Kamis, 27 Maret 2025

ABU NAWAS 21 : MALAM LAILATUL QADAR

Puisi "Ilahi Lastu Lil Firdausi Ahla" Karya Abu Nawas: Makna dan Hikmah dalam Lailatul Qadar

Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)


Puisi : 

"Malam Lailatul Qadar"

Di malam sunyi penuh cahaya,
Turun rahmat dari langit-Nya.
Malaikat datang membawa damai,
Membawa berkah tiada usai.

Angin berbisik lembut berlari,
Malam mulia tak tertandingi.
Lebih baik dari seribu bulan,
Pintu ampunan terbuka lebar.

Di sajadah sujudku tengadah,
Dosa menggunung hati gelisah.
Ya Allah, ampunilah hamba,
Di malam penuh rahmat dan cahaya.

Jika ini malam yang dijanjikan,
Jangan biarkan hati terlewatkan.
Terangi jiwa dengan iman,
Menuju surga penuh harapan.

Catatan : Puisi ini menggambarkan keagungan Malam Lailatul Qadar, malam penuh berkah yang lebih baik dari seribu bulan. Semoga kita bisa meraihnya dengan ibadah dan doa yang tulus.


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Abu Nawas adalah seorang penyair sufi yang terkenal dengan kecerdasan dan kearifannya dalam berpuisi. Meskipun ia sering dikaitkan dengan humor dan kelicikannya dalam berbagai kisah, banyak dari syairnya yang penuh dengan nilai spiritual dan pengakuan akan kelemahan manusia di hadapan Tuhan.

Salah satu puisinya yang paling terkenal adalah "Ilahi Lastu Lil Firdausi Ahla", yang mencerminkan penyesalan seorang hamba atas dosa-dosanya serta permohonannya agar mendapatkan ampunan Allah. Puisi ini sangat relevan dengan Malam Lailatul Qadar, di mana umat Islam dianjurkan untuk banyak berdoa, bertobat, dan memohon rahmat serta ampunan Allah


Teks Lengkap Puisi

Berikut adalah puisi "Ilahi Lastu Lil Firdausi Ahla" dalam bahasa Arab, transliterasi latin, serta terjemahan bahasa Indonesia.


Teks Arab:

اللهم إني لا أَهلُ للجنةِ ولا أقوى على النار
فهب لي توبةً واغفر ذنوبي فإنك غفارُ الذنوبِ الكبـار
ذنـوبـي مثلُ أعداد الرمال فهـل تغفـرُ لي يا ذا الجلال
فعمري ناقصٌ في كل يومٍ وذنبي زائدٌ كيف احتمالـي 


Transliterasi Latin:

Ilāhī lastu lil-firdawsi ahlā
Wa lā aqwā ‘alā nāril-jahīmi
Fahabli taubatan waghfir dzunūbī
Fa innaka ghāfirudz-dzanbil ‘azhīmi

Dzanūbī mitslu a‘dādi r-rimāli
Fahal taghfiru lī yā dzal-jalāli
Fa ‘umrī nāqiṣun fī kulli yaumin
Wa dzanbī zā-idun fa-kayfa ḥimālī


Terjemahan Bahasa Indonesia:

Tuhanku, aku tak layak di surga,
Namun aku pun tak sanggup di neraka.
Maka berilah aku taubat dan ampunan,
Sungguh, Engkaulah Maha Pengampun segala dosa.

Dosaku sebanyak butiran pasir,
Mungkinkah Engkau mengampuniku, wahai Yang Maha Agung?
Usiaku berkurang setiap hari,
Namun dosaku terus bertambah, bagaimana aku bisa menanggungnya?


Makna dan Pesan dalam Puisi

Puisi ini menggambarkan rasa rendah diri seorang hamba di hadapan Allah. Beberapa poin penting yang bisa kita ambil dari puisi ini adalah:


1. Kesadaran akan Dosa

Abu Nawas mengibaratkan dosanya sebanyak butiran pasir, yang menunjukkan betapa banyak dosa yang telah ia lakukan. Ini menggambarkan kondisi manusia yang sering kali lalai dan penuh kesalahan, tetapi tetap memiliki harapan untuk kembali kepada Allah.


2. Harapan pada Ampunan Allah

Meskipun merasa dirinya penuh dosa, Abu Nawas tetap berharap akan rahmat Allah. Dalam Islam, Allah Maha Pengampun, bahkan bagi hamba-Nya yang memiliki dosa sebesar gunung sekalipun. Ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ:

"Barang siapa yang berdoa di malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)


3. Waktu yang Terus Berjalan

Abu Nawas menyadari bahwa setiap hari umurnya semakin berkurang, tetapi dosanya justru bertambah. Hal ini menjadi pengingat bagi kita bahwa waktu di dunia ini terbatas, sehingga harus digunakan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ibadah.


Kaitan Puisi Ini dengan Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah, di mana Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi siapa saja yang beribadah dengan ikhlas.


Doa yang Dianjurkan di Malam Lailatul Qadar

Salah satu doa yang sangat dianjurkan di malam Lailatul Qadar adalah:

اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa‘fu ‘anni.

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan mencintai pengampunan, maka ampunilah aku."

Puisi Abu Nawas selaras dengan doa ini, karena sama-sama mengandung permohonan ampunan kepada Allah.


Hikmah yang Bisa Dipetik

Dari puisi "Ilahi Lastu Lil Firdausi Ahla", kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting:

  1. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah, meskipun kita merasa penuh dosa.
  2. Gunakan waktu yang tersisa untuk bertobat dan beribadah, karena umur kita semakin berkurang setiap hari.
  3. Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan, sehingga kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah.


Kesimpulan

Puisi "Ilahi Lastu Lil Firdausi Ahla" karya Abu Nawas adalah ungkapan hati seorang hamba yang penuh dosa tetapi tetap berharap akan kasih sayang Allah. Puisi ini sangat relevan dengan Malam Lailatul Qadar, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan memohon ampunan kepada Allah.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari puisi ini dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, terutama di bulan Ramadan yang penuh berkah. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini