Sabtu, 17 Agustus 2024

KALIMAT “DARI SABANG KE MERAOKE” MENJADI “MERAOKE KE SABANG” MEMILIKI NILAI VISI, MITOS & SESUAI HUKUM ALAM

Kalimat "Dari Sabang ke Meraoke" Menjadi "Meraoke ke Sabang" Memiliki Nilai Visi, Mitos & Sesuai Hukum Alam

Oleh : Dr. Basa Alim Tualeka, M.Si


A. Nilai Visi dan Mitos 

Portal Suara Academia: Mengganti lirik lagu "Dari Sabang sampai Merauke" menjadi "Dari Merauke ke Sabang" bisa memiliki visi dan mitos yang berkaitan dengan hukum alam atau persepsi tentang keseimbangan, perubahan, dan cara pandang terhadap wilayah Indonesia.


1. Visi:

  • Perubahan Perspektif: Mengubah urutan dari "Merauke ke Sabang" bisa dianggap sebagai upaya menggeser pandangan dari titik ujung timur ke barat, yang mungkin dimaksudkan untuk menyeimbangkan perhatian dan pembangunan antara timur dan barat Indonesia.
  • Keseimbangan Wilayah: Mengganti lirik ini bisa dilihat sebagai simbol keseimbangan, mencerminkan bahwa perhatian dan pembangunan harus merata dari timur ke barat, tidak hanya dimulai dari barat ke timur.
  • Kesatuan dan Keutuhan: Mengubah urutan wilayah dalam lirik juga dapat menegaskan bahwa setiap wilayah memiliki peran penting dalam kesatuan dan keutuhan bangsa.


2. Mitos:

  • Hukum Alam: Dalam beberapa kebudayaan, urutan memiliki makna yang dalam. Mengubah urutan bisa diasosiasikan dengan siklus atau rotasi alami, seperti matahari yang terbit di timur dan terbenam di barat, yang mungkin mencerminkan siklus hidup atau perubahan yang alami.
  • Perubahan Nasib: Ada mitos yang mengatakan bahwa perubahan kecil dalam urutan atau ritual dapat mengubah nasib atau keberuntungan. Dalam konteks ini, mengubah urutan wilayah mungkin dimaksudkan untuk mengundang perubahan nasib baik atau keseimbangan dalam perjalanan sejarah bangsa.
  • Simbol Perubahan: Mitos tentang hukum alam juga bisa mengaitkan perubahan urutan ini dengan simbol transformasi, di mana hal-hal yang dimulai dari satu titik dan kembali ke titik lain mencerminkan siklus perubahan atau pembaruan.

Secara umum, perubahan lirik ini bisa diartikan sebagai cara untuk memperkuat semangat persatuan, keseimbangan, dan perubahan yang positif dalam bingkai kebangsaan Indonesia.


B. Pandangan Ilmiah dan Hukum Alam 

Mengganti lirik lagu "Dari Sabang sampai Merauke" menjadi "Dari Merauke ke Sabang" dapat dipahami melalui perspektif ilmiah dan mengikuti prinsip-prinsip hukum alam, yang mencakup fenomena siklus, keseimbangan, dan perspektif baru dalam melihat ruang dan waktu.


1. Hukum Alam dan Fenomena Siklus

  • Siklus Alamiah: Hukum alam sering kali mengacu pada siklus atau pergerakan berulang yang seimbang, seperti siklus air, siklus karbon, atau bahkan rotasi bumi yang menciptakan siang dan malam. Mengubah urutan dari "Merauke ke Sabang" dapat dilihat sebagai pengakuan terhadap siklus ini, di mana perjalanan dari timur (tempat matahari terbit) ke barat (tempat matahari terbenam) mengikuti pola alamiah yang terjadi setiap hari.
  • Perputaran Bumi: Bumi berputar dari barat ke timur, membuat matahari terbit di timur dan terbenam di barat. Dengan memulai dari Merauke (timur) dan berakhir di Sabang (barat), lirik ini bisa mencerminkan perjalanan harian yang sejalan dengan rotasi bumi, menggambarkan harmoni dengan hukum alam.


2. Keseimbangan dan Kesetaraan

  • Prinsip Keseimbangan: Dalam hukum alam, keseimbangan adalah kondisi stabil yang terjadi ketika dua kekuatan atau elemen berlawanan saling seimbang. Mengubah urutan ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menyeimbangkan perhatian dan pembangunan antara timur dan barat Indonesia. Ini sejalan dengan prinsip bahwa setiap wilayah, baik di timur maupun barat, memiliki kontribusi yang setara dalam menjaga stabilitas dan kemajuan bangsa.
  • Distribusi Perhatian: Secara historis, pembangunan dan perhatian di Indonesia sering dimulai dari barat ke timur, mencerminkan pusat kekuasaan dan aktivitas ekonomi yang berada di bagian barat (terutama Jawa). Mengubah urutan ini menjadi "Merauke ke Sabang" bisa dianggap sebagai simbolisasi distribusi perhatian dan pembangunan yang lebih merata, menyeimbangkan potensi dan sumber daya dari timur ke barat.


3. Perubahan Perspektif dan Ruang Waktu

  • Perspektif Baru: Mengubah urutan dalam lirik dapat merepresentasikan perubahan cara pandang terhadap geografi Indonesia. Ini bisa dilihat sebagai usaha untuk mengubah paradigma dari pusat (Jawa dan barat Indonesia) ke daerah-daerah yang selama ini mungkin kurang mendapat perhatian, seperti kawasan timur Indonesia. Ini sejalan dengan prinsip bahwa perubahan perspektif dapat membuka peluang baru dan menciptakan harmoni dalam keragaman.
  • Waktu dan Ruang: Dalam fisika, ruang dan waktu adalah konsep yang saling terkait (ruang-waktu), di mana perubahan dalam satu dimensi dapat memengaruhi yang lain. Mengubah urutan perjalanan dari timur ke barat bisa mencerminkan perjalanan melalui ruang-waktu, menghubungkan berbagai bagian Indonesia dalam satu kesatuan yang dinamis dan terintegrasi. 


4. Makna Simbolis dan Filosofis

  • Simbol Transisi: Secara simbolis, perjalanan dari "Merauke ke Sabang" dapat mencerminkan transisi atau perjalanan hidup dari awal (kelahiran, timur) menuju akhir (kematangan, barat), sejalan dengan konsep hidup yang bermula dan berakhir dalam siklus alami. 
  • Keterhubungan Alam: Dengan mengadopsi perubahan ini, ada pengakuan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang terhubung secara alami, di mana setiap bagian dari Sabang hingga Merauke memiliki peran dan nilai yang sama dalam konteks keindonesiaan. Perjalanan dari timur ke barat ini juga bisa dilihat sebagai simbol keterhubungan yang abadi antara manusia dan alam.


C. Kesimpulan 

Mengubah lirik lagu menjadi "Dari Merauke ke Sabang" bukan hanya soal mengubah urutan kata, tetapi juga menggambarkan pandangan yang lebih dalam tentang kesetaraan, keseimbangan, dan keterhubungan dalam ruang dan waktu. Ini merefleksikan prinsip-prinsip hukum alam yang mencakup siklus, perputaran, dan keseimbangan, serta memberikan perspektif baru dalam memahami kesatuan dan keberagaman Indonesia. Dengan demikian, perubahan ini dapat dipahami sebagai upaya untuk menciptakan harmoni yang lebih besar antara manusia, budaya, dan alam. (Obasa Leka, Sby)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini