Model Dan Sistem Ekonomi Ekososiopreneurship vs Ekonomi Pancasila
A. Pandangan Teori Klasik dan Modern terhadap Model dan Sistem Ekososiopreneurship dan Ekonomi Pancasila
Pandangan Teori Klasik
1. Pandangan Teori Klasik terhadap Ekososiopreneurship
- Ekonomi Pasar Bebas (Adam Smith): Teori klasik yang dikembangkan oleh Adam Smith, dengan konsep “The Invisible Hand”, menekankan bahwa jika setiap individu bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri, pasar akan mengatur dirinya sendiri dan menciptakan kesejahteraan umum. Ekososiopreneurship, yang menggabungkan tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi, tidak sepenuhnya sejalan dengan teori ini karena fokus utama bukan pada kepentingan individu untuk mendapatkan keuntungan maksimal, melainkan pada nilai sosial dan lingkungan. Dari perspektif klasik, ekososiopreneurship mungkin dianggap kurang optimal secara ekonomi karena memperhitungkan faktor sosial dan lingkungan yang bisa mengurangi efisiensi ekonomi.
- Teori Nilai Tenaga Kerja (David Ricardo dan Karl Marx): Teori ini menganggap nilai barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Dalam konteks ekososiopreneurship, terutama dalam bisnis yang bertujuan sosial, nilai produk juga sering kali dikaitkan dengan dampak sosial yang diberikan, sehingga pandangan klasik tentang nilai murni dari tenaga kerja mungkin terlihat terbatas dalam model ekososiopreneurship.
2. Pandangan Teori Klasik terhadap Ekonomi Pancasila
- Ekonomi Kapitalisme Klasik (Smith, Ricardo, dan Mill): Teori ini menekankan kebebasan individu dan pasar bebas tanpa banyak intervensi negara. Ekonomi Pancasila yang berlandaskan pada kolektivisme, gotong royong, dan peran besar negara dalam mengelola sumber daya strategis, mungkin dianggap terlalu intervensif oleh teori ekonomi klasik. Dalam pandangan klasik, regulasi berlebih dari pemerintah bisa mengekang inovasi dan efisiensi pasar.
- Teori Ekonomi Sosial (Karl Marx): Meskipun Ekonomi Pancasila tidak sepenuhnya sama dengan sosialisme, prinsip keadilan sosial dan distribusi yang adil dalam Ekonomi Pancasila bisa mendekati beberapa aspek pandangan Marx. Marx mengkritik kapitalisme karena menciptakan kesenjangan sosial, dan dalam hal ini, ekonomi Pancasila sejalan dengan tujuannya untuk mengurangi ketimpangan sosial dan memastikan kesejahteraan bersama.
Pandangan Teori Modern
1. Pandangan Teori Modern terhadap Ekososiopreneurship
- Ekonomi Hijau dan Keberlanjutan (Sustainability Economics): Teori modern menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Ekososiopreneurship, yang menggabungkan keberlanjutan dengan inovasi bisnis, sangat sejalan dengan pandangan ini. Para ekonom modern seperti Amartya Sen dan Elinor Ostrom juga menekankan pentingnya ekonomi yang inklusif dan memperhatikan kesejahteraan sosial, yang mendukung konsep ekososiopreneurship sebagai model yang menciptakan dampak sosial dan lingkungan yang positif.
- Teori Triple Bottom Line (John Elkington): Teori ini menyatakan bahwa bisnis harus memperhatikan tiga P: Profit (keuntungan), People (manusia), dan Planet (lingkungan). Ekososiopreneurship sepenuhnya sesuai dengan pendekatan ini, di mana keberhasilan bisnis diukur tidak hanya berdasarkan keuntungan finansial, tetapi juga pada kontribusi sosial dan pelestarian lingkungan.
- Teori Inovasi Sosial (Mulgan, Murray): Teori ini menekankan bahwa inovasi sosial sangat penting dalam menciptakan solusi baru untuk tantangan masyarakat. Ekososiopreneurship adalah contoh konkret inovasi sosial karena menggabungkan pendekatan bisnis dengan misi sosial untuk memecahkan masalah sosial seperti kemiskinan, akses air bersih, atau pendidikan yang inklusif.
2. Pandangan Teori Modern terhadap Ekonomi Pancasila
- Teori Kesejahteraan Sosial (Amartya Sen): Dalam teorinya tentang Development as Freedom, Amartya Sen menekankan bahwa pembangunan ekonomi harus bertujuan untuk memperluas kebebasan manusia dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Ekonomi Pancasila sejalan dengan pandangan ini, karena fokusnya adalah pada pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, dengan tujuan utama untuk menciptakan kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Teori Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based Economy): Ekonomi Pancasila juga memiliki elemen yang selaras dengan teori modern yang menekankan pada ekonomi berbasis komunitas. Konsep gotong royong dan koperasi dalam Ekonomi Pancasila mencerminkan prinsip-prinsip ekonomi komunitas di mana kesejahteraan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan individu atau korporasi besar.
- Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State): Teori ini mengedepankan bahwa pemerintah harus memainkan peran aktif dalam memastikan distribusi kesejahteraan yang adil melalui kebijakan sosial, layanan publik, dan intervensi ekonomi. Dalam Ekonomi Pancasila, peran negara yang dominan dalam mengelola sumber daya alam dan perekonomian untuk memastikan keadilan sosial sejalan dengan konsep negara kesejahteraan, meskipun dengan nuansa lokal yang lebih kuat melalui nilai-nilai Pancasila.
B. Persamaan dan Perbedaan antara Ekososiopreneurship dengan Ekonomi Pancasila
Persamaan
1. Berbasis Keadilan Sosial
- Ekososiopreneurship dan Ekonomi Pancasila sama-sama menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat. Keduanya bertujuan mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil, dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata.
- Contoh: Pemberdayaan masyarakat lokal melalui usaha kolektif dan koperasi adalah salah satu contoh yang bisa diterapkan di keduanya.
2. Keseimbangan antara Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
- Keduanya berusaha mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan pelestarian lingkungan. Ekososiopreneurship menekankan bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sementara Ekonomi Pancasila juga mengutamakan pembangunan ekonomi yang tidak merusak alam, sejalan dengan sila ke-5 Pancasila tentang keadilan sosial.
- Contoh: Program pertanian organik berbasis komunitas adalah contoh nyata pendekatan yang memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan di kedua sistem.
3. Berbasis Gotong Royong dan Kolektivitas
- Keduanya mengedepankan prinsip gotong royong dalam membangun ekonomi. Ekososiopreneurship mendukung inisiatif bisnis berbasis komunitas, sementara Ekonomi Pancasila mengedepankan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan ekonomi.
- Contoh: Pengelolaan koperasi di desa-desa adalah contoh nyata dari gotong royong yang diaplikasikan dalam kedua konsep.
4. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
- Baik Ekososiopreneurship maupun Ekonomi Pancasila berupaya memberdayakan masyarakat lokal dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat lokal didorong untuk mengelola sumber daya alam dengan cara yang adil dan berkelanjutan, serta berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan ekonomi.
- Contoh: Pemberdayaan nelayan melalui usaha perikanan berkelanjutan merupakan contoh konkret bagaimana kedua pendekatan ini dapat mengangkat ekonomi lokal.
Perbedaan
1. Pendekatan Bisnis vs. Sistem Ekonomi
- Ekososiopreneurship adalah model bisnis yang menggabungkan misi sosial, lingkungan, dan ekonomi, biasanya dijalankan oleh individu atau kelompok wirausaha sosial. Tujuan utamanya adalah menciptakan nilai sosial dan lingkungan melalui aktivitas bisnis berkelanjutan.
- Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi nasional yang mencakup seluruh aspek ekonomi negara, di mana pemerintah, pasar, dan masyarakat bersama-sama menjalankan perekonomian dengan prinsip keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan nasional.
- Contoh: Ekososiopreneurship dapat dilihat dalam bisnis kecil yang peduli lingkungan, sedangkan Ekonomi Pancasila adalah kerangka besar ekonomi negara yang dijalankan melalui kebijakan.
2. Peran Pemerintah
- Dalam Ekososiopreneurship, peran pemerintah lebih sebagai fasilitator atau regulator. Inisiatif bisnis datang dari individu atau komunitas, dengan tujuan untuk menciptakan dampak sosial dan lingkungan.
- Dalam Ekonomi Pancasila, pemerintah memainkan peran sentral dalam mengatur perekonomian, menjamin keadilan sosial, dan mencegah eksploitasi pasar bebas. Pemerintah bertanggung jawab atas regulasi ekonomi, redistribusi kekayaan, dan pengelolaan sumber daya alam.
- Contoh: Ekososiopreneurship mungkin tidak memerlukan campur tangan pemerintah dalam operasional sehari-hari, sedangkan Ekonomi Pancasila mengandalkan kebijakan dan regulasi pemerintah untuk menjaga keseimbangan.
3. Motivasi Keuntungan vs. Kesejahteraan Nasional
- Ekososiopreneurship masih bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial, meskipun berorientasi pada tujuan sosial dan lingkungan. Sementara keuntungan ekonomi adalah bagian penting dari model ini, dampak sosial dan lingkungan menjadi fokus utama.
- Ekonomi Pancasila tidak berorientasi pada keuntungan individu, melainkan pada kesejahteraan nasional. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dan menjaga stabilitas sosial.
- Contoh: Ekososiopreneurship dapat menciptakan produk ramah lingkungan dengan tujuan mendapatkan profit, sedangkan Ekonomi Pancasila lebih mengutamakan distribusi hasil ekonomi untuk kesejahteraan semua orang.
4. Skala dan Implementasi
- Ekososiopreneurship lebih diterapkan pada skala mikro hingga menengah, terutama pada bisnis yang diinisiasi oleh wirausaha sosial atau komunitas. Fokusnya adalah pada pemberdayaan lokal dan dampak sosial langsung.
- Ekonomi Pancasila mencakup skala makro, yaitu pengelolaan ekonomi nasional. Ini melibatkan kebijakan pemerintah di sektor-sektor strategis seperti industri, pertanian, dan sumber daya alam, serta kesejahteraan masyarakat secara luas.
- Contoh: Ekososiopreneurship dapat diterapkan dalam usaha kecil menengah yang memanfaatkan sumber daya lokal, sedangkan Ekonomi Pancasila mencakup regulasi sektor industri besar oleh pemerintah.
5. Lingkup Tanggung Jawab
- Ekososiopreneurship bertanggung jawab pada pengelolaan bisnisnya sendiri dan dampak sosial serta lingkungan yang dihasilkan. Para pelaku ekososiopreneurship bertindak independen dalam menjalankan usaha yang berdampak.
- Ekonomi Pancasila berfokus pada tanggung jawab negara dalam memastikan keseimbangan ekonomi, keadilan sosial, dan kemakmuran bersama. Semua pelaku ekonomi diatur dan diarahkan oleh kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
- Contoh: Dalam ekososiopreneurship, tanggung jawab ada pada para wirausahawan yang mengelola bisnis mereka, sedangkan dalam Ekonomi Pancasila, tanggung jawab utama berada di tangan pemerintah untuk mengatur pasar dan ekonomi nasional.
C. Kesimpulan
1). Ekososiopreneurship lebih cocok dengan teori modern seperti sustainability economics dan inovasi sosial, di mana dampak sosial dan lingkungan menjadi komponen kunci dalam model bisnis. Teori klasik lebih sulit menerimanya karena fokus pada efisiensi pasar dan keuntungan individual.
2). Ekonomi Pancasila sesuai dengan teori modern tentang kesejahteraan sosial danpembangunan inklusif, sementara dalam teori klasik seperti kapitalisme pasar bebas, pendekatan ini dianggap terlalu banyak intervensi dari negara. Namun, di sisi lain, Ekonomi Pancasila memiliki kesamaan dengan beberapa aspek dari sosialisme klasik yang berfokus pada distribusi yang adil dan kesejahteraan bersama.
3). Dua pendekatan ini ekososiopreneurship dan Ekonomi Pancasila memperlihatkan relevansi tinggi dengan tantangan ekonomi kontemporer, terutama dalam konteks sosial dan lingkungan, yang semakin diakui dalam teori ekonomi modern.
4). Ekososiopreneurship dan Ekonomi Pancasila memiliki kesamaan dalam hal keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, keduanya berbeda dalam pendekatan dan skala implementasi.
5). Ekososiopreneurship lebih fokus pada inovasi bisnis yang memberikan solusi sosial dan lingkungan di tingkat mikro, sementara Ekonomi Pancasila mencakup kerangka besar ekonomi negara yang berorientasi pada kesejahteraan nasional, dengan peran pemerintah yang lebih dominan dalam mengatur perekonomian.
6). Dua pendekatan ini bisa saling melengkapi jika diterapkan bersamaan, di mana Ekososiopreneurship dapat menjadi inisiatif bisnis inovatif di masyarakat, sementara Ekonomi Pancasila menyediakan regulasi dan kebijakan yang mendukung tercapainya keadilan sosial dan kesejahteraan nasional. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar