Menuntut Ilmu : Filosofi, Dalil, dan Pandangan Ilmuwan
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa).
Puisi:
"Cahaya Ilmu dalam Langkah Sang Penuntut"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dalam Islam, pencarian ilmu bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi juga ibadah dan bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Banyak ulama, seperti Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Imam Al-Ghazali, hingga ulama kontemporer menekankan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah dan kemuliaan manusia.
Dalil-Dalil Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
1. Dari Al-Qur’an:
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menekankan perbedaan derajat antara orang berilmu dengan yang tidak, sebagai motivasi untuk mencari ilmu.
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
2. Dari Hadis Rasulullah
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah, no. 224)
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Pandangan Para Ulama
1. Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Ibnu Qayyim menegaskan bahwa ilmu adalah kehidupan hati. Dalam Miftah Daar As-Sa’aadah, ia berkata:
“Ilmu adalah kehidupan hati, cahaya bagi pandangan, dan makanan bagi jiwa. Tanpa ilmu, hati menjadi mati dan jiwa menjadi sakit.”
Ia juga menekankan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang membimbing kepada amal saleh, bukan sekadar pengetahuan teoretis.
2. Imam Al-Ghazali
Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua:
- Ilmu fardhu ‘ain: seperti ilmu tauhid, fiqh ibadah.
- Ilmu fardhu kifayah: seperti ilmu kedokteran, teknik, dll.
“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.”
Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa pencari ilmu hendaknya membersihkan hati, niat, dan akhlak sebelum dan selama belajar.
3. Ibnu Qudamah
Dalam kitab Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, beliau berkata:
“Ilmu lebih utama daripada ibadah, karena ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan ibadah adalah warisan orang saleh.”
Filosofi Menuntut Ilmu
1. Ilmu sebagai Jalan Hidup dan Ibadah
Menuntut ilmu bukan hanya untuk dunia, tetapi juga akhirat. Ilmu yang membawa manfaat adalah yang mendekatkan kepada Allah.
2. Ilmu sebagai Pembeda Derajat
Ilmu mengangkat derajat manusia di hadapan Allah dan manusia lainnya. Ulama lebih mulia dari ahli ibadah yang bodoh.
3. Ilmu sebagai Jalan Menuju Surga
Ilmu yang diamalkan akan membuka jalan kebaikan, dan menjadi bekal di dunia maupun akhirat.
Pandangan Ilmuwan dan Tokoh Pendidikan
Syekh Yusuf al-Qaradawi
Dalam bukunya Al-Ilmu, beliau menjelaskan:
“Ilmu adalah cahaya, dan siapa yang menolak cahaya akan tetap hidup dalam kegelapan.”
Prof. Dr. Quraish Shihab
“Ilmu dan iman adalah dua sayap yang harus seimbang. Ilmu tanpa iman bisa membawa kesesatan, iman tanpa ilmu bisa membawa fanatisme.”
Buya Hamka
“Ilmu adalah kekuatan; hanya dengan ilmu manusia bisa membedakan hak dan batil, benar dan salah.”
Penutup dan Rekomendasi
Menuntut ilmu adalah ibadah sepanjang hayat. Setiap Muslim hendaknya:
Menuntut ilmu dengan niat ikhlas karena Allah.
Mengamalkan ilmu yang diperoleh.
Menjauhi ilmu yang tidak bermanfaat.
Menjadikan ilmu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk kesombongan.
“Belajarlah untuk menjadi hamba Allah yang tahu diri, bukan hanya manusia yang tahu banyak.”
Rekomendasi Praktis
1. Jadwalkan waktu harian untuk belajar agama dan pengetahuan umum.
2. Perbanyak membaca kitab-kitab ulama.
3. Ikuti majelis ilmu dan diskusi ilmiah.
4. Gunakan teknologi untuk belajar (video kajian, e-book, podcast Islami).
5. Amalkan ilmu dalam kehidupan harian. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar