Pemutusan Total Hubungan Dagang Dengan Amerika Serikat
Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)
Puisi :
“Kami Tak Akan Menjual Diri"
(Puisi tentang Kedaulatan dan Harga Diri Bangsa)
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Amerika Serikat, sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, telah menerapkan tarif bea masuk sebesar 32% terhadap produk asal Indonesia secara sepihak dan diskriminatif. Kebijakan ini sangat merugikan pelaku usaha nasional, terutama sektor padat karya seperti tekstil, furnitur, pertanian, dan manufaktur ringan.
Langkah ini juga dinilai melanggar prinsip perdagangan internasional seperti Most Favoured Nation (MFN) dan National Treatment yang diatur oleh World Trade Organization (WTO).
KEBIJAKAN INDONESIA: STOP EKSPOR-IMPOR DENGAN AMERIKA
Sebagai respons, Pemerintah Indonesia memilih langkah pemutusan total hubungan dagang (full trade disengagement) dengan AS:
Tidak menerima barang impor dari AS (embargo impor).
Tidak mengirim produk ekspor ke AS (embargo ekspor).
LANDASAN HUKUM & DIPLOMATIK
Hukum Internasional
Menurut Article XXI of GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), negara anggota WTO diperbolehkan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan keamanan nasional dan kedaulatan ekonomi.
Prof. Hikmahanto Juwana (Pakar Hukum Internasional):
“Langkah ini memang ekstrem, tapi bukan ilegal. Selama Indonesia punya dasar kebijakan yang jelas dan terdokumentasi, ini bisa dilindungi oleh ketentuan WTO soal national security exception.”
Diplomasi dan Politik Luar Negeri
Indonesia tetap membuka ruang dialog, namun posisi dasar diplomasi adalah:
“Hubungan dagang hanya bisa dilanjutkan bila dilandasi prinsip keadilan dan saling menghormati.”
“Kami bukan negara pasar, kami negara bermartabat.”
DAMPAK EKONOMI: RISIKO DAN PELUANG
1. Risiko
a. Kerugian Ekspor
Ekspor Indonesia ke AS sekitar US$ 23–25 miliar per tahun (data 2023). Ini setara 10–12% dari total ekspor nasional.
Sektor terdampak: tekstil, alas kaki, furnitur, kopi, karet, dan pertanian.
b. Gangguan Impor
AS adalah sumber teknologi, peralatan medis, dan beberapa komponen industri. Imbas jangka pendek bisa terasa pada sektor yang bergantung pada komponen dari AS.
c. Reaksi Pasar dan Investor
Bisa terjadi capital outflow jangka pendek.
Investor dari AS mungkin menahan ekspansi atau bahkan menarik diri.
2. Peluang
a. Diversifikasi Pasar Ekspor
Dr. Chatib Basri (Ekonom Senior):
“Langkah ini bisa menjadi momentum akselerasi perluasan pasar. Negara seperti India, China, Uni Emirat Arab, dan Afrika tumbuh cepat. Kita bisa alihkan ekspor ke sana.”
b. Substitusi Impor dan Industrialisasi Lokal
Produk dari AS bisa diganti dengan alternatif dari Eropa, Jepang, atau ASEAN.
Dorongan bagi industri dalam negeri untuk memproduksi barang substitusi, khususnya alat kesehatan, teknologi, dan produk pertanian.
c. Penguatan Pasar Domestik
Dr. Raden Pardede (Ekonom Makro):
“Krisis dagang justru bisa menjadi pemicu pertumbuhan sektor konsumsi dalam negeri dan UMKM. Indonesia punya pasar ratusan juta jiwa. Ini aset besar.”
STRATEGI NASIONAL MENGHADAPI PEMUTUSAN HUBUNGAN DAGANG
1. Akselerasi Perjanjian Dagang Alternatif
Maksimalkan kerja sama dengan Tiongkok, India, RCEP, ASEAN, Afrika Timur, dan OIC.
Percepat negosiasi dagang dengan Uni Eropa (IEU–CEPA).
2. Program Nasional Substitusi Impor
Fokus pada komoditas strategis seperti bahan baku, alat kesehatan, dan produk digital.
Kolaborasi antara BUMN, swasta, dan startup lokal.
3. Perlindungan dan Transformasi Industri Ekspor
Insentif pajak dan pembiayaan untuk sektor terdampak.
Diversifikasi produk dan pasar tujuan ekspor secara cepat.
Penguatan logistik dan diplomasi dagang aktif.
4. Kampanye Nasional “Bangga Produk Indonesia”
Ajak masyarakat mengganti konsumsi produk AS dengan produk lokal atau mitra strategis.
Edukasi publik bahwa ini bukan sekadar konflik dagang, tapi perjuangan kedaulatan ekonomi.
KESIMPULAN: TEGAS, BERANI, DAN BERDAULAT
Langkah pemutusan total hubungan dagang dengan Amerika Serikat adalah kebijakan ekstrem namun sah, yang diambil bukan karena kebencian, tetapi demi perlindungan nasional dan martabat bangsa.
Indonesia tidak akan tunduk pada tekanan ekonomi yang tidak adil. Kedaulatan tidak hanya diukur dari kekuatan militer, tetapi juga dari kemampuan untuk menentukan arah ekonominya sendiri tanpa intervensi asing.
“Lebih baik rugi di awal, daripada terus dirugikan sepanjang masa.”
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar