarkan dengan seksama, mata penuh rasa hormat dan kekaguman.
“Teman-teman dan kenalan ayah ini tidak hanya datang dari berbagai lapisan masyarakat, tetapi mereka juga memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan dan pembangunan negara ini. Namun, meskipun memiliki banyak hubungan, yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan posisi dan pengaruh kita untuk berbuat kebaikan.”
KH. Ma’shum melanjutkan, “Suatu hari nanti, engkau mungkin akan memiliki teman dan kenalan seperti yang ayah miliki, tetapi lebih dari itu, ayah berharap engkau juga dapat memegang posisi penting di pemerintahan atau dalam masyarakat. Tidak hanya untuk meraih prestasi, tetapi untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan orang banyak.”
Gus Thoha menundukkan kepala, merenungi setiap kata yang disampaikan oleh ayahnya.
“Apa yang engkau lakukan dalam posisi itu harus selalu dilandasi dengan prinsip-prinsip Islam yang kokoh,” lanjut KH. Ma’shum. “Pegang teguh rukun Islam dan rukun iman, dan laksanakan semuanya dengan jujur dan penuh amanah. Ingatlah selalu bahwa posisi yang engkau pegang adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Jangan pernah melupakan nilai-nilai kejujuran dan keadilan.”
Beliau melirik putranya dengan tatapan penuh harapan dan kepercayaan. “Engkau akan menghadapi berbagai tantangan dan godaan dalam perjalanan hidupmu. Tetapi jika engkau tetap berpegang pada prinsip-prinsip ini, maka engkau akan mampu membuat perubahan positif bagi masyarakat. Jadilah pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang kebaikan, tetapi juga mewujudkannya dalam tindakan.”
Gus Thoha mengangguk dengan tekad yang bulat. Ia menyadari betapa beratnya tanggung jawab yang akan diembannya, tetapi kata-kata ayahnya menjadi pendorong yang kuat untuk menjalankan amanah dengan penuh integritas dan dedikasi.
KH. Ma’shum mengakhiri nasehatnya dengan sebuah doa. “Semoga Allah SWT memberikanmu kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Semoga engkau selalu berada di jalan-Nya, dan setiap tindakanmu membawa berkah dan manfaat bagi umat.”
Dengan penuh rasa hormat dan cinta, Gus Thoha mencium tangan ayahnya dan berjanji untuk memegang teguh nasehat yang telah diberikan. Kehidupan KH. Ma’shum telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam hati setiap orang yang mengenalnya. Dan dengan meninggalkan pesan-pesan berharga tersebut, KH. Ma’shum memastikan bahwa warisannya akan terus hidup dan menjadi panduan bagi generasi penerusnya.
Dalam hari-hari setelah kepergian KH. Ma’shum, Pondok Pesantren Al Ishlah melanjutkan perjalanan yang penuh berkah di bawah kepemimpinan Gus Thoha. Setiap langkah dan keputusan yang diambil Gus Thoha mencerminkan prinsip-prinsip dan nasehat yang telah disampaikan oleh sang ayah. Pondok pesantren terus berkembang sebagai pusat pembelajaran dan pengabdian, mewujudkan visi dan misi yang diwariskan oleh KH. Ma’shum dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
C. Dukungan Prabowo presiden dari 2009, 2014, 2019 dan 2024
Menjelang akhir hayatnya, KH. Ma’shum merasa tenang dengan segala pencapaiannya. Beliau telah menjalani hidup yang penuh dengan dedikasi, mengabdikan diri untuk pendidikan dan pelayanan masyarakat. Di tengah berbagai tanggung jawab dan urusan sehari-hari, KH. Ma’shum juga selalu menjaga hubungan baik dengan banyak tokoh penting, termasuk keluarga besar Prabowo Subianto.
Kedekatan KH. Ma’shum dengan Prabowo Subianto bukan hanya bersifat pribadi, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada pilihan politik keluarga besar KH. Ma’shum. Pada Pemilu 2019, mereka memberikan dukungan penuh kepada Prabowo sebagai calon presiden, dan dukungan itu tidak pernah surut. Pada Pilpres 2024, mereka tetap setia mendukung Prabowo, memperlihatkan konsistensi dan loyalitas mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir sebelum wafat, KH. Ma’shum dan Prabowo Subianto sering berkomunikasi mengenai berbagai hal penting. Mereka berdiskusi tentang masa depan bangsa, harapan-harapan yang ingin diwujudkan, dan peran serta tanggung jawab yang harus dijalankan oleh setiap individu untuk mencapainya. KH. Ma’shum merasa yakin bahwa Prabowo memiliki visi yang sama untuk memperbaiki negara dan memajukan kesejahteraan rakyat.
Ketika KH. Ma’shum mengetahui bahwa ada kemungkinan Prabowo akan meminta bantuan dari keluarga besarnya dalam pemerintahan mendatang, beliau tidak merasa terkejut. Beliau telah menanamkan dalam diri putranya, Gus Thoha Ma’shum LC, prinsip-prinsip integritas, kejujuran, dan amanah yang harus dipegang teguh. Dalam suasana penuh kehangatan dan rasa persaudaraan, KH. Ma’shum memberikan pesan terakhirnya kepada Gus Thoha.
“Anakku,” kata KH. Ma’shum dengan nada penuh harapan, “seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya, keluarga besar kita selalu mendukung Prabowo Subianto. Kami percaya bahwa beliau adalah pemimpin yang memiliki visi dan tekad untuk memajukan negara. Jika suatu saat Prabowo meminta bantuanmu untuk bergabung sebagai salah satu menteri atau posisi penting lainnya, terimalah dengan senang hati.”
Gus Thoha mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa nasihat ini bukan hanya tentang dukungan politik, tetapi juga tentang tanggung jawab yang harus dijalankan dengan penuh kesungguhan.
“Jangan hanya melihat ini sebagai sebuah kesempatan, tetapi sebagai amanah yang harus engkau laksanakan dengan sepenuh hati. Pegang teguh prinsip-prinsip yang telah kita ajarkan: jujur, adil, dan penuh tanggung jawab. Lakukan setiap tugas dengan penuh keikhlasan dan dedikasi. Ingatlah bahwa setiap keputusan yang engkau ambil akan mempengaruhi banyak orang.”
Gus Thoha mengangguk, meresapi setiap kata yang disampaikan oleh ayahnya. Ia merasa terhormat atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan oleh ayahnya serta keluarga besar mereka terhadap Prabowo.
KH. Ma’shum mengakhiri pesannya dengan doa dan harapan. “Semoga Allah SWT memberimu kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjalankan amanah ini. Jadilah pemimpin yang dapat membawa perubahan positif dan terus berbuat kebaikan untuk rakyat. Kami percaya engkau akan mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.”
Ketika KH. Ma’shum wafat, Gus Thoha merasakan kehilangan yang mendalam. Namun, ia juga merasa diberkahi dengan amanah dan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Dalam masa-masa setelah kepergian ayahnya, Gus Thoha terus menjaga hubungan baik dengan Prabowo Subianto dan siap menerima tawaran yang mungkin datang.
Ketika Pilpres 2024 mendekat, dukungan keluarga besar KH. Ma’shum kepada Prabowo Subianto tetap kokoh. Gus Thoha siap menjalankan peran apapun yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab dan amanah, sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh KH. Ma’shum.
Dalam perjalanan politiknya, Gus Thoha terus melanjutkan warisan ayahnya, menjadikan setiap langkah dan keputusan sebagai wujud nyata dari ajaran dan harapan KH. Ma’shum. Dukungan dan amanah yang diberikan kepada Gus Thoha menjadi cermin dari dedikasi dan komitmen keluarga besar KH. Ma’shum dalam memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa dan negara. (Obasa Tualeka)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar