Minggu, 06 April 2025

SIKAP RASIONAL DAN KOMPREHENSIF INDONESIA ATAS KEBIJAKAN TARIF IMPOR 32% DARI AMERIKA SERIKAT

Sikap Rasional dan Komprehensif Indonesia atas Kebijakan Tarif Impor 32% dari Amerika Serikat

Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)


Puisi :

“Tarif dan Martabat"

Di meja dagang yang katanya adil,
Tiba-tiba datang sepucuk berita dari negeri jauh:
“Produk darimu akan kami kenai tarif,
Tiga puluh dua persen,” kata mereka—tanpa ragu, tanpa jabat tangan, tanpa negosiasi.

Apakah ini dagang, atau ancaman?
Apakah ini aturan, atau dominasi perlahan?
Mereka lempar angka seperti cambuk,
Seolah kita hanya keranjang di pinggir rak dunia.

Tapi dengar baik, wahai kekuatan besar,
Kami bukan bangsa yang diam dipukul pasar.
Kami bisa hitung dengan timbangan setara,
Tiga puluh dua persen juga akan kami tetapkan pada setiap barangmu yang datang ke tanah kami.

Jika kau pakai kalkulasi untuk menekan,
Maka kami pun siap kalkulasi untuk bertahan.
Kami akan balas dengan nilai yang sama,
Bukan karena benci, tapi karena logika dan hak yang mesti dijaga.

Dan bila itu tak cukup membuka mata,
Jika angka tak mampu membuatmu sadar,
Maka kami akan tempuh jalan lebih tegas:
Kami tutup pelabuhan untukmu.

Tak akan ada lagi masuk produk darimu—
Tak komputer, tak mobil, tak kedelai, tak senjata.
Dan lebih dari itu, kami juga tak akan kirim apa-apa:
Tak kopi, tak karet, tak baju, tak karya.

Biar dunia tahu, ini bukan soal marah,
Tapi soal menjaga arah.
Kami punya hak untuk menolak diinjak,
Untuk menolak jadi pasar tanpa suara dan hak.

Kami bukan budak bea,
Kami bukan bangsa yang hanya tunduk pada kuasa.
Kami punya ladang, kami punya tangan,
Kami bisa bangun dari dalam, tanpa bea yang menindas seperti bayangan.

Kau pikir kami akan lemas tanpa pasar darimu?
Salah besar.
Kami bisa bangun pasar di Timur Tengah, di Afrika, di Asia Tenggara.
Kami bisa berdagang dengan saudara,
Yang menghargai tanpa merampas laba.

Dan rakyat kami—
Akan belajar membeli buatan anak bangsa.
Tak perlu logomu di sudut kemasan,
Jika maknanya adalah pemerasan.

Jadi, pilih jalanmu, wahai Amerika.
Kami beri dua pilihan tanpa dusta:
Kau cabut tarifmu,
Atau kami cabut semua bentuk dagang darimu.

Karena kami tak akan lagi berdagang dengan lutut,
Kami berdagang dengan kepala tegak, dan hati yang lurus.
Sebab lebih baik kehilangan satu pasar besar,
Daripada kehilangan martabat seluruh bangsa. (Obasa). 


Latar Belakang

Portal Suara Academia: Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor sebesar 32% terhadap produk Indonesia merupakan langkah proteksionis yang tidak hanya mengganggu arus perdagangan bebas, tetapi juga memberi dampak serius terhadap pelaku ekspor Indonesia. Langkah ini dianggap bertentangan dengan prinsip kerja sama multilateral dalam WTO dan semangat perdagangan adil yang telah lama dibangun antara kedua negara.


Tiga Opsi Kebijakan Balasan Indonesia

1. Retaliasi Setara (Tarif Balasan 32%)

Kebijakan:

Indonesia akan memberlakukan tarif balasan 32% terhadap produk-produk dari Amerika Serikat.

Analisa Pakar:

Dr. Faisal Basri (Ekonom Senior UI):

“Retaliasi tarif adalah instrumen sah dalam perdagangan internasional. Ini bukan soal balas dendam, tapi soal menciptakan keseimbangan dalam perlakuan. Kalau tidak direspons, negara kita akan dilihat lemah dan bisa terus ditekan.”

Prof. Mari Elka Pangestu (Mantan Menteri Perdagangan):

“Selama dilakukan dalam koridor WTO, retaliasi adalah bagian dari negosiasi keras. Kita harus menunjukkan posisi tawar kita, karena Indonesia punya daya tarik pasar yang besar.”


2. Embargo Parsial Produk AS

Kebijakan:

Penghentian sementara impor dari AS untuk produk-produk non-strategis, seperti makanan minuman kemasan, barang konsumsi mewah, dan beberapa elektronik.


Analisa Pakar:

Dr. Hendri Saparini (CORE Indonesia):

“Kebijakan ini perlu hati-hati. Embargo bisa efektif bila dilakukan secara selektif dan terarah. Tapi jangan sampai mencederai kepentingan konsumen lokal atau pelaku industri yang bergantung pada input dari AS.”

Timothy H. Lim (Pakar Hubungan Internasional, California State University):

“Embargo dagang bisa memicu balasan lebih besar jika tidak dikomunikasikan secara diplomatik. Tapi bisa efektif jika negara yang melakukannya punya alternatif mitra dagang lain.”


3. Pengalihan Ekspor dan Diversifikasi Pasar

Kebijakan:

Indonesia akan mengalihkan ekspor dari AS ke pasar alternatif seperti Tiongkok, Uni Emirat Arab, Afrika, dan Eropa Timur.

Pemerintah akan memperkuat dukungan insentif logistik dan perdagangan ke kawasan mitra RCEP, ASEAN, dan OIC.


Analisa Pakar:

Dr. Chatib Basri (Mantan Menkeu RI):

“Pasar AS penting, tapi bukan satu-satunya. Kita harus percepat transformasi pasar ekspor dan jangan hanya tergantung pada satu negara. Diversifikasi pasar adalah strategi jangka panjang yang cerdas.”

Sri Adiningsih (Ekonom UGM):

“Negara seperti Vietnam dan Bangladesh berhasil menjadikan tekanan dari satu negara sebagai momentum untuk masuk pasar baru. Indonesia bisa melakukan hal yang sama.”


Pendekatan Diplomatik dan Hukum Internasional

Langkah Indonesia:

Mengajukan protes resmi melalui nota diplomatik.

Mengaktifkan kanal negosiasi bilateral lewat forum dagang dan G20.

Membawa kasus ini ke Dispute Settlement Body (DSB) WTO untuk menilai pelanggaran prinsip Most Favoured Nation (MFN).


Analisa Pakar:

Prof. Hikmahanto Juwana (Pakar Hukum Internasional):

“Langkah hukum di WTO sangat penting. Ini menunjukkan kita menggunakan jalur resmi dan beradab. Kalau kita menang di WTO, bisa menjadi preseden penting untuk negara berkembang lainnya.”


Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Pemerintah Indonesia harus mengambil sikap tegas namun rasional.

Langkah kebijakan harus terukur, terencana, dan memperhitungkan semua kepentingan nasional, termasuk pelaku industri, pekerja, dan konsumen.

Strategi komunikasi publik dan diplomatik harus diperkuat, agar posisi Indonesia dipahami oleh dunia internasional sebagai negara yang menjunjung keadilan dan kesetaraan dalam perdagangan global.


Penutup

Kebijakan sepihak Amerika Serikat tidak boleh dibiarkan tanpa respons. Indonesia tidak menutup pintu dialog, tetapi juga tidak akan membiarkan dirinya diperlakukan tidak adil. Keseimbangan antara kepentingan nasional, stabilitas ekonomi, dan citra global harus menjadi dasar setiap langkah strategis ke depan. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini