Puisi:
“Bangkit dari Penzoliman”
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Dalam dunia usaha dan organisasi, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh strategi bisnis atau kecanggihan teknologi. Salah satu faktor penting adalah keadilan dalam memperlakukan sesama, khususnya antar pimpinan dan bawahan, mitra kerja, hingga pelanggan. Ketika terjadi penzoliman—yakni perlakuan yang tidak adil, menyakitkan, atau merugikan pihak lain—maka lambat laun usaha tersebut dapat mengalami kemunduran.
Dampaknya bukan hanya terlihat dari sisi manajemen, namun juga dari sisi spiritual dan moral, terutama jika ditinjau melalui empat tahapan pemahaman Islam: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.
Definisi Penzoliman dalam Islam
Menurut Imam Al-Ghazali, zolim berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dalam konteks usaha atau organisasi, bentuk penzoliman bisa meliputi:
- Pengambilan hak karyawan
- Fitnah atau pengucilan rekan kerja
- Manipulasi data atau laporan
- Ketidaktransparanan dan kesewenang-wenangan pimpinan
- Tidak menepati janji atau kontrak kerja
1. Tinjauan Syariat: Zolim adalah Dosa Besar
Dalam kerangka syariat, penzoliman adalah perbuatan yang sangat dilarang Allah. Firman Allah dalam QS. Az-Zumar: 29:
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri."
Menurut pandangan Dr. M. Quraish Shihab, penzoliman dalam kerja adalah bentuk pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia yang dapat merusak tatanan sosial dan spiritual.
Konsekuensi penzoliman secara syariat:
- Doa orang yang dizolimi langsung diijabah Allah
- Munculnya ketidakberkahan dalam rezeki dan usaha
- Meningkatnya konflik internal dalam organisasi
- Kepercayaan publik atau pelanggan menjadi rusak
2. Tinjauan Tarekat: Pengotoran Jalan Spiritual
Dalam tarekat, yang merupakan jalan spiritual menuju kedekatan dengan Allah, penzoliman adalah pengotoran jiwa. Tarekat mengajarkan adab, amanah, dan cinta kasih kepada sesama makhluk Allah.
Pendapat Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
"Barang siapa menzalimi saudaranya, maka hijab antara dia dan Allah akan semakin tebal."
Dalam konteks usaha, penzoliman menjauhkan para pelaku usaha dari nur Ilahi, sehingga keputusan-keputusan penting jadi salah arah karena tidak lagi mendapat pertolongan-Nya.
3. Tinjauan Hakikat: Tidak Ada Kebaikan dalam Zalim
Hakikat berbicara tentang esensi atau kebenaran hakiki. Dalam pandangan hakikat, penzoliman berarti mengkhianati amanah kehidupan. Usaha yang dibangun dengan menzalimi orang lain adalah bangunan rapuh, ibarat rumah tanpa fondasi.
Kata Imam Ibnu Arabi, “Zalim adalah kabut gelap yang menyelubungi hati. Ia mencegah cahaya hakikat masuk ke dalam jiwa.”
Dampaknya:
- Rasa sakit hati menyebar luas dalam organisasi
- Hilangnya semangat kolektif
- Tumbuhnya dendam yang terpendam
- Meningkatnya tingkat turnover atau resign karyawan
4. Tinjauan Makrifat: Zalim Merusak Hubungan dengan Tuhan
Makrifat adalah tahap pengenalan langsung kepada Allah. Di tahap ini, manusia dituntut memahami bahwa setiap manusia adalah citra Allah di muka bumi. Maka menzalimi manusia, sama dengan merusak hubungan dengan Tuhan.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj menjelaskan:
“Makrifat menuntut kita untuk menjaga keutuhan batiniah dalam relasi sosial. Siapa pun yang menyakiti orang lain akan tersiksa batinnya sendiri.”
Dampak makrifat terhadap usaha yang dibangun dengan kezaliman:
- Terputusnya energi spiritual positif
- Tidak adanya ilham dan petunjuk Ilahi
- Usaha kehilangan ruh kemuliaan
- Pandangan Ahli Psikologi dan Manajemen
1. Daniel Goleman (psikolog, penulis Emotional Intelligence):
“Lingkungan kerja yang penuh ketidakadilan akan menciptakan emotional burnout, menurunkan produktivitas, dan meningkatkan konflik internal.”
2. Prof. Rhenald Kasali (guru besar UI):
“Perusahaan yang tidak fair kepada SDM-nya lambat laun akan ditinggalkan oleh talenta terbaiknya.”
3. Dr. Stephen Covey (penulis The 7 Habits):
“Trust is the glue of life. When it breaks, everything falls.”
Jadi, Penzoliman, sekecil apa pun, adalah racun dalam organisasi dan usaha. Ia menghancurkan tidak hanya hubungan antarmanusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhannya.
Melalui perspektif syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat, kita paham bahwa penzoliman bukan sekadar dosa, tetapi juga jalan menuju kehancuran moral, spiritual, dan usaha.
Maka, jalan terbaik untuk memajukan usaha adalah:
- Menjaga keadilan dalam semua lini
- Menebar kasih sayang dan kepercayaan
- Membangun usaha dengan amanah dan adab
“Hindarilah menzalimi orang lain, karena di balik kesenyapan hati yang dizolimi, ada doa yang menembus langit.”
REKOMENDASI : MENGHILANGKAN PENZOLIMAN DEMI KEMAJUAN USAHA
1. Pendekatan Syariat: Tegakkan Hukum dan Keadilan
Strategi:
- Terapkan aturan dan regulasi usaha yang adil dan transparan.
- Audit internal secara berkala untuk mendeteksi ketidakjujuran atau manipulasi.
- Gunakan mekanisme laporan dan sanksi untuk pelaku penzoliman di lingkungan kerja.
Pakar:
“Penegakan aturan adalah bentuk manifestasi syariat dalam dunia kerja. Tanpa keadilan struktural, usaha akan terhambat oleh konflik internal.” – Dr. M. Sholeh, Pakar Etika Bisnis Islam
2. Pendekatan Tarekat: Bangun Budaya Spiritual di Lingkungan Usaha
Strategi:
- Lakukan pembinaan spiritual dan penguatan moral dalam perusahaan.
- Ciptakan komunitas kerja yang saling mendoakan dan mendukung, bukan menjatuhkan.
- Adakan kegiatan majelis zikir, kajian, atau nilai-nilai kebersamaan agar hati tidak mudah menzolimi.
Pakar:
“Tarekat bukan sekadar jalan spiritual, tapi proses membentuk akhlak yang mencegah kezaliman.” – KH. Lukman Hakiem, Guru Tarekat dan Konsultan Etika Usaha
3. Pendekatan Hakikat: Menyadari Tujuan Usaha sebagai Amanah
Strategi:
- Tanamkan pemahaman bahwa usaha bukan hanya mencari untung, tapi juga amanah dari Tuhan.
- Dorong pemilik dan karyawan untuk introspeksi: Apakah saya menjadi jalan manfaat atau sumber penzoliman?
- Terapkan leadership berbasis kasih sayang dan tanggung jawab hakiki.
Pakar:
“Hakikat usaha yang sehat adalah ketika pemimpin dan pekerja menyadari peran dirinya sebagai penjaga amanah.” – Prof. Amin Abdullah, Filsuf Islam dan Pakar Integrasi Keilmuan
4. Pendekatan Makrifat: Kesadaran Ilahiah sebagai Filter Tertinggi
Strategi:
- Bimbing SDM untuk memiliki kesadaran Ilahi (murāqabah): selalu merasa diawasi Tuhan.
- Dorong budaya kerja dengan niat lillāhi ta’ālā, bukan sekadar demi dunia.
- Jadikan spiritualitas sebagai nilai unggul: pekerja bukan hanya bekerja untuk atasan, tapi untuk Tuhan.
Pakar:
“Makrifat menuntun manusia tidak hanya menjauhi kezaliman karena takut sanksi, tapi karena malu kepada Allah.” – Habib Umar bin Hafidz, Ulama Dunia
5. Solusi Praktis Tambahan:
- Adakan pelatihan anti-bullying dan etika komunikasi
- Bentuk divisi independen untuk menangani keluhan dan mediasi
- Gunakan sistem reward and punishment yang jelas dan tegas
- Terapkan leadership coaching berbasis nilai spiritual dan kemanusiaan
KESIMPULAN
Penzoliman dalam usaha adalah racun yang bisa menghancurkan semangat kerja, merusak kepercayaan, dan menghambat pertumbuhan. Maka, usaha tidak hanya perlu strategi teknis, tapi juga pendekatan ruhani dan etika tinggi yang menyeluruh. Keseimbangan antara syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat akan menjadi pilar kokoh menuju kemajuan yang berkah dan berkelanjutan. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar