Gantungkanlah Kebenaran kepada Allah Melalui Wahyu-Nya dan Sunnah Rasul-Nya
(Meneguhkan Tauhid dan Meniti Jalan Kebenaran Berdasarkan Wahyu Ilahi)
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa).
Puisi :
"Gantungkan Kebenaran pada Langit"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Di era modern yang sarat informasi, relativisme kebenaran menjadi tren. Banyak orang menilai benar dan salah hanya dari opini, jumlah pengikut, atau popularitas. Dalam kondisi ini, seorang Muslim harus kokoh memegang prinsip: kebenaran hanya milik Allah, dan hanya bisa diketahui melalui wahyu-Nya (Al-Qur’an) serta sunnah Rasul-Nya (Nabi Muhammad ﷺ).
Pernyataan “Gantungkanlah selalu kebenaran dari Allah melalui wahyu-wahyu-Nya dan sunnah-sunnah yang dicontohkan dan dijalankan para Nabi dan Rasul-Nya” adalah sebuah deklarasi tauhid epistemologis—pengakuan bahwa sumber pengetahuan tertinggi dan paling benar adalah Allah, bukan manusia.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis tentang Kebenaran yang Mutlak
a. Kebenaran Milik Allah
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147)
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?" (QS. An-Nisa: 87)
Ayat ini menegaskan bahwa kebenaran bukan hasil konstruksi sosial, melainkan datang dari Allah sebagai Zat Yang Mahabenar.
b. Al-Qur'an sebagai Petunjuk dan Standar Kebenaran
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang menjadi pedoman hakiki. Segala ucapan dan perilaku manusia harus ditimbang berdasarkan Al-Qur’an.
c. Sunnah Rasul: Penjelas Al-Qur’an
"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr: 7)
Rasulullah ﷺ bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi mencontohkan cara hidup yang benar, sebagai perwujudan praktis dari kebenaran.
Pandangan Ilmuwan dan Ulama
🌟 Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H)
“Kebenaran tidak tergantung pada orang, tetapi oranglah yang harus menyesuaikan dengan kebenaran. Maka ukur manusia dengan kebenaran, jangan ukur kebenaran dengan manusia.”
🌟 Imam Syafi’i
“Setiap perkara yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah, maka buanglah jauh-jauh walau dikatakan oleh siapa pun.”
🌟 Dr. Yusuf al-Qaradawi
Dalam bukunya “Kaifa Nata‘amalu ma‘al Sunnah an-Nabawiyyah”, beliau menegaskan bahwa:
“Sunnah Rasul adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, dan merupakan tafsir praktis dari wahyu. Tidak boleh ada pemahaman Islam yang melepaskan diri darinya.”
🌟 Prof. Dr. Quraish Shihab
“Al-Qur’an bukan hanya bacaan, tetapi sumber kebenaran hidup yang harus dipahami konteks dan isi pesannya. Kebenaran sejati dalam Islam tidak mungkin keluar dari wahyu Allah.”
Bahaya Jika Kebenaran Tidak Lagi Digantungkan pada Wahyu dan Sunnah
Jika manusia menggantungkan kebenaran pada:
Mayoritas pendapat → akan terjadi populisme yang menyesatkan
Akal semata → akan lahir relativisme moral
Kepentingan politik atau dunia → lahir opresi dan kesewenang-wenangan
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah."(QS. Al-An'am: 116)
Konsekuensi Praktis: Menegakkan Kebenaran dalam Hidup
✅ Dalam ibadah: hanya mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah
✅ Dalam muamalah: jujur, adil, dan berorientasi pada maslahat, sesuai syariat
✅ Dalam politik: bersandar pada keadilan ilahi, bukan kekuasaan semata
✅ Dalam pendidikan: menjadikan wahyu sebagai sumber nilai dan moralitas
Renungan
“Kebenaran hanya satu, dan ia turun dari langit, bukan hasil pemungutan suara di bumi.”
Sebagai Muslim, kita wajib menggantungkan seluruh nilai hidup, sikap, dan keputusan hanya kepada kebenaran dari Allah, dengan meneladani wahyu dan sunnah Rasulullah ﷺ.
"Barang siapa yang taat kepada Rasul, maka sungguh ia telah taat kepada Allah." (QS. An-Nisa: 80)
Doa:
"Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 6–7).
Berikut ringkasan rekomendasi dari pembahasan tentang “Gantungkanlah kebenaran hanya kepada Allah melalui wahyu dan sunnah”:
Rekomendasi :
- Jadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama kebenaran, bukan opini manusia atau tren sesaat. QS. Al-Baqarah: 2... “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya.”
- Ikuti sunnah Nabi ﷺ sebagai pedoman hidup praktis, karena Rasul adalah penjelas dan penuntun wahyu. QS. Al-Hasyr: 7 – “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, terimalah...”
- Tolak relativisme moral yang menggantungkan kebenaran pada mayoritas, media, atau logika tanpa bimbingan wahyu.
- Teguhkan tauhid dalam cara berpikir dan bertindak, hanya Allah yang paling tahu mana benar dan salah.
- Evaluasi semua tindakan, keputusan, dan sistem hidup berdasarkan wahyu dan sunnah, bukan hawa nafsu atau kepentingan dunia.
- Luruskan niat mencari kebenaran demi ridha Allah, bukan pembenaran untuk hawa nafsu atau kepentingan pribadi.
Penutup
“Kebenaran sejati adalah yang datang dari Allah... melalui wahyu dan dituntunkan oleh Rasul-Nya. Pegang teguh itu, maka engkau akan selamat dunia dan akhirat.” (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar