“Carilah Uang Sebanyak-Banyaknya Seolah-Olah Kita Akan Hidup Seribu Tahun Lagi dan Buatlah Amal Sebanyak-Banyaknya Seolah-Olah Besok Kita Akan Mati”
Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa).
Jejak di Dua Dunia
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Dalam menjalani kehidupan, manusia sering dihadapkan pada dilema antara mengejar kesuksesan duniawi dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Ungkapan “Carilah uang sebanyak-banyaknya seolah-olah kita akan hidup seribu tahun lagi, dan buatlah amal sebanyak-banyaknya seolah-olah besok kita akan mati” menjadi sebuah nasihat yang mencerminkan keseimbangan antara kedua aspek tersebut.
Ungkapan ini mengajarkan bahwa manusia harus bekerja keras dalam mencari nafkah dan merencanakan masa depan, seolah-olah mereka akan hidup lama. Namun, di sisi lain, mereka juga harus senantiasa memperbanyak amal dan ibadah, karena kematian bisa datang kapan saja. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam dan prinsip-prinsip kehidupan yang mengedepankan keseimbangan, tanggung jawab, serta kesadaran akan waktu yang terbatas.
Melalui artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang makna, dalil pendukung, serta filosofi kehidupan yang terkandung dalam ungkapan ini. Tujuannya adalah agar kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sukses di dunia dapat selaras dengan kebahagiaan di akhirat.
Jadi, Ungkapan ini sering dikutip dalam kehidupan sehari-hari sebagai motivasi untuk bekerja keras dalam urusan dunia, namun tetap tidak melupakan persiapan untuk kehidupan akhirat. Meskipun bukan hadis Nabi, maknanya selaras dengan ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Makna Ungkapan
1. Carilah Uang Sebanyak-Banyaknya Seolah-Olah Kita Akan Hidup Seribu Tahun Lagi
Bagian pertama dari ungkapan ini menegaskan pentingnya bekerja keras, berusaha, dan merencanakan masa depan dengan sungguh-sungguh.
Kerja keras dan perencanaan jangka panjang
Seseorang yang berpikir bahwa ia akan hidup lama akan lebih disiplin dalam mencari rezeki, mengelola keuangan, dan membangun masa depan. Ia tidak hanya mencari keuntungan jangka pendek, tetapi juga berinvestasi dalam hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Islam Menganjurkan Bekerja Keras
Dalam Islam, bekerja dan mencari nafkah adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri.” (HR. Bukhari)
Allah SWT juga berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia…” (QS. Al-Qasas: 77)
Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara bekerja untuk dunia dan menyiapkan bekal akhirat.
2. Buatlah Amal Sebanyak-Banyaknya Seolah-Olah Besok Kita Akan Mati
Bagian kedua dari ungkapan ini mengingatkan bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, sehingga kita harus mempersiapkan diri dengan amal kebaikan sebanyak-banyaknya.
Kesadaran akan Kematian
Manusia tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Oleh karena itu, seseorang harus selalu berusaha memperbanyak amal shaleh, berbuat baik kepada sesama, dan menjalani kehidupan dengan penuh makna. Rasulullah SAW bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian).” (HR. Tirmidzi)
Allah SWT juga berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...” (QS. Ali Imran: 185)
Jangan Menunda Kebaikan
Seseorang yang menyadari bahwa hidup bisa berakhir kapan saja akan selalu berusaha memperbaiki diri dan tidak menunda-nunda dalam berbuat baik. Hal ini termasuk ibadah, sedekah, menolong sesama, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Hikmah dan Filosofi Kehidupan
1. Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat
Ungkapan ini mengajarkan bahwa manusia harus menyeimbangkan antara usaha duniawi dan ibadah kepada Allah. Islam tidak mengajarkan untuk meninggalkan dunia demi akhirat, begitu juga sebaliknya.
2. Prinsip Produktivitas dan Kemanfaatan
Semakin giat bekerja, semakin besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain, baik dalam bentuk ekonomi, ilmu, maupun kesejahteraan sosial. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad)
3. Kesadaran akan Waktu dan Amanah Hidup
Manusia memiliki waktu terbatas di dunia. Jika ia hidup dengan kesadaran bahwa ajal bisa datang kapan saja, maka ia akan lebih bijak dalam memanfaatkan waktu, menghindari perbuatan sia-sia, dan lebih fokus pada hal-hal yang bermanfaat.
Kesimpulan
Ungkapan ini mengajarkan dua prinsip penting dalam kehidupan: bekerja keras dan mencari rezeki dengan maksimal tanpa melupakan peran sebagai hamba Allah, serta memperbanyak amal kebaikan seolah ajal akan menjemput kapan saja. Dengan menerapkan prinsip ini, seseorang dapat mencapai kesuksesan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar