Pentingnya Pembangunan Perumahan dan Ketahanan Pangan : Menjaga Keseimbangan untuk Masa Depan
Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa).
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Pembangunan perumahan merupakan bagian penting dari pertumbuhan suatu wilayah, terutama untuk memenuhi kebutuhan hunian yang terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Namun, di tengah pesatnya perkembangan perumahan, muncul masalah serius terkait alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan hunian.
Lahan pertanian yang produktif berperan besar dalam menjaga ketahanan pangan, menyediakan bahan makanan bagi masyarakat, serta menopang perekonomian petani. Ketika lahan-lahan ini dialihfungsikan secara masif tanpa perencanaan yang matang, dampaknya dapat mencakup penurunan produksi pangan, peningkatan ketergantungan impor, hingga kenaikan harga bahan makanan. Selain itu, perubahan fungsi lahan juga berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti hilangnya area resapan air dan meningkatnya risiko bencana ekologis.
Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara pembangunan perumahan dan perlindungan lahan pertanian. Dengan perencanaan yang tepat, pemerintah dan pengembang dapat membangun perumahan tanpa mengorbankan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Artikel ini akan membahas dampak alih fungsi lahan pertanian, tantangan yang dihadapi, serta solusi untuk memastikan pembangunan perumahan tetap berkelanjutan tanpa mengurangi lahan produktif yang masih berfungsi sebagai sumber pangan.
Jadi, Pembangunan perumahan merupakan kebutuhan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Namun, jika tidak dikendalikan dengan baik, pembangunan ini dapat mengancam ketahanan pangan dengan mengurangi luas lahan pertanian yang masih produktif. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau kawasan industri telah menjadi isu krusial yang memerlukan perhatian serius.
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian untuk Perumahan
1. Penurunan Produksi Pangan
Lahan pertanian yang dialihfungsikan mengakibatkan berkurangnya produksi bahan pangan, sehingga pasokan pangan dalam negeri menjadi terbatas. Jika lahan produktif terus berkurang, ketergantungan pada impor pangan akan meningkat, yang berisiko terhadap stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional.
2. Degradasi Ekosistem dan Lingkungan
Lahan pertanian memiliki fungsi ekologis penting, seperti penyerapan air hujan, penyediaan oksigen, dan habitat bagi berbagai spesies. Ketika lahan pertanian dikonversi menjadi perumahan, fungsi ekologis ini akan hilang, menyebabkan peningkatan risiko banjir, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
3. Kenaikan Harga Pangan
Dengan berkurangnya pasokan pangan akibat menurunnya produksi dalam negeri, harga bahan makanan pokok bisa melonjak. Jika tidak diantisipasi, hal ini dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat bergantung pada harga pangan yang stabil.
4. Pengurangan Mata Pencaharian Petani
Alih fungsi lahan pertanian juga berdampak pada petani yang kehilangan sumber penghidupan mereka. Banyak petani yang kesulitan beralih ke pekerjaan lain, sehingga angka pengangguran di sektor pertanian meningkat. Jika kondisi ini terus berlanjut, regenerasi petani di masa depan akan semakin sulit.
5. Kontribusi terhadap Perubahan Iklim
Perubahan lahan pertanian menjadi kawasan perumahan atau industri sering kali melibatkan penebangan pohon dan peningkatan penggunaan beton serta aspal. Hal ini mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap karbon, meningkatkan suhu lingkungan, dan memperparah pemanasan global.
Solusi untuk Pembangunan Perumahan yang Berkelanjutan
Untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan hunian dan ketahanan pangan, diperlukan solusi yang berkelanjutan dan berbasis tata ruang yang bijak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
1. Memanfaatkan Lahan Non-Produktif
Alih-alih menggunakan lahan pertanian produktif, pembangunan perumahan sebaiknya diarahkan ke lahan yang kurang subur atau lahan yang sudah tidak digunakan, seperti lahan bekas industri atau daerah terdegradasi.
2. Mendorong Konsep Perumahan Vertikal
Perumahan vertikal, seperti apartemen dan rumah susun, dapat menjadi solusi untuk mengurangi penggunaan lahan horizontal. Dengan demikian, lahan pertanian tetap terjaga tanpa mengorbankan kebutuhan hunian.
3. Penerapan Tata Ruang yang Ketat
Pemerintah harus memperketat regulasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) agar konversi lahan pertanian tidak terjadi secara sembarangan. Regulasi seperti Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) perlu diperkuat untuk melindungi lahan produktif.
4. Pengembangan Kawasan Agro-Perkotaan
Konsep urban farming atau pertanian kota bisa diterapkan dalam pengembangan perumahan modern. Misalnya, dengan menyediakan rooftop farming, vertical garden, atau kawasan hijau yang memungkinkan warga tetap menanam bahan pangan di area perkotaan.
5. Insentif bagi Petani dan Perlindungan Lahan Pertanian
Pemerintah perlu memberikan insentif kepada petani agar tetap mempertahankan lahan pertanian mereka. Skema pajak yang lebih ringan atau subsidi pertanian dapat membantu mengurangi tekanan ekonomi yang mendorong petani menjual lahannya untuk dikonversi menjadi perumahan.
Rekomendasi
Untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan perumahan dan perlindungan lahan pertanian produktif, berikut adalah beberapa rekomendasi utama:
1. Perkuat Regulasi Tata Ruang
Menegakkan aturan zonasi dan kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian secara sembarangan.
2. Gunakan Lahan Non-Produktif
Prioritaskan pembangunan perumahan di lahan yang kurang subur atau bekas industri agar lahan pertanian tetap terjaga.
3. Kembangkan Perumahan Vertikal
Mendorong pembangunan apartemen dan rumah susun guna mengurangi penggunaan lahan secara horizontal.
4. Dukung Pertanian Perkotaan
Integrasikan konsep urban farming seperti rooftop farming dan vertical garden di kawasan perumahan.
5. Berikan Insentif bagi Petani
Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau subsidi pertanian agar petani tetap mempertahankan lahannya.
6. Libatkan Masyarakat
Edukasi dan dorong masyarakat untuk berperan aktif dalam mengawasi dan mendukung kebijakan tata ruang yang berkelanjutan.
7. Gunakan Teknologi dalam Perencanaan Kota
Manfaatkan Sistem Informasi Geografis (GIS) dan konsep smart city untuk memonitor dan mengelola perubahan lahan secara berkelanjutan.
Dengan menerapkan rekomendasi ini, pembangunan perumahan dapat tetap berjalan tanpa mengorbankan ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
Kesimpulan
Pembangunan perumahan adalah suatu keharusan dalam perkembangan kota dan pemenuhan kebutuhan hunian. Namun, jika tidak direncanakan dengan bijak, alih fungsi lahan pertanian dapat mengancam ketahanan pangan, meningkatkan harga pangan, dan menyebabkan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan pangan.
Langkah-langkah seperti pemanfaatan lahan non-produktif, perumahan vertikal, perencanaan tata ruang yang ketat, dan pengembangan pertanian perkotaan harus diterapkan agar perumahan berkembang tanpa mengorbankan lahan produktif. Dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan, pembangunan perumahan dapat tetap berjalan tanpa mengorbankan kebutuhan pangan masa depan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai masyarakat, kita bisa ikut berperan dalam mengawasi dan mendukung kebijakan tata ruang yang berkelanjutan. Jika ada kasus alih fungsi lahan pertanian yang mengkhawatirkan, kita bisa menyuarakan aspirasi melalui media sosial, petisi, atau langsung berpartisipasi dalam diskusi publik terkait kebijakan tata ruang di daerah kita. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar