Dari Janji ke janji dan Ide ke ide : Janji lagi Tahun Emas 2045 dan Realitas Saat Ini
Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)
Puisi:
"Janji di Bumi Nusantara"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga kini menunjukkan sebuah pola yang berulang: janji demi janji, ide demi ide, yang seringkali lebih banyak berhenti sebagai retorika ketimbang kenyataan. Mulai dari janji pembangunan ekonomi, pemerataan pendidikan, pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, hingga cita-cita menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur, semuanya kerap muncul dalam wacana politik dan pemerintahan. Kini, Indonesia kembali dihadapkan pada sebuah janji besar: Visi Indonesia Emas 2045, sebuah gagasan bahwa di usia 100 tahun kemerdekaan, bangsa ini akan menjadi negara maju, adil, makmur, dan berdaulat.
Namun, apakah visi ini sekadar janji politik, atau benar-benar dapat diwujudkan melalui kebijakan, program, dan kerja nyata?
Janji dan Ide: Pola Historis yang Berulang
Sejak era Orde Lama hingga Reformasi, rakyat Indonesia telah berkali-kali disuguhi janji:
- Orde Lama dengan janji revolusi, berdikari, dan ekonomi terpimpin.
- Orde Baru dengan janji stabilitas, pembangunan lima tahun (Repelita), dan swasembada pangan.
- Era Reformasi dengan janji demokrasi, pemberantasan KKN, hingga kesejahteraan rakyat.
Namun, sebagaimana dicatat oleh Prof. Ariel Heryanto (Universitas Melbourne), banyak ide besar dalam sejarah Indonesia gagal karena kurangnya konsistensi, lemahnya kelembagaan, dan ketergantungan pada figur pemimpin karismatik. Ide sering menjadi jargon politik, bukan program yang berkesinambungan.
Visi Indonesia Emas 2045
Visi Indonesia Emas 2045 merupakan target agar Indonesia menjadi:
- Negara maju dengan PDB terbesar ke-4 dunia.
- Negara berkeadilan dengan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.
- Negara berdaulat yang kuat dalam diplomasi dan pertahanan.
- Negara berdaya saing dalam teknologi dan inovasi.
Menurut Bappenas, untuk mencapai hal tersebut Indonesia harus tumbuh minimal 6–7% per tahun, meningkatkan kualitas SDM, mengurangi ketimpangan sosial, serta memperkuat tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan.
Pandangan Kritis dari Para Ahli
1. Ekonomi – Faisal Basri (Ekonom UI)
Menurut Faisal Basri, janji Indonesia Emas 2045 bisa jadi utopia bila fondasi ekonomi masih bertumpu pada sumber daya alam. “Kita tidak mungkin menjadi negara maju jika terus bergantung pada ekspor komoditas mentah. Industrialisasi berbasis inovasi adalah kunci,” tegasnya.
2. Pendidikan – Prof. Anies Baswedan
Anies pernah menekankan bahwa Indonesia menghadapi krisis kualitas pendidikan. Menurutnya, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi jika generasi muda tidak dipersiapkan dengan keterampilan abad 21. Pendidikan berkualitas, merata, dan berkeadilan adalah prasyarat menuju 2045.
3. Politik – Refly Harun (Pakar Hukum Tata Negara)
Refly menilai janji-janji besar seperti Indonesia Emas seringkali dijadikan alat politik. “Kalau institusi politiknya koruptif dan hukum tidak tegak, maka semua ide itu hanya retorika belaka,” ujarnya.
4. Sosiologi – Prof. Selo Soemardjan (Alm.)
Dalam berbagai kajiannya, beliau menekankan bahwa pembangunan bukan hanya soal ekonomi, tapi juga perubahan sosial. Tanpa keadilan sosial, janji kemakmuran hanya akan memperlebar jurang kaya-miskin.
Akar Permasalahan yang Membelit
Beberapa akar masalah yang sering membuat janji dan ide bangsa gagal terealisasi:
1. Korupsi sistemik
melemahkan kepercayaan rakyat.
2. Politik jangka pendek
orientasi hanya pada pemilu, bukan keberlanjutan pembangunan.
3. Ketimpangan pusat-daerah
pembangunan masih Jawa-sentris.
4. Rendahnya kualitas SDM
terutama dalam literasi, sains, dan teknologi.
5. Kemandirian ekonomi lemah
masih tergantung pada impor pangan, energi, dan teknologi.
Penutup
Indonesia memang penuh janji dan ide. Namun, bangsa ini membutuhkan lebih dari sekadar retorika untuk sampai pada Indonesia Emas 2045. Perlu konsistensi kebijakan lintas rezim, keberanian memutus rantai korupsi, penguatan kelembagaan, serta kesadaran kolektif seluruh rakyat.
Sebagaimana pesan Bung Karno: “Jadikanlah cita-cita Indonesia merdeka itu sebagai jembatan emas, untuk menuju masyarakat adil dan makmur.” Pertanyaannya, apakah bangsa ini hanya akan terus berada di jembatan janji, atau benar-benar sampai pada seberang yang dijanjikan? (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar