Perlunya Evaluasi Tata Ruang Kota dan Penanganan Banjir di Surabaya
Oleh : Basa Alim Yualela (Obasa)
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Banjir yang melanda Surabaya pada 24 Desember 2024 akibat hujan deras selama empat jam menjadi peringatan penting akan perlunya perbaikan tata ruang kota dan pengelolaan infrastruktur drainase. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab banjir, mengevaluasi tata ruang kota, dan memberikan rekomendasi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama banjir adalah intensitas curah hujan tinggi, sistem drainase yang tidak memadai, kurangnya infrastruktur seperti pompa air, serta tata ruang yang tidak optimal akibat alih fungsi kawasan resapan air. Selain itu, kinerja petugas dalam penanganan banjir juga membutuhkan peningkatan dalam hal koordinasi dan penggunaan teknologi.
Sebagai solusi, diperlukan perbaikan infrastruktur drainase, penambahan titik pompa air, rehabilitasi kawasan resapan, dan penerapan teknologi modern seperti early warning system dan pemantauan berbasis IoT. Edukasi masyarakat dan kolaborasi antarinstansi juga menjadi faktor kunci dalam pengelolaan risiko banjir.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk merancang kebijakan yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan banjir di kota besar seperti Surabaya.
Kata kunci : banjir, tata ruang, drainase, infrastruktur, mitigasi bencana.
Jadi, Pada 24 Desember 2024, banjir besar melanda Surabaya setelah hujan deras mengguyur selama empat jam. Peristiwa ini menyebabkan genangan di banyak wilayah, melumpuhkan aktivitas masyarakat, dan mengakibatkan kerugian material. Banjir tersebut menjadi peringatan atas perlunya evaluasi tata ruang kota dan perbaikan sistem pengelolaan air.
Sebagai kota besar yang terus berkembang, Surabaya menghadapi tantangan tata ruang, terutama dalam mengelola kawasan resapan air dan drainase. Artikel ini menganalisis penyebab banjir, mengevaluasi tata ruang, serta menawarkan metode penanganan yang efektif berdasarkan teori tata ruang dan pendekatan modern dalam mitigasi banjir.
Teori Tata Ruang : Tata ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian penggunaan ruang untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi, kebutuhan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tata ruang harus memenuhi prinsip:
1. Keberlanjutan
Mengutamakan kelestarian lingkungan, termasuk perlindungan kawasan resapan air.
2. Efisiensi
Memanfaatkan ruang secara optimal untuk mengurangi risiko bencana.
3. Keseimbangan
Memastikan kebutuhan ekonomi dan ekologi berjalan seimbang.
4. Keterpaduan
Mengintegrasikan semua sektor dalam perencanaan ruang, seperti drainase, transportasi, dan perumahan.
Dalam konteks kota Surabaya, tata ruang yang tidak optimal, seperti berkurangnya kawasan resapan air dan alih fungsi lahan, memperbesar risiko banjir.
Penyebab Banjir di Surabaya :
1. Curah Hujan Tinggi
Intensitas hujan yang tinggi menciptakan aliran air berlebih yang melampaui kapasitas saluran drainase dan sungai.
2. Tata Ruang Tidak Optimal
Kawasan resapan air berkurang akibat urbanisasi, sementara zonasi tidak sepenuhnya mempertimbangkan risiko banjir.
3. Drainase yang Buruk
Banyak saluran air yang tersumbat oleh sedimentasi dan sampah.
4. Infrastruktur Kurang Memadai
Pompa air di titik kritis tidak mencukupi untuk menangani volume air yang besar.
Metode Penanganan Banjir :
1. Revitalisasi Tata Ruang Kota
- Kawasan Resapan Air: Mengidentifikasi dan merehabilitasi kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air.
- Zonasi yang Berbasis Risiko: Merancang zonasi yang mempertimbangkan potensi genangan, seperti melarang pembangunan di daerah rendah.
- Peningkatan Ruang Terbuka Hijau: Menambah ruang hijau untuk memperkuat daya serap air hujan.
2. Optimalisasi Sistem Drainase
- Peningkatan Kapasitas Drainase: Memperlebar saluran air utama dan menambah jaringan drainase di kawasan rawan genangan.
- Pengerukan Saluran Secara Rutin: Menghilangkan sedimentasi yang mengurangi kapasitas drainase.
- Sistem Drainase Berbasis Gravitasi dan Pompa: Menggunakan kombinasi sistem gravitasi dan pompa air di wilayah dataran rendah.
3. Penambahan Infrastruktur Pendukung
- Pompa Air Baru: Memasang pompa air tambahan di titik-titik kritis genangan.
- Reservoir dan Retarding Basin: Membangun waduk dan kolam penampungan sementara untuk mengelola limpasan air.
4. Teknologi Modern untuk Mitigasi Banjir
- Early Warning System (EWS): Mengembangkan sistem peringatan dini berbasis data cuaca dan tinggi muka air.
- Pemantauan IoT: Menerapkan Internet of Things untuk memantau saluran air secara real-time.
- Peta Digital Risiko Banjir: Membuat peta interaktif untuk membantu perencanaan dan respons banjir.
5. Edukasi dan Kolaborasi Masyarakat
- Edukasi Lingkungan: Mengajarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga saluran air dan kawasan hijau.
- Pengelolaan Sampah: Mengurangi penyumbatan drainase dengan manajemen sampah yang baik.
- Partisipasi Publik: Melibatkan masyarakat dalam program penghijauan dan pemantauan saluran air
Evaluasi dan Implementasi
1. Kelembagaan dan Regulasi
Pemerintah perlu memperkuat regulasi tata ruang dan drainase untuk mencegah alih fungsi lahan yang tidak sesuai.
Meningkatkan peran lembaga seperti Dinas Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum, dan Bappeda dalam merancang kebijakan berbasis mitigasi bencana.
2. Pendanaan dan Investasi
Menyediakan anggaran khusus untuk proyek drainase dan pengelolaan air.
Melibatkan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur hijau dan penanganan banjir.
3. Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan
Melakukan evaluasi berkala terhadap tata ruang kota dan efektivitas sistem drainase.
Menggunakan indikator berbasis data, seperti frekuensi banjir, untuk mengukur keberhasilan kebijakan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Banjir di Surabaya pada 24 Desember 2024 menyoroti kelemahan tata ruang kota, drainase, dan infrastruktur pengelolaan air. Untuk mencegah kejadian serupa, perlu dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Perbaikan Tata Ruang
Memastikan zonasi yang berfokus pada kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau.
2. Optimalisasi Drainase
Memperbarui sistem drainase dan meningkatkan kapasitasnya.
3. Infrastruktur Modern
Memanfaatkan teknologi seperti IoT dan sistem peringatan dini untuk meningkatkan respons terhadap banjir.
4. Edukasi dan Partisipasi Publik
Melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi banjir dan menjaga lingkungan.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Surabaya dapat menjadi kota yang lebih tahan terhadap risiko banjir di masa depan.
Referensi
- UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
- UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
- Artikel tentang mitigasi banjir dan pengelolaan tata ruang.
- Data curah hujan dan laporan banjir Surabaya, Desember 2024. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar