Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Implementasinya dalam Kehidupan Sehari-hari
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa).
Puisi :
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Setiap momentum Iduladha, umat Islam di seluruh dunia mengenang peristiwa besar tentang pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS, yang menunjukkan puncak ketundukan, iman, dan keikhlasan. Kisah ini bukan sekadar sejarah, tetapi teladan moral dan spiritual bagi umat manusia dalam menghadapi berbagai ujian hidup.
Allah SWT menjadikan kisah tersebut sebagai ibrah (pelajaran) bagi orang-orang beriman. Firman-Nya:
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal." (QS. Yusuf: 111)
1. Keteladanan Nabi Ibrahim: Fondasi Pengorbanan
a. Keimanan yang Murni
Nabi Ibrahim mencari Tuhan dengan akalnya, mempertanyakan penyembahan berhala, dan menyerahkan dirinya hanya kepada Allah. Ia dikenal sebagai hanif, yakni orang yang lurus dalam tauhid.
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menciptakan aku; maka sesungguhnya Dia akan memberi petunjuk kepadaku.’” (QS. Az-Zukhruf: 26–27)
b. Ketaatan yang Sempurna
Ketika diperintah menyembelih putranya, Ibrahim tidak menolak atau berdebat, melainkan langsung menjalankan perintah tersebut.
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia (Ismail) menjawab: ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS. As-Saffat: 102)
c. Pengorbanan dengan Ikhlas
Ibrahim bersedia mengorbankan anak yang sangat dicintainya demi menaati Allah. Namun, Allah mengganti dengan sembelihan yang besar:
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Saffat: 107)
2. Pengorbanan dalam Kehidupan Modern
Nilai-nilai ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
a. Keteguhan pada Kebenaran
Di tengah dunia yang penuh godaan, berpegang pada prinsip kejujuran adalah bentuk pengorbanan yang berat.
Menolak korupsi, manipulasi, dan kolusi demi integritas diri adalah cermin ketaatan kepada nilai kebenaran.
b. Mengutamakan Kepentingan Umum
Seorang pemimpin atau pejabat publik harus rela mengorbankan kenyamanan pribadi demi melayani rakyat.
Masyarakat pun diajak untuk mengurangi sikap egois dan lebih peduli terhadap lingkungan sosial.
c. Mengendalikan Ego dan Nafsu
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Musuh terberatmu adalah nafsumu sendiri yang ada di antara kedua rusukmu." (HR. Al-Baihaqi)
Maka, menyembelih nafsu angkuh, tamak, dan dengki adalah “kurban batin” yang sangat penting dalam hidup modern.
3. Implementasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan
a. Dalam Keluarga
Ayah meneladani Ibrahim: sabar, dialogis, dan visioner.
Anak meneladani Ismail: taat, rela berkorban, dan penuh adab.
b. Dalam Pendidikan
Guru sebagai pendidik rela berkorban demi mencetak generasi berakhlak.
Siswa perlu meneladani semangat belajar, walau dalam keterbatasan.
c. Dalam Dunia Sosial dan Politik
Aktivis sosial dan pemimpin bangsa harus berani menyuarakan keadilan walau penuh risiko.
Masyarakat harus berani menolak hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian walau bertentangan dengan arus mayoritas.
4. Pandangan Ulama dan Cendekiawan
Prof. Dr. Quraish Shihab: “Kurban bukan hanya ritual, tapi ekspresi total dari penghambaan diri, saat kita rela melepaskan apa pun yang kita cintai demi Allah.”
Gus Mus (KH. Ahmad Mustofa Bisri): “Belajarlah dari Nabi Ibrahim dan Ismail: bagaimana orang tua dan anak saling percaya dan taat kepada Allah. Ini nilai yang langka di zaman sekarang.”
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar: “Ibrahim mendidik kita untuk membunuh kecintaan yang berlebihan pada dunia, dan menyerah pada kehendak Allah.”
5. Rekomendasi dan Aksi Nyata
✅ Secara Pribadi
Latih diri untuk sabar dan ikhlas dalam ujian hidup.
Tingkatkan kesalehan personal dan sosial.
✅ Dalam Rumah Tangga
Bangun komunikasi yang jujur dan terbuka antara orang tua dan anak.
Ajak anggota keluarga menyisihkan rezeki untuk sedekah atau kurban.
✅ Di Masyarakat
Dorong gerakan kurban kolektif yang menyasar wilayah-wilayah miskin dan terpinggirkan.
Jadikan Iduladha momen introspeksi dan solidaritas nasional.
✅ Di Dunia Pendidikan dan Politik
Pendidikan karakter harus memuat nilai-nilai Ibrahimiyah: kejujuran, tanggung jawab, keberanian.
Pemimpin perlu mempraktikkan pengorbanan bukan untuk pencitraan, tapi pengabdian.
Penutup
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah kisah pengabdian, pengorbanan, dan keikhlasan sejati. Bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban, tetapi menyembelih keakuan, keangkuhan, dan nafsu duniawi demi meraih ridha Ilahi.
"Sesungguhnya Allah tidak menerima daging dan darahnya, tetapi Dia menerima ketakwaan dari kamu." (QS. Al-Hajj: 37)
Mari kita jadikan semangat kurban sebagai fondasi perbaikan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar