(Ideal, Metode, Strategi, dan Program Ingin Hidup Bahagia Dunia–Akhirat Menurut Ajaran Islam)
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa)
Puisi:
"Jalan Bahagia Dunia Akhirat"
A. Pendahuluan
Portal Suara Academia: Kebahagiaan adalah tujuan universal semua manusia. Baik kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi maupun sederhana, semua orang mendambakan hidup bahagia. Namun, persoalan mendasar adalah apa yang dimaksud dengan bahagia?
Sebagian orang memandang bahagia sebagai tercapainya kesenangan materi: harta berlimpah, jabatan tinggi, rumah mewah, dan popularitas. Pandangan lain mengaitkan kebahagiaan dengan kebebasan: bebas berbicara, bebas melakukan apa saja, bahkan bebas dari norma. Ada pula yang menilai bahagia terletak pada kesehatan jasmani, umur panjang, serta keluarga harmonis.
Namun Islam memiliki perspektif yang lebih luas. Bahagia menurut Islam adalah ketenangan jiwa, keberkahan hidup, serta keselamatan dunia dan akhirat. Bahagia dunia tanpa akhirat hanyalah fatamorgana; bahagia akhirat tanpa ikhtiar dunia juga bertentangan dengan fitrah manusia. Karena itu, Islam menyeimbangkan keduanya.
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (hayatan thayyibah), dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ayat ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati (hayatan thayyibah) adalah hasil dari iman dan amal shalih. Bukan harta, bukan kedudukan, bukan kekuasaan, melainkan ketaatan kepada Allah SWT.
Artikel ini akan membahas secara mendalam standar ideal, metode, strategi, dan program hidup bahagia menurut Islam, lengkap dengan dalil, filosofi, kisah sahabat, serta perbandingan dengan pandangan Barat modern.
B. Konsep Bahagia dalam Islam
Bahagia dalam bahasa Arab sering disebut sa‘ādah, yang berarti keberuntungan, ketenteraman, dan kebahagiaan yang hakiki. Para ulama membagi kebahagiaan menjadi dua: duniawi dan ukhrawi.
1. Kebahagiaan Duniawi
- Hati yang tenteram.
- Rezeki yang halal dan cukup.
- Keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
- Lingkungan sosial yang damai.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa di antara kalian bangun di pagi hari dalam keadaan aman pada dirinya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia telah dikumpulkan untuknya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346)
Hadis ini menunjukkan bahwa ukuran bahagia di dunia tidak perlu berlebihan: cukup aman, sehat, dan tercukupi kebutuhan pokok.
2. Kebahagiaan Ukhrawi
- Selamat dari siksa kubur.
- Mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW.
- Mudah hisab di hari kiamat.
- Masuk surga yang abadi.
Allah SWT berfirman:
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 82)
Maka, ukuran bahagia menurut Islam bukan hanya pada materi dunia, tetapi terutama pada kedekatan dengan Allah dan keselamatan di akhirat.
C. Filosofi Kebahagiaan dalam Islam
Filosofi Islam memandang kebahagiaan sebagai keselarasan antara fitrah manusia dengan kehendak Allah.
1. Pandangan Ulama Muslim
- Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika jiwa mengenal Tuhannya, hati dekat dengan Allah, dan seluruh amal diarahkan untuk-Nya.
- Ibn Sina dalam filsafatnya menegaskan bahwa kebahagiaan tertinggi adalah pencapaian akal dan ruh yang mampu mengenal Pencipta.
- Ibn Khaldun menambahkan dimensi sosial: kebahagiaan bukan hanya individu, tetapi juga keteraturan masyarakat yang adil dan sejahtera.
2. Perbandingan dengan Filsafat Barat
- Aristoteles (Eudaimonia): bahagia adalah hidup sesuai dengan akal budi dan mencapai keutamaan.
- Epikurus (Hedonisme): bahagia adalah menikmati kesenangan dan menghindari penderitaan.
- Kaum Stoa: bahagia adalah ketenangan batin melalui pengendalian emosi.
Perbedaannya jelas: Islam menempatkan kebahagiaan pada hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Filosofi Barat sering berhenti pada dimensi duniawi, sementara Islam melampaui dunia hingga akhirat.
D. Metode Islami untuk Mencapai Kebahagiaan
Islam memberikan metode yang jelas agar manusia tidak tersesat dalam mencari kebahagiaan.
1. Metode Iman
Landasan utama adalah iman. Tanpa iman, semua usaha hanyalah kebahagiaan semu.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Iman melahirkan optimisme, ketenangan, dan keberanian menghadapi ujian.
2. Metode Ibadah
Ibadah adalah sarana komunikasi dengan Allah dan pembersih hati. Shalat menenangkan jiwa, puasa mendidik kesabaran, zakat membersihkan harta, dan haji memperkuat ukhuwah.
Hadis:
“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sungai itu lima kali setiap hari, maka tidak akan tersisa kotoran sedikit pun pada tubuhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Metode Akhlak
Akhlak mulia adalah kunci diterimanya seseorang di masyarakat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling dicintai olehku di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi, no. 2018)
4. Metode Ilmu
Ilmu menjadi cahaya penuntun. Tanpa ilmu, ibadah tidak sahih, amal tidak tepat, dan hidup tidak terarah.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”,(QS. Al-Mujadilah: 11)
5. Metode Muhasabah dan Taubat
Muhasabah menjaga hati agar tidak lalai, sedangkan taubat membuka pintu ampunan.
“Setiap anak Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, no. 2499)
E. Strategi Praktis Hidup Bahagia
Strategi ini bersifat aplikatif agar seorang muslim bisa menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
1. Manajemen Waktu
Membagi waktu untuk ibadah, kerja, belajar, dan keluarga. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya untuk Rabbmu ada hak atasmu, untuk jasadmu ada hak atasmu, dan untuk keluargamu ada hak atasmu. Maka berikanlah setiap yang memiliki hak akan haknya.” (HR. Bukhari, no. 1968)
2. Manajemen Harta
Mencari nafkah halal, menafkahi keluarga, menunaikan zakat, dan bersedekah.
3. Manajemen Hati
Mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak syukur, sabar, dan ikhlas.
4. Manajemen Sosial
Menjalin ukhuwah, tolong-menolong, dan peduli pada fakir miskin.
5. Manajemen Akhirat
Meninggalkan amal jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa.
Hadis:
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shalih.” (HR. Muslim, no. 1631)
F. Program Hidup Bahagia Islami
Islam menyusun program hidup yang terstruktur, bukan spontan atau asal-asalan :
1. Program Harian:
shalat lima waktu tepat waktu, dzikir pagi–petang, membaca Al-Qur’an.
2. Program Mingguan:
shalat Jumat, puasa Senin–Kamis, sedekah rutin.
3. Program Bulanan:
puasa Ayyamul Bidh, muhasabah pribadi.
4. Program Tahunan:
Ramadan dengan ibadah maksimal, zakat fitrah, haji/umrah.
5. Program Seumur Hidup:
berbakti kepada orang tua, mendidik anak menjadi generasi shalih, meninggalkan amal jariyah.
G. Kisah Sahabat sebagai Inspirasi
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq:
bahagia bukan karena harta, tetapi karena iman dan pengorbanan. Ia menyumbangkan seluruh hartanya untuk dakwah.
2. Umar bin Khattab:
bahagia dengan kesederhanaan. Pakaian tambal sulam tidak mengurangi wibawanya di hadapan dunia.
3. Utsman bin Affan:
bahagia dengan kedermawanan. Sumur Raumah yang dibelinya untuk kaum Muslimin menjadi amal jariyah hingga kini.
4. Ali bin Abi Thalib:
bahagia dalam keberanian, ilmu, dan keteguhan hati.
H. Perbandingan dengan Pandangan Modern
Di dunia modern, banyak orang menilai bahagia adalah kebebasan dan materi. Namun kenyataan menunjukkan, meski kaya raya, banyak yang tetap gelisah, depresi, bahkan bunuh diri.
Islam justru mengajarkan keseimbangan:
1. Dunia dicari secukupnya dengan halal.
2. Akhirat dikejar dengan ibadah dan amal.
Allah SWT berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia; berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77)
I. Kesimpulan
- Bahagia menurut Islam adalah ketenangan hati, keberkahan hidup, dan keselamatan di akhirat. Bahagia dunia tanpa akhirat hanyalah semu, sedangkan bahagia akhirat adalah tujuan sejati.
- Metode Islam jelas: iman, ibadah, akhlak, ilmu, muhasabah. Strateginya konkret: manajemen waktu, harta, hati, sosial, dan akhirat. Programnya terstruktur: harian hingga seumur hidup.
- Filosofi Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika manusia mengenal Allah, hidup sesuai syariat-Nya, dan meraih ridha-Nya. Inilah hayatan thayyibah yang dijanjikan Allah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, Islam menawarkan konsep kebahagiaan yang ideal, komprehensif, dan abadi: bahagia di dunia yang sementara, dan bahagia di akhirat yang kekal. (Obasa).
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar