Minggu, 09 Februari 2025

ABU NAWAS 03 : PAJAK MENCEKIK RAKYAT

Suara Abu Nawas Untuk Rakyat, Karena Pajak Mencekik Rakyat

Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa).


Puisi : 

"Suara Abu Nawas untuk Membela Rakyat"

Di istana megah, raja bertakhta,
Menghitung emas, menumpuk harta.
Namun di sudut pasar yang terlupa,
Rakyatnya menangis, hidup sengsara.

Pajak dipaksa, senyum pun sirna,
Hati rakyat penuh luka.
Tangis mereka tak terdengar,
Di balik dinding istana besar.

Lalu datang Abu Nawas bijak,
Dengan akal yang tak tertandingi,
Ia bicara dengan lembut dan cerdik,
Agar raja memahami.

"Wahai Raja, lihat rakyatmu,
Senyum mereka telah hilang.
Kekayaan bukan dari emas dan permata,
Tapi dari rakyat yang hidup tenang."

Raja tersentak, sadar akhirnya,
Bahwa harta bukan segalanya.
Pajak diturunkan, beban diringankan,
Rakyat pun kembali tersenyum riang.

Oh, Abu Nawas yang cerdas dan lincah,
Selalu membela rakyat yang lemah.
Dengan akal dan kata yang tajam,
Ia tundukkan raja yang lalim dan serakah. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Kisah Abu Nawas selalu menarik untuk dibahas karena penuh dengan kecerdikan, kebijaksanaan, serta keberpihakannya kepada rakyat kecil. Dalam cerita "Abu Nawas dan Pajak yang Mencekik Rakyat," ia kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam menghadapi kebijakan yang tidak adil dari Raja Harun Al-Rasyid.

Di masa pemerintahan Raja Harun Al-Rasyid, pajak yang tinggi menjadi beban berat bagi rakyat. Sang raja yang gemar mengumpulkan kekayaan sering kali tidak menyadari penderitaan rakyatnya. Kondisi ini membuat rakyat semakin miskin dan tertekan, tetapi tidak ada yang berani menyampaikan keluhan mereka kepada raja.

Sebagai seorang yang bijak dan berpihak kepada rakyat, Abu Nawas merasa bahwa kebijakan tersebut harus diubah. Namun, ia menyadari bahwa menegur raja secara langsung bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, ia menggunakan cara cerdik untuk menyadarkan raja tentang dampak kebijakannya, yakni dengan menguji reaksi rakyat saat membayar pajak.

Melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa pemimpin yang bijaksana harus selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Pajak dan kebijakan ekonomi harus dibuat dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan negara dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam makalah ini, kita akan membahas bagaimana Abu Nawas dengan kecerdasannya mampu mengubah kebijakan raja tanpa harus berkonfrontasi secara langsung, serta nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari kisah ini.

Jadi, Pada suatu masa di Baghdad, Raja Harun Al-Rasyid semakin kaya dengan mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Namun, demi membangun istana megah dan memperbesar kekayaan kerajaan, ia menaikkan pajak secara drastis. Akibatnya, rakyat semakin menderita.

Orang-orang mengeluh karena mereka harus membayar pajak yang sangat tinggi, sementara kehidupan mereka semakin sulit. Banyak yang harus menjual tanah dan harta benda mereka hanya untuk memenuhi kewajiban kepada raja.

Abu Nawas, seorang yang dikenal cerdik dan berpihak kepada rakyat, merasa bahwa kebijakan ini tidak adil. Ia melihat bagaimana rakyat semakin miskin dan kesusahan, sementara istana raja dipenuhi kemewahan. Ia pun mulai berpikir keras bagaimana cara menyadarkan sang raja tanpa membuatnya murka.


Abu Nawas Menghadap Raja

Suatu hari, Abu Nawas datang ke istana dan berkata dengan hormat, "Wahai Baginda, hamba punya cara agar pajak bisa dikumpulkan lebih cepat dan lebih banyak tanpa menyulitkan rakyat."

Raja yang rakus akan kekayaan segera tertarik dan bertanya, "Apa caranya, Abu Nawas? Jika berhasil, aku akan memberimu hadiah besar!"

Abu Nawas tersenyum licik dan berkata, "Baginda cukup memerintahkan rakyat untuk membayar pajak dengan tersenyum. Jika mereka tersenyum, itu artinya mereka ikhlas dan bahagia membayar pajak. Jika tidak, maka pajak yang Baginda tetapkan terlalu berat bagi mereka."

Raja merasa ide itu menarik dan langsung mengeluarkan perintah.


Rakyat Tidak Bisa Tersenyum

Keesokan harinya, para petugas pajak berkumpul di alun-alun untuk mengawasi rakyat yang membayar pajak. Raja ingin melihat dengan matanya sendiri apakah rakyatnya benar-benar "bahagia" dengan pajaknya.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satu pun rakyat yang tersenyum. Bahkan, banyak yang menangis ketika menyerahkan uang mereka kepada petugas pajak. Beberapa orang tua terlihat gemetar karena mereka harus menyerahkan uang terakhir yang mereka miliki.

Melihat itu, Raja mulai gelisah. Ia berpikir, "Mengapa mereka semua terlihat begitu menderita? Apakah pajak ini benar-benar terlalu berat?"

Abu Nawas, yang berdiri di sampingnya, berkata dengan nada lembut namun tajam, "Tuanku, lihatlah sendiri. Apakah ini yang Baginda inginkan? Rakyat yang tertekan dan kehilangan kebahagiaan mereka?"

Raja terdiam. Ia tidak menyangka bahwa kebijakannya membuat rakyat begitu sengsara. Abu Nawas pun melanjutkan, "Baginda, kekayaan sejati bukanlah berapa banyak emas yang Baginda kumpulkan, tetapi seberapa makmur rakyat yang Baginda pimpin. Jika rakyat tidak bahagia, lalu untuk apa semua ini?"


Raja Mengubah Kebijakan

Raja akhirnya tersadar. Ia memerintahkan para petugas pajak untuk mengurangi pajak yang memberatkan rakyat. Tidak hanya itu, ia juga mulai menggunakan sebagian harta kerajaannya untuk membangun fasilitas umum yang dapat membantu rakyat, seperti pasar dan rumah sakit.

Rakyat pun merasa lega. Mereka kembali bisa hidup dengan lebih baik tanpa takut kehilangan harta mereka hanya untuk membayar pajak. Abu Nawas berhasil menyelamatkan rakyatnya dari kebijakan yang tidak adil, tanpa harus menentang raja secara langsung.


Pesan Moral:

  1. Seorang pemimpin yang baik harus mendahulukan kesejahteraan rakyatnya di atas kepentingan pribadi.
  2. Rakyat yang bahagia adalah tanda keberhasilan seorang pemimpin.
  3. Mengkritik kebijakan yang tidak adil harus dilakukan dengan cara yang bijaksana agar perubahan bisa terjadi tanpa konflik.
  4. Abu Nawas menunjukkan bahwa kecerdikan dan keberpihakan kepada rakyat lebih berharga daripada sekadar mencari keuntungan pribadi.

Kisah ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus bijaksana dalam mengambil kebijakan. Harta yang sesungguhnya bukanlah emas dan permata, melainkan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini