Islam Mendorong dan Mengajarkan Umat Muslim untuk Kaya sebagai Landasan dalam Bersedekah dan Beramal Jariyah
Oleh : Dr. H. Basa Alim Tualeka, M.Si
Puisi:
"Kaya untuk Bersedekah dan Beramal Jariyah"
Pendahuluan
Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha meraih kekayaan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan agar mampu berkontribusi secara signifikan dalam membantu sesama melalui sedekah dan amal jariyah. Dalam ajaran Islam, kekayaan dipandang sebagai salah satu cara untuk mencapai kemuliaan di sisi Allah dengan memanfaatkan harta tersebut untuk kebaikan dan memperbaiki kehidupan orang lain.
1. Pentingnya Kekayaan dalam Islam
Islam tidak melarang umatnya untuk kaya. Justru sebaliknya, umat Muslim dianjurkan untuk berusaha mencari kekayaan dengan cara yang halal. Dengan kekayaan, seorang Muslim dapat:
Menunaikan zakat: Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang memiliki harta di atas nisab (batas minimal). Zakat bertujuan untuk membersihkan harta, membantu meringankan beban fakir miskin, dan mengurangi kesenjangan sosial.
Berinfak dan bersedekah: Infak dan sedekah tidak memiliki batasan tertentu dan dapat dilakukan kapan saja. Orang yang memiliki harta lebih dianjurkan untuk menyedekahkan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki." (Q.S. Al-Baqarah 2:261)
2. Konsep Amal Jariyah dalam Islam
Amal jariyah adalah salah satu jenis amal yang pahalanya terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia. Kekayaan yang dimanfaatkan untuk amal jariyah memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah karena kebaikannya berlanjut dan memberikan manfaat jangka panjang bagi orang lain.
Contoh amal jariyah meliputi:
Membangun masjid: Tempat ibadah yang digunakan umat untuk beribadah akan memberikan pahala berkelanjutan bagi pembangunnya selama masjid tersebut digunakan.
Membangun sekolah atau fasilitas pendidikan: Fasilitas yang mendukung pendidikan anak-anak akan memberikan manfaat yang terus-menerus, terutama dalam mencerdaskan generasi penerus.
Menyumbangkan buku atau Al-Qur'an: Selama buku atau Al-Qur'an tersebut digunakan dan dibaca oleh orang lain, pahala bagi pemberinya akan terus mengalir.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan pentingnya amal jariyah sebagai cara untuk memperpanjang pahala bahkan setelah seseorang meninggal.
3. Filosofi Kekayaan dalam Islam: Menjadi Berkah bagi Orang Lain
Dalam Islam, kekayaan dianggap sebagai amanah (titipan) dari Allah. Seorang Muslim harus mampu mengelola kekayaannya dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Filosofi kekayaan dalam Islam tidak sekadar menumpuk harta, tetapi menggunakannya untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Hal ini tercermin dalam anjuran untuk bersedekah dan beramal jariyah.
Beberapa tokoh Islam, seperti sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar As-Siddiq dan Utsman bin Affan, dikenal sebagai orang yang kaya raya namun sangat dermawan. Mereka menggunakan kekayaan mereka untuk membiayai berbagai kegiatan sosial dan dakwah Islam. Peran mereka dalam membantu umat Islam dengan hartanya menunjukkan pentingnya memiliki kekayaan agar dapat berbuat lebih banyak untuk kebaikan bersama.
4. Kekayaan sebagai Ujian dan Kesempatan
Kekayaan bukan hanya sebuah berkah, tetapi juga ujian. Allah memberikan harta sebagai sarana untuk menguji apakah seseorang tetap bertakwa dan menggunakan hartanya di jalan yang benar. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Sesungguhnya harta-hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Q.S. At-Taghabun 64:15)
Ayat ini mengingatkan bahwa kekayaan adalah alat untuk menguji ketaatan dan rasa syukur seorang hamba kepada Allah. Umat Muslim yang kaya diharapkan dapat menggunakan hartanya untuk memenuhi kewajiban agama dan membantu sesama, bukan untuk menumpuk kekayaan demi kepentingan pribadi semata.
5. Motivasi untuk Kaya dalam Islam
Motivasi untuk menjadi kaya dalam Islam sejalan dengan niat untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan kesejahteraan umat. Kekayaan dapat memberikan peluang lebih besar bagi seorang Muslim untuk berkontribusi pada masyarakat melalui zakat, sedekah, dan amal jariyah. Dengan demikian, kaya di dunia bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk meraih ridha Allah dan kebahagiaan di akhirat.
Dalam praktiknya, umat Islam dianjurkan untuk selalu menyeimbangkan antara usaha mencari kekayaan dan memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah. Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan akan menjadi bekal pahala yang terus mengalir di dunia maupun di akhirat.
Islam Mendorong Umat untuk Kaya agar Beramal Jariyah dan Bersedekah sebagai Tujuan Mulia
1. Kekayaan sebagai Instrumen Ibadah
Islam memandang kekayaan bukan hanya sebagai alat pemuas kebutuhan pribadi, tetapi sebagai instrumen penting untuk ibadah dan kemaslahatan umat. Allah menganjurkan umat Muslim untuk bekerja keras dan mencari rezeki dengan cara yang halal, sehingga harta yang dimiliki bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang mendorong umat Muslim untuk berinfak dan bersedekah. Salah satu yang terkenal adalah:
"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak memiliki apa-apa (yang tidak mau meminta)." (Q.S. Al-Ma'arij 70:24-25)
Ayat ini menegaskan pentingnya menyisihkan sebagian harta untuk membantu yang membutuhkan, sebagai bentuk ketaatan dan kepedulian sosial.
2. Konsep Kekayaan dalam Islam
Mencari yang Halal dan Berkah Islam mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh harus melalui cara yang halal. Hal ini mengandung arti bahwa proses mencari kekayaan harus dijalankan dengan kejujuran, etika, dan menghindari riba, penipuan, serta eksploitasi.
Kekayaan yang halal tidak hanya memberikan manfaat material, tetapi juga menghasilkan keberkahan yang memengaruhi kehidupan spiritual seseorang. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak ada sedekah yang mengurangi harta, tidak ada orang yang memaafkan kecuali Allah menambah kemuliaannya, dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah melainkan Dia meninggikannya." (HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, melainkan justru akan melipatgandakannya dengan keberkahan dan ridha Allah.
3. Pentingnya Bersedekah dan Beramal Jariyah
Sedekah dan amal jariyah merupakan dua amalan yang dianjurkan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan finansial.
Sedekah: Bersifat umum dan tidak memiliki batasan waktu atau jumlah. Bisa dilakukan kapan saja dan kepada siapa saja yang membutuhkan. Sedekah memberikan dampak positif baik kepada pemberi maupun penerima. Pemberi mendapatkan pahala dan keberkahan, sementara penerima mendapatkan bantuan yang meringankan kesulitan hidupnya.
Amal Jariyah: Merupakan sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun pemberinya telah meninggal dunia. Contoh amal jariyah meliputi membangun masjid, sekolah, sumur, atau sarana umum lainnya yang manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Hadis ini menggarisbawahi pentingnya amal jariyah sebagai investasi spiritual yang memberikan pahala berkelanjutan.
4. Kekayaan sebagai Amanah dan Ujian
Dalam Islam kekayaan dipandang sebagai amanah (titipan) dari Allah yang harus dikelola dengan bijak. Kekayaan bukan sekadar hak, tetapi juga tanggung jawab. Orang yang diberikan harta lebih banyak akan dimintai pertanggungjawaban lebih besar atas penggunaannya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Q.S. At-Taghabun 64:15)
Ayat ini mengingatkan bahwa kekayaan adalah ujian yang harus dijalani dengan kebijaksanaan dan ketaatan. Ujian tersebut terletak pada bagaimana seseorang menggunakan harta yang dimiliki: apakah digunakan untuk kebaikan atau justru disia-siakan untuk hal-hal yang sia-sia dan maksiat.
5. Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Islam mengajarkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Kekayaan dapat menjadi alat untuk mencapai keseimbangan tersebut, asalkan digunakan sesuai dengan ajaran agama.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam salah satu hadisnya:
"Sebaik-baik harta yang baik adalah harta yang berada di tangan orang yang saleh." (HR. Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa kekayaan yang berada di tangan orang saleh akan memberikan manfaat besar, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Orang yang saleh akan menggunakan hartanya untuk memperbanyak amal kebajikan, membantu mereka yang membutuhkan, dan berkontribusi pada pembangunan umat.
6. Program dan Praktik Islam untuk Memanfaatkan Kekayaan
Beberapa praktik yang disarankan dalam Islam untuk memanfaatkan kekayaan meliputi:
Zakat: Kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, sebagai cara membersihkan harta dan membantu sesama.
Wakaf: Bentuk sedekah yang harta wakafnya digunakan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan masjid, sekolah, atau rumah sakit.
Infaq dan sedekah rutin: Dilakukan di luar kewajiban zakat sebagai bentuk amal yang terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat.
Kesimpulan
Islam mendorong umatnya untuk menjadi kaya bukan untuk kemewahan pribadi, tetapi agar mampu memberikan manfaat besar kepada orang lain melalui sedekah dan amal jariyah. Dengan demikian, kekayaan dipandang sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan sosial dan spiritual yang lebih luas, serta sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. Kaya di dunia dan bahagia di akhirat adalah tujuan mulia yang diajarkan dalam Islam, sesuai dengan ajaran Allah dan Nabi Muhammad SAW. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar