Senin, 17 Maret 2025

MEDIA SOSIAL DAN PERUBAHAN

Media Sosial: Berdampak Karena Menjadi Tamu Tak Diundang yang dapat Mengubah Kehidupan

Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)


"Tamu Tak Diundang"

Di sudut sepi tanpa suara,
Hadir tamu tanpa permisi,
Menjelma dalam layar kaca,
Mengisi waktu tanpa henti.

Ia tak berbicara, tapi menggoda,
Menarik jemari tuk terus menjelajah,
Menyelip dalam tiap ruang,
Menjadi kawan, tapi juga ancaman.

Waktu tersedot dalam guliran,
Pagi berganti tanpa sadar,
Tatap muka semakin pudar,
Digantikan cahaya layar.

Ia menjanjikan dunia luas,
Namun menyempitkan dunia nyata,
Mendekatkan yang jauh di sana,
Tapi menjauhkan yang ada di depan mata.

Moral terkikis dalam diam,
Janji manis berubah jerat,
Tanpa sadar kita terhanyut,
Dalam arus yang menyesatkan.

Wahai tuan rumah yang bijak,
Jangan biarkan ia berkuasa,
Pegang kendali, sadarkan hati,
Hiduplah nyata, jangan tergadai. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Kehadiran media sosial seperti Instagram, Twitter, dan platform sejenisnya telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Awalnya, media sosial diciptakan sebagai alat komunikasi dan berbagi informasi. Namun, seiring waktu, keberadaannya menjadi seperti tamu tak diundang—masuk ke semua ruang kehidupan, menjadi teman komunikasi bisu, dan tanpa sadar menghabiskan banyak waktu serta mempengaruhi cara manusia berinteraksi.

Meski memiliki manfaat, penggunaan media sosial yang tidak terkontrol dapat menjadi ancaman serius. Kontennya tidak selalu positif, bahkan banyak disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan etika, moral, dan nilai kehidupan beragama.


Dampak Negatif Media Sosial

1. Menghabiskan Waktu dan Mengurangi Produktivitas

Media sosial dirancang untuk membuat penggunanya ketagihan. Algoritmanya memastikan seseorang terus menggulir layar, berpindah dari satu konten ke konten lain tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam.

Dari niat 5 menit, berakhir berjam-jam.

Banyak orang hanya ingin melihat satu postingan, tetapi akhirnya tersedot dalam lautan konten yang tak berujung.

Produktivitas menurun.

Media sosial sering mengalihkan perhatian dari pekerjaan atau belajar, mengurangi efisiensi dan kualitas kerja.


2. Merusak Interaksi Sosial

Media sosial mendekatkan yang jauh, tetapi ironisnya sering menjauhkan yang dekat. Banyak orang lebih sering berkomunikasi melalui layar daripada berbicara langsung.

Keluarga menjadi asing.

Saat makan bersama, semua sibuk dengan ponsel masing-masing tanpa percakapan yang berarti.

Hubungan sosial menjadi dangkal.

Percakapan yang dulu penuh makna kini digantikan dengan komentar singkat, emoji, dan like yang tidak mencerminkan interaksi nyata.


3. Penyebaran Hoaks dan Misinformasi

Di era digital, siapa pun bisa menjadi "wartawan", tetapi tidak semua informasi yang disebarkan benar. Banyak orang terjebak dalam berita hoaks yang memicu kebingungan, ketakutan, bahkan perpecahan.

Mudah terprovokasi.

Banyak berita tidak berdasar yang sengaja dibuat untuk memanipulasi opini publik.

Menimbulkan konflik sosial.

Hoaks dan ujaran kebencian dapat merusak keharmonisan masyarakat dan menimbulkan ketegangan antarindividu atau kelompok.


4. Mengancam Moral dan Etika Kehidupan

Tidak semua konten di media sosial sesuai dengan nilai moral dan agama. Banyak akun yang menyebarkan konten pornografi, ujaran kebencian, dan budaya konsumtif berlebihan.

Maraknya pornografi dan eksploitasi digital.

Banyak akun yang menyebarkan video dan gambar vulgar, yang tidak hanya merusak moral tetapi juga berpotensi digunakan untuk pemerasan digital (sextortion).

Budaya pamer dan materialisme.

Orang berlomba-lomba memamerkan kehidupan mewah, menciptakan standar sosial palsu yang membuat orang lain merasa rendah diri.


5. Kecanduan dan Gangguan Kesehatan Mental

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi.

Membandingkan diri dengan orang lain.

Melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial sering membuat seseorang merasa kurang berharga.

Takut ketinggalan informasi (FOMO - Fear of Missing Out).

Banyak orang merasa gelisah jika tidak membuka media sosial, seolah-olah mereka kehilangan sesuatu yang penting.


6. Risiko Kejahatan Digital

Media sosial juga menjadi lahan subur bagi penipuan, pemerasan, dan eksploitasi.

Pemerasan digital (sextortion).

Banyak kasus di mana seseorang diperas setelah mengirim foto atau video pribadi kepada orang yang tidak dikenal.

Penipuan berkedok hadiah atau pekerjaan.

Banyak akun palsu yang menjebak korban dengan tawaran menarik, tetapi berujung pada pencurian data atau penipuan finansial.


Langkah Bijak dalam Menggunakan Media Sosial

Agar media sosial tidak mengendalikan hidup kita, diperlukan kesadaran dan pengendalian diri. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Batasi Waktu Penggunaan

Gunakan fitur pengatur waktu di ponsel untuk membatasi durasi bermain media sosial.

Terapkan waktu bebas ponsel, misalnya saat makan atau sebelum tidur.

2. Prioritaskan Interaksi Nyata

Luangkan lebih banyak waktu untuk berbicara langsung dengan keluarga dan teman

Batasi penggunaan ponsel saat berkumpul dengan orang lain.

3. Pilih Konten yang Berkualitas

Unfollow akun-akun yang memberikan dampak negatif atau hanya menampilkan kehidupan palsu.

Ikuti akun yang memberikan informasi bermanfaat, edukatif, dan inspiratif.

4. Jangan Mudah Percaya dan Sebar Informasi

Verifikasi kebenaran berita sebelum membagikannya.

Hindari menyebarkan berita tanpa sumber yang jelas.

5. Gunakan Media Sosial untuk Hal Positif

Manfaatkan untuk belajar, bekerja, atau mengembangkan keterampilan baru.

Sebarkan pesan positif dan inspiratif, bukan kebencian atau provokasi.

6. Waspada terhadap Kejahatan Digital

Jangan pernah mengirim foto atau video pribadi kepada orang yang tidak dikenal.

Waspada terhadap tawaran kerja atau hadiah yang mencurigakan.


Kesimpulan

Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan platform lainnya memang menawarkan banyak manfaat, tetapi juga membawa banyak risiko. Mereka adalah tamu tak diundang yang masuk ke semua ruang kehidupan, menjadi teman komunikasi bisu yang perlahan-lahan menguasai waktu dan perhatian manusia.

Jika tidak dikendalikan, media sosial bisa merusak produktivitas, hubungan sosial, moral, serta kesehatan mental. Bahkan, mereka bisa menjadi alat kejahatan digital yang mengancam keselamatan pengguna.

Oleh karena itu, kita harus menjadi tuan atas teknologi, bukan budaknya. Gunakan media sosial dengan bijak, secukupnya, dan untuk tujuan yang benar. Karena pada akhirnya, kehidupan nyata selalu lebih berharga daripada layar yang terus menyala. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini