Minggu, 29 Desember 2024

RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT

Sejarah Keruntuhan Majapahit, karena Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Tahta, Harta, Wanita (THW), dan Perang Saudara

Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa). 


"Majapahit yang Luruh"

Di zaman gemilang, kau berdiri megah,
Menjulang di atas bumi pertiwi yang indah.
Bendera kejayaan berkibar tinggi,
Namun perlahan runtuh, tak lagi berdiri.

Korupsi merayap di sela istana,
Harta rakyat lenyap dalam kerakusan yang fana.
Kolusi menyulam kebohongan yang halus,
Nepotisme mencengkeram, keadilan tak terurus.

Tahta menjadi rebutan penuh ambisi,
Saudara berlawan, terpecah harmoni.
Harta membutakan nurani sang penguasa,
Wanita menjadi duri dalam cerita.

Oh Majapahit, di mana kebesaranmu kini?
Perang Paregreg menghancurkan mimpi.
Ego para pemimpin menelanmu perlahan,
Hingga kekuasaanmu hanya tinggal kenangan.

Namun dari reruntuhan, hikmah tersisa,
Bahwa kemegahan tanpa moral adalah sia-sia.
Kau ajarkan bahwa keadilan adalah kekuatan,
Dan rakyat adalah jiwa dari sebuah pemerintahan. 

Majapahit, engkau abadi dalam sejarah,
Sebagai pelajaran bagi masa depan yang cerah.
Bangkitlah hikmah dari puing-puing kejayaan,
Untuk membangun bangsa dengan keadilan dan kebenaran. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Kerajaan Majapahit, sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, mencapai puncak kejayaan pada abad ke-14. Namun, keruntuhannya pada abad ke-15 menjadi pelajaran penting dalam sejarah peradaban. Beberapa faktor utama yang menyebabkan kehancuran Majapahit adalah praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), ambisi terhadap tahta, harta, dan wanita (THW), serta perang saudara dan egoisme pemimpin.

Korupsi dan nepotisme melemahkan struktur pemerintahan, mengurangi kepercayaan rakyat, dan menggerus perekonomian kerajaan. Perebutan tahta setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk, terutama dalam Perang Paregreg, menciptakan konflik internal yang melemahkan stabilitas politik. Godaan harta dan pengaruh wanita di lingkungan istana semakin memperburuk situasi. Egoisme para pemimpin yang mengutamakan ambisi pribadi daripada kepentingan rakyat mempercepat disintegrasi kerajaan.

Kajian ini menyoroti bahwa kejatuhan Majapahit adalah hasil akumulasi dari krisis internal yang tidak terkendali. Pelajaran penting dari keruntuhan Majapahit adalah pentingnya integritas, persatuan, dan kepemimpinan yang bijaksana untuk menjaga keberlangsungan suatu peradaban. Sejarah Majapahit menjadi pengingat bahwa tanpa keadilan dan kepercayaan rakyat, sebuah negara yang besar sekalipun dapat runtuh.

Jadi, Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, adalah simbol kebesaran Nusantara pada abad ke-14. Namun, di balik kejayaannya, Majapahit menyimpan benih kehancuran. Kombinasi praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), perebutan tahta, ambisi terhadap harta, godaan wanita (THW), dan perang saudara menjadi penyebab utama keruntuhan kerajaan ini. Artikel ini membahas faktor-faktor tersebut secara mendalam, dilengkapi analisis historis dan pelajaran yang dapat diambil.


1. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

Praktik KKN sudah ada sejak masa Majapahit dan menjadi salah satu faktor yang merusak stabilitas pemerintahan.

Korupsi :

Penyalahgunaan Kekuasaan: Banyak pejabat daerah memanfaatkan posisi mereka untuk mengumpulkan kekayaan pribadi. Pajak yang tinggi sering kali diselewengkan sebelum sampai ke pusat kerajaan.

Akibat : Korupsi ini membuat beban rakyat semakin berat, menggerus kepercayaan kepada pemerintah pusat, dan melemahkan keuangan kerajaan.

Kolusi :

Aliansi Tidak Etis: Pejabat-pejabat di pusat dan daerah bekerja sama demi keuntungan bersama, tanpa memikirkan dampaknya bagi rakyat.

Akibat : Keputusan-keputusan penting sering kali menguntungkan segelintir orang, memperbesar jurang kesenjangan sosial.

Nepotisme :

Kekuasaan dalam Keluarga: Jabatan strategis sering diberikan kepada anggota keluarga kerajaan atau kerabat bangsawan tanpa mempertimbangkan kompetensi. 

Akibat: Nepotisme menyebabkan lemahnya administrasi pemerintahan karena banyak pejabat yang tidak memiliki kemampuan memadai.


2. Tahta, Harta, dan Wanita (THW)

Ambisi terhadap tahta, godaan harta, dan pengaruh wanita menjadi penyebab disintegrasi internal di Majapahit.

Tahta

Perebutan Kekuasaan: Setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk, Majapahit mengalami krisis suksesi. Perang Paregreg (1404–1406) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana menjadi contoh nyata bagaimana ambisi terhadap tahta memecah belah kerajaan.

Akibat: Perebutan kekuasaan melemahkan stabilitas politik dan mempercepat disintegrasi kerajaan.

Harta

Keserakahan: Proyek-proyek besar seperti pembangunan candi dan upacara keagamaan yang mewah sering kali dibiayai dengan memeras rakyat.

Akibat: Pengelolaan keuangan yang buruk memperlemah ekonomi kerajaan dan memicu pemberontakan di daerah.

Wanita

Skandal di Lingkungan Istana: Kisah tentang perebutan pengaruh melalui wanita menjadi legenda yang memperkeruh suasana istana. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa hubungan pribadi antarbangsawan sering menjadi pemicu konflik.

Akibat: Godaan ini memperburuk ketegangan politik dan memecah konsentrasi pemimpin kerajaan.


3. Perang Saudara dan Konflik Internal

Perang saudara seperti Perang Paregreg menjadi puncak konflik internal di Majapahit.

Penyebab Perang :

Krisis Suksesi: Kematian Hayam Wuruk tanpa kejelasan penerus yang kuat menciptakan persaingan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana.

Perpecahan Faksi: Para bangsawan membentuk aliansi sendiri-sendiri, yang sering kali bertentangan dengan kepentingan kerajaan.

Akibat Perang saudara :

Kehancuran Ekonomi: Perang Paregreg menghancurkan sumber daya manusia dan material kerajaan.

Kehilangan Loyalitas Rakyat: Rakyat yang lelah dengan konflik terus-menerus mulai kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat.


4. Ego Pemimpin yang Berlebihan

Egoisme di kalangan pemimpin Majapahit, baik raja maupun pejabat tinggi, menjadi salah satu penyebab kehancuran kerajaan.

Pengabaian Rakyat

Pemimpin yang terlalu fokus pada ambisi pribadi sering kali mengabaikan kebutuhan rakyat. Mereka lebih sibuk mempertahankan kekuasaan daripada memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

Kesombongan :

Kepercayaan berlebihan pada kekuatan Majapahit membuat para pemimpin meremehkan ancaman dari dalam maupun luar kerajaan.

Akibat :

Egoisme ini menciptakan konflik internal yang tidak terkendali, melemahkan legitimasi pemerintah, dan mempercepat keruntuhan kerajaan.


5. Dampak dan Akhir Keruntuhan Majapahit

Faktor-faktor di atas secara bertahap melemahkan fondasi Majapahit. Pada abad ke-15, kerajaan ini kehilangan pengaruhnya secara perlahan, hingga akhirnya digantikan oleh Kesultanan Demak.

Disintegrasi Wilayah: Banyak daerah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit karena lemahnya kontrol pusat.

Peralihan Kekuasaan: Munculnya kerajaan Islam seperti Demak mempercepat transisi kekuasaan dari Majapahit.


Kesimpulan

Keruntuhan Majapahit bukanlah hasil dari satu penyebab tunggal, melainkan kombinasi kompleks dari korupsi, kolusi, nepotisme, ambisi terhadap tahta, godaan harta dan wanita, perang saudara, serta ego pemimpin yang berlebihan. Semua faktor ini menciptakan krisis internal yang tidak dapat diatasi, sehingga Majapahit kehilangan kekuatannya.


Pelajaran dari Sejarah

1. Integritas dalam Pemerintahan

Korupsi dan nepotisme harus dicegah melalui sistem yang transparan dan akuntabel.

2. Kepemimpinan Visioner

Pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat, bukan ambisi pribadi.

3. Persatuan

Konflik internal harus dihindari melalui dialog dan kompromi.

4. Pengawasan Kekuasaan

Pemerintahan yang kuat memerlukan mekanisme pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Sejarah Majapahit adalah pengingat abadi bahwa sebuah negara hanya dapat bertahan jika keadilan, kebijaksanaan, dan integritas menjadi fondasi utamanya. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini