Puisi :
"Soa Tualeka di Negeri Pelauw Asal Jawa"
A. Abstrak
Portal Suara Academia: Artikel ini membahas asal-usul marga soa Tualeka di Negeri Pelauw, Kabupaten Maluku Tengah, yang menurut tradisi lisan merupakan keturunan tokoh-tokoh dari Jawa yang pertama kali masuk ke Maluku dengan membawa ajaran Islam. Kehadiran mereka tidak hanya memperkenalkan Islam, tetapi juga membentuk identitas soa yang hingga kini menjadi bagian penting dari struktur sosial masyarakat Pelauw. Ketentuan adat yang mewajibkan setiap orang Jawa yang masuk ke Negeri Pelauw untuk bergabung ke dalam soa Tualeka memperlihatkan bagaimana narasi asal-usul dipelihara dan dilembagakan dalam adat. Artikel ini menempatkan kisah Tualeka dalam konteks sejarah Islamisasi Maluku serta dinamika sosial-budaya masyarakat adat.
Kata kunci: Tualeka, Pelauw, Maluku Tengah, Islamisasi, tradisi lisan, soa
B. Pendahuluan
Sejarah Islamisasi di Maluku merupakan bagian integral dari proses Islamisasi Nusantara. Sejak abad ke-15, Maluku menjadi pusat penting dalam jaringan perdagangan global rempah-rempah. Para pedagang dari Jawa, Arab, Gujarat, dan Ternate tidak hanya membawa komoditas, tetapi juga agama, budaya, dan sistem pengetahuan baru.¹ Jalur perdagangan rempah menjadikan Maluku sebagai simpul interaksi transregional di mana Islam diperkenalkan, diterima, dan akhirnya berakar dalam kehidupan masyarakat lokal.
Dalam konteks Maluku Tengah, Islamisasi tidak hanya berlangsung melalui otoritas politik kesultanan Ternate dan Tidore, tetapi juga melalui dakwah para muballigh yang datang langsung dari Jawa.² Di Negeri Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku, terdapat tradisi lisan yang menegaskan bahwa marga soa Tualeka adalah keturunan dari tokoh-tokoh Jawa pertama yang berlayar ke Maluku untuk menyebarkan agama Islam.
Narasi ini menempatkan Tualeka bukan hanya sebagai entitas genealogis, tetapi juga sebagai simbol Islamisasi. Karena itu, dalam adat Pelauw, setiap orang Jawa yang masuk dan menetap di negeri ini diwajibkan bergabung dengan soa Tualeka. Ketentuan tersebut menegaskan pentingnya hubungan genealogis-historis antara Jawa dan Pelauw, sekaligus memperlihatkan bagaimana Islamisasi dipadukan dengan struktur sosial adat.
Artikel ini bertujuan untuk membahas asal-usul soa Tualeka, menelusuri jejak historis kedatangan leluhur dari Jawa, serta menjelaskan peran soa Tualeka dalam membangun identitas sosial-religius masyarakat Pelauw.
C. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang Islamisasi Nusantara telah banyak dilakukan oleh sejarawan. Azyumardi Azra menekankan pentingnya jaringan ulama yang menghubungkan Timur Tengah dengan kepulauan Nusantara pada abad ke-17 dan 18.³ Jaringan intelektual ini memperkuat penyebaran Islam melalui jalur perdagangan dan pendidikan.
Anthony Reid menyoroti bahwa pada abad ke-15 hingga 17, perdagangan rempah-rempah menjadikan Asia Tenggara sebagai ruang interaksi global.⁴ Agama-agama besar, termasuk Islam, menyebar mengikuti jalur niaga tersebut.
M. Adnan Amal secara khusus membahas Maluku dalam konteks jaringan perdagangan dan Islamisasi. Menurutnya, penyebaran Islam di Maluku terjadi melalui dua jalur: politik kesultanan dan dakwah para muballigh perantau.⁵
Di sisi lain, kajian antropologis mengenai Maluku menekankan pentingnya struktur soa. Cooley (1961) dan Bartels (1977) menunjukkan bahwa soa merupakan dasar identitas sosial dan politik masyarakat Maluku.⁶ J. Pattikayhatu menambahkan bahwa Islam di Maluku tidak bisa dipisahkan dari adat, sehingga melahirkan praktik religius yang khas.⁷
Namun, penelitian tentang soa Tualeka di Negeri Pelauw masih terbatas. Artikel ini mencoba mengisi celah tersebut dengan menekankan hubungan genealogis Tualeka dengan Jawa dan peranannya dalam Islamisasi Maluku.
D. Sejarah Leluhur Tualeka dari Jawa
Tradisi lisan masyarakat Pelauw menyebutkan bahwa leluhur soa Tualeka berasal dari Jawa. Mereka dikenal sebagai kelompok Malona Siwa (sembilan orang) yang berlayar dari Jawa menuju Maluku. Perjalanan mereka dilakukan dengan kapal, membawa ajaran Islam, dan akhirnya menetap di Negeri Pelauw.
Narasi Malona Siwa menegaskan bahwa Islamisasi di Pelauw bukan sekadar dampak dari otoritas politik kesultanan, melainkan hasil dari migrasi langsung para muballigh Jawa. Mereka memperkenalkan syahadat, tata cara shalat, puasa, serta nilai-nilai moral Islam. Kehadiran mereka diterima oleh masyarakat setempat dan kemudian dilembagakan dalam bentuk soa Tualeka.
Kisah ini juga mencerminkan hubungan erat antara Jawa dan Maluku dalam jaringan maritim Nusantara. Kapal bukan hanya sarana perdagangan, tetapi juga wahana dakwah. Dengan demikian, soa Tualeka tidak bisa dilepaskan dari konteks besar pertemuan agama, budaya, dan perdagangan di kawasan ini.
E. Soa Tualeka dalam Sistem Sosial Pelauw
Dalam struktur sosial Maluku, soa adalah kelompok genealogis yang menjadi dasar sistem adat. Setiap soa memiliki sejarah asal-usul yang menghubungkan mereka dengan leluhur tertentu. Di Negeri Pelauw, soa Tualeka menempati posisi penting karena dikaitkan langsung dengan kedatangan Islam.
Fungsi soa Tualeka dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Adat:
Tualeka berperan dalam upacara adat Pelauw, termasuk ritual-ritual yang menegaskan identitas soa.
2. Religius:
sebagai keturunan penyebar Islam, Tualeka memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga ajaran Islam.
3. Politik-adat:
keberadaan soa Tualeka memperkuat struktur kepemimpinan lokal, karena legitimasi mereka bersumber dari sejarah leluhur.
Dengan demikian, soa Tualeka menjadi penghubung antara adat dan agama, sekaligus memperlihatkan bagaimana Islamisasi dipadukan ke dalam sistem sosial lokal.
F. Kewajiban Orang Jawa Masuk Soa Tualeka
Salah satu aspek menarik dalam adat Pelauw adalah ketentuan bahwa setiap orang Jawa yang masuk dan menetap di negeri ini wajib bergabung dengan soa Tualeka. Ketentuan ini berakar pada keyakinan bahwa leluhur Tualeka berasal dari Jawa.
Praktik ini memiliki makna ganda. Pertama, ia meneguhkan hubungan genealogis antara Tualeka dan Jawa. Kedua, ia berfungsi sebagai mekanisme integrasi sosial, di mana pendatang Jawa dapat diterima sebagai bagian dari komunitas Pelauw melalui identitas soa.
Ketentuan ini memperlihatkan fleksibilitas adat Maluku: meskipun berbasis genealogis, identitas soa juga bisa mencakup aspek historis dan religius. Dengan kata lain, soa bukan hanya urusan darah, tetapi juga urusan sejarah dan iman.
G. Makna Identitas Soa Tualeka
Identitas soa Tualeka dapat dipahami melalui beberapa dimensi:
1. Dimensi Genealogis:
Tualeka menegaskan asal-usul keturunan dari leluhur Jawa.
2. Dimensi Religius:
Tualeka adalah pewaris dakwah Islam, sehingga menjaga ajaran agama adalah kewajiban moral.
3. Dimensi Sosial-Budaya:
Tualeka menjadi wadah solidaritas dan integrasi orang Jawa ke dalam masyarakat Pelauw.
4. Dimensi Politik-Adat:
Tualeka memiliki legitimasi dalam struktur kepemimpinan Pelauw karena posisinya sebagai soa dengan asal-usul sakral.
Dengan demikian, Tualeka berfungsi sebagai jembatan identitas antara Jawa dan Maluku, antara agama Islam dan adat lokal.
H. Kesimpulan
Marga soa Tualeka di Negeri Pelauw merupakan simbol penting dari hubungan historis antara Jawa dan Maluku dalam proses Islamisasi Nusantara. Tradisi lisan menegaskan bahwa Tualeka adalah keturunan tokoh-tokoh Jawa yang pertama kali membawa Islam ke Maluku.
Ketentuan adat yang mewajibkan orang Jawa untuk masuk soa Tualeka memperlihatkan bagaimana narasi asal-usul dijadikan dasar integrasi sosial. Soa Tualeka dengan demikian tidak hanya menjadi kelompok genealogis, tetapi juga pewaris dakwah Islam, penjaga adat, dan penghubung budaya Jawa–Maluku.
Catatan Kaki
- Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 57–60.
- M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250–1800 (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010), hlm. 122.
- Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, hlm. 59.
- Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450–1680, Jilid II: Jaringan Perdagangan Global (Jakarta: Yayasan Obor, 1999), hlm. 201.
- Amal, Kepulauan Rempah-Rempah, hlm. 124.
- Frank J. Cooley, Ambonese Adat: A General Description (New Haven: Yale University Southeast Asia Studies, 1961).
- J. Pattikayhatu, Islam dan Budaya Lokal Maluku (Ambon: Unpatti Press, 2015), hlm. 34–36.
Daftar Pustaka
Amal, M. Adnan. Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250–1800. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Kencana, 2004.
Cooley, Frank J. Ambonese Adat: A General Description. New Haven: Yale University Southeast Asia Studies, 1961.
Pattikayhatu, J. Islam dan Budaya Lokal Maluku. Ambon: Unpatti Press, 2015.
Reid, Anthony. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450–1680, Jilid II: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Obor, 1999.
Taufik Abdullah (ed.). Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: MUI Press, 1991.
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar