Sabtu, 22 November 2025

"SOEHARTO: ARSITEK KEBANGKITAN INDONESIA DARI KRISIS KE KEMAJUAN NASIONAL”

Mengapa Wajar Ia Disebut Bapak Pembangunan, Bapak Bangsa, Bapak Swasembada, dan Pahlawan NKRI

Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa). 


Portal Suara Academia: Indonesia modern tidak dapat dilepaskan dari sosok Jenderal Besar H. M. Soeharto. Terlepas dari berbagai kontroversi di masa pemerintahannya, banyak tokoh, akademisi, dan masyarakat menilai bahwa gelar-gelar seperti Bapak Pembangunan, Bapak Bangsa, Bapak Swasembada, bahkan Pahlawan NKRI, memiliki alasan historis yang sangat kuat. Untuk memahami hal ini secara proporsional, kita harus menempatkan kepemimpinan Soeharto dalam konteks zaman: sebuah masa ketika Indonesia berdiri di tepi kehancuran ekonomi dan instabilitas nasional yang mengancam persatuan bangsa.


1. Indonesia yang Ditinggalkan Soekarno: Negara di Ujung Kebangkrutan

Pada tahun 1965–1966, situasi Indonesia sangat memprihatinkan. Inflasi melonjak hingga lebih dari 600%, beras langka, industri merosot, dan rakyat hidup dalam penderitaan ekonomi. Di sisi politik, konflik internal, perpecahan ideologi, dan situasi pasca-G30S/PKI membuat negara hampir lumpuh.


Banyak catatan sejarah menyebut bahwa negara berada dalam keadaan sangat kacau:

  • Stabilisasi harga gagal
  • Devisa negara hampir kosong
  • Ekspor merosot tajam
  • Hubungan internasional terisolasi
  • Konfrontasi dengan Malaysia menghabiskan anggaran

Dalam kondisi seperti itu, Soeharto menerima amanah kepemimpinan bukan dalam situasi ideal, tetapi dalam keadaan negara yang bisa dikatakan hampir bangkrut hingga ke tulang punggungnya.


2. Stabilitas Nasional: Fondasi Utama Pembangunan

Soeharto memahami satu hal: negara yang kacau tidak dapat dibangun. Maka dua langkah besar yang ia lakukan adalah:

a. Menciptakan Stabilitas Politik

Soeharto meredam konflik ideologi, merapikan struktur politik melalui Golkar, dan mengontrol berbagai potensi instabilitas. Bagi sebagian pihak langkah ini keras, namun bagi sebagian lainnya, langkah itu diperlukan agar negara tidak pecah.

b. Mengendalikan Inflasi

Inflasi 600% diturunkan secara drastis melalui:

  • kebijakan anggaran ketat,
  • pemangkasan subsidi yang tidak produktif,
  • membuka akses kerja sama internasional,
  • dan perbaikan struktur keuangan negara.

Perubahan ini menjadi fondasi bagi pembangunan jangka panjang.


3. Diplomasi Ekonomi: Soeharto Membuka Jalan Indonesia ke Dunia

  • Sementara Soekarno terkenal dengan politik anti-Barat, Soeharto melakukan langkah pragmatis:
  • membuka pintu kerja sama dengan IMF dan Bank Dunia,
  • membentuk kelompok Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI),
  • mengundang investor asing,
  • dan memperkuat industri dasar melalui penanaman modal.

Kebijakan ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi strategi untuk mengembalikan nama baik Indonesia setelah bertahun-tahun terkucil.


4. Swasembada Pangan 1984: Prestasi Emas yang Membuat Dunia Terpukau

Salah satu prestasi terbesar Soeharto adalah keberhasilan swasembada pangan, terutama beras, pada tahun 1984. Indonesia yang sebelumnya pengimpor beras terbesar di Asia, berubah menjadi negara yang mampu mencukupi kebutuhan sendiri.


Keberhasilan ini terjadi karena tiga program besar:

a. Intensifikasi Pertanian

Melalui program BIMAS dan INMAS, petani diberi:

  • pupuk,
  • benih unggul,
  • pestisida,
  • traktor,
  • penyuluhan modern.


b. Revolusi Irigasi

Ribuan bendungan, embung, dan saluran irigasi dibangun, termasuk:

  • Waduk Kedung Ombo
  • Jatiluhur diperbesar pemanfaatannya
  • Waduk Batujai
  • Dan banyak proyek kecil dan menengah di seluruh daerah

Infrastruktur ini masih dipakai hingga sekarang sebagai tulang punggung pertanian nasional.


c. Penguatan Bulog

Bulog memperkuat cadangan beras nasional dengan sistem operasi pasar dan stabilisasi harga.

Hasilnya, FAO memberikan penghargaan kepada Soeharto pada tahun 1985.

Inilah dasar kuat mengapa ia disebut Bapak Swasembada.


5. Pembangunan Fisik: Soeharto Mengubah Wajah Indonesia

Di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia memasuki era yang dikenal sebagai Orde Pembangunan. Fokus utama adalah pembangunan jangka panjang, yang dibagi dalam Repelita I—VI.


Pembangunan dilakukan secara terencana dan terstruktur, mencakup:


1. Jalan dan Jembatan


Jalan raya trans Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi


Ribuan jembatan di kecamatan dan desa


Jalan desa (Inpres Desa Tertinggal)



2. Sekolah dan Pendidikan


SD Inpres di seluruh Indonesia


Pembangunan universitas negeri


Pengiriman mahasiswa ke luar negeri


Beasiswa untuk tenaga ahli



3. Puskesmas dan Layanan Kesehatan


Puskesmas dibangun di hampir seluruh kecamatan


Program KB yang sangat efektif


Penurunan angka kematian bayi secara signifikan



4. Listrik dan Telekomunikasi


PLTA, PLTU, dan penyambungan listrik desa


Telepon dan jaringan komunikasi dijangkau lebih luas



5. Industri Nasional


Soeharto memperkuat industri strategis melalui BPPT, PT PAL, PINDAD, IPTN (Habibie), Krakatau Steel, hingga industri pesawat N-250.


Semua ini menjadi dasar kuat mengapa Soeharto layak disebut Bapak Pembangunan.



---


6. Stabilitas Nasional: Mengapa Soeharto Disebut “Bapak Bangsa”?


Salah satu faktor penting yang sering dilupakan generasi hari ini adalah stabilitas nasional. Dalam tiga dekade masa pemerintahan Soeharto, Indonesia mengalami:


tidak ada perang saudara,


konflik ideologi diredam,


ekonomi tumbuh pesat,


harga kebutuhan stabil,


pembangunan merata,


dan rasa aman bagi rakyat.



Di tengah banyak negara berkembang yang terperangkap dalam peperangan internal, Indonesia justru melaju ke arah kemajuan. Dari sinilah muncul pandangan bahwa stabilitas kuat yang diberikan Soeharto membantu mempertahankan keutuhan NKRI.


Itu sebabnya banyak tokoh masyarakat menyebutnya sebagai Bapak Bangsa, karena berhasil menciptakan kondisi yang memungkinkan Indonesia tumbuh tanpa gejolak besar.



---


7. Sisi Kontroversi: Catatan Kritis yang Tetap Diakui


Tidak ada pemimpin yang sempurna. Masa Orde Baru juga diwarnai kritik:


isu korupsi, kolusi, dan nepotisme,


pembatasan kebebasan politik,


penanganan protes mahasiswa,


dominasi Golkar,


dan persoalan HAM.



Namun penilaian sejarah harus komprehensif: melihat kegagalan, keberhasilan, konteks zaman, dan kebutuhan negara saat itu. Dalam situasi negara kacau, pendekatan otoriter sering dianggap perlu demi mempertahankan stabilitas.


Kritik tetap penting, namun tidak boleh menghapus fakta bahwa Soeharto membawa Indonesia keluar dari titik keterpurukan yang mengancam kelangsungan NKRI.



---


8. Mengapa Banyak Tokoh Menilai Soeharto Layak Menjadi “Pahlawan NKRI”?


Ada empat alasan utama mengapa sebagian sejarawan dan masyarakat menganggap Soeharto layak dihormati sebagai pahlawan nasional:


1. Mengangkat Indonesia dari Kebangkrutan


Dari inflasi 600% dan devisa kosong menuju pertumbuhan ekonomi 5%–7% selama dua dekade.


2. Menciptakan Stabilitas dan Kedamaian


Selama 30 tahun Indonesia aman, damai, dan bersatu; tidak ada perang saudara.


3. Membangun Infrastruktur Strategis


Warisan infrastruktur Orde Baru masih digunakan menjadi tulang punggung pembangunan hari ini.


4. Menguatkan Pertanian dan Ketahanan Pangan


Swasembada pangan tahun 1984 adalah prestasi nasional, bukan hanya milik Soeharto, tetapi ia arsiteknya.



---


9. Kearifan Sejarah: Mengakui Jasa, Mengkritisi Kekurangan


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya, baik prestasi maupun kekurangannya. Soeharto bukan sosok tanpa cela, namun kontribusinya terhadap bangsa tidak dapat dihapus begitu saja.


Sejarah membutuhkan keseimbangan:


apresiasi terhadap keberhasilan,


evaluasi atas kekurangan,


dan kebijaksanaan agar generasi selanjutnya dapat belajar.




---


10. Nilai Moral: Allah Saja Memaafkan, Sesama Pemimpin Harus Mampu Saling Memaafkan


Dalam perspektif keagamaan, kita diajarkan bahwa Allah Maha Pengampun, bahkan kepada hamba yang penuh dosa. Maka sesama pemimpin, rakyat, dan generasi bangsa seharusnya belajar untuk saling memaafkan dan melihat sejarah secara jernih.


Memuliakan jasa Soeharto bukan berarti menutup mata terhadap kesalahan, melainkan:


melihat kontribusinya secara objektif,


menempatkan segala kebijakan pada konteks zamannya,


dan memahami bahwa setiap pemimpin memiliki ujian tersendiri.


Dengan demikian, generasi bangsa dapat mengambil hikmah, bukan kebencian; dapat melihat masa depan, bukan terjebak masa lalu.


11. Penutup: Soeharto dan Warisan Besarnya bagi Indonesia


Soeharto tetap menjadi sosok yang diperdebatkan. Namun bagi jutaan rakyat, ia adalah pemimpin yang membawa Indonesia dari masa gelap menuju masa pembangunan yang cerah. Pembangunan ekonomi, industri, pendidikan, kesehatan, dan pertanian semuanya tumbuh di era Orde Baru.


Karena itulah, banyak orang menilai wajar jika beliau disebut:

  • Bapak Pembangunan Indonesia
  • Bapak Bangsa
  • Bapak Swasembada Pangan
  • Pahlawan NKRI

Sejarah akan terus menilai Soeharto dari berbagai sisi. Namun satu hal yang tidak dapat dihapus: beliau adalah arsitek kebangkitan Indonesia dari krisis menuju kemajuan. (Obasa)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini