Sabtu, 23 Agustus 2025

PESAN MARCUS TULLIUS CICERO: SINDIRAN SOSIAL KUNO YANG MASIH RELEVAN

Pesan Marcus Tullius Cicero: Sindiran Sosial Kuno yang Masih Relevan

Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa). 


Puisi : 

"Cermin Sejarah"

Di ufuk senja, suara kuno terdengar,
Cicero bersuara, dua ribu tahun terhampar.
Tentang negeri besar yang pernah jaya,
tapi runtuh karena rakus dan buta mata.

Orang miskin... kerja, kerja, kerja,
keringatnya menetes jadi fondasi bangsa.
Namun hasilnya diambil segelintir saja,
orang kaya bernaung dalam singgasana mewahnya.

Tentara gagah berdiri di medan,
sumpahnya menjaga tanah dan lautan.
Namun kadang dijadikan alat kuasa,
melindungi mereka yang duduk di takhta.

Pajak dipikul oleh rakyat jelata,
menopang negara dengan tulus setia.
Tapi uangnya mengalir entah ke mana,
sementara jalan rusak dan perut lapar masih terasa.

Bankir berjas hitam menghitung laba,
bunga dan utang jerat yang nyata.
Rakyat kecil menjerit tak berdaya,
terjerat sistem yang dingin tanpa jiwa.

Pengacara pandai bermain kata,
membengkokkan hukum dengan logika semu belaka.
Yang benar bisa jadi salah, yang salah jadi benar,
keadilan pun terjual dengan harga pasar.

Dokter menagih dalam senyum dingin,
biaya pengobatan bagai jurang tak terjamin.
Yang kaya sembuh dengan cepatnya,
yang miskin hanya bisa pasrah pada takdir-Nya.

Di lorong gelap, preman tertawa,
menakut-nakuti, menguasai warga.
Ketakutan jadi mata uang kuasa,
sementara hukum terdiam tanpa suara.

Politisi hidup bahagia di singgasana,
pidatonya indah, janjinya mempesona.
Namun di balik senyum penuh sandiwara,
mereka menikmati hasil keringat bangsa.

Wahai manusia, tidakkah engkau mengerti?
Sejarah berulang dalam setiap generasi.
Apa yang runtuhkan Romawi nan megah,
akan menjerat bangsa yang lalai pada amanah.

Ingatlah firman Allah Yang Maha Mulia:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum,
hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Maka bangunlah, wahai umat manusia,
tegakkan keadilan, hapuskan angkara.
Sebab tanpa iman, tanpa akhlak mulia,
peradaban hanyalah istana pasir yang hancur oleh gelombang dunia. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Marcus Tullius Cicero (106–43 SM) dikenal sebagai filsuf, ahli hukum, dan orator ulung dari Republik Romawi. Namanya harum bukan hanya karena kepiawaiannya berpidato, tetapi juga karena kritik-kritiknya terhadap korupsi politik, ketidakadilan sosial, dan keruntuhan moral bangsa Romawi pada masanya.

Salah satu kutipan yang sering beredar di dunia modern adalah daftar sindiran sosial tentang orang miskin, orang kaya, tentara, pajak, bankir, pengacara, dokter, preman, dan politisi. Daftar itu seakan berasal dari Cicero, meskipun para sejarawan meragukan keasliannya. Gaya bahasanya lebih modern dibandingkan tulisan Cicero yang otentik. Namun demikian, pesan moral dan filosofinya tetap terasa kuat dan sejalan dengan kritik-kritik yang pernah dilontarkan Cicero.


Makna Sosial dari “Pesan Cicero”

Jika ditelaah, daftar sindiran ini sesungguhnya menggambarkan siklus sosial-ekonomi dan politik yang terus berulang dalam sejarah:

1. Orang miskin bekerja keras

tenaga dan keringat mereka menjadi fondasi peradaban, tetapi mereka sering tidak menikmati hasilnya secara adil.

2. Orang kaya mengeksploitasi

kekayaan cenderung bertumpuk pada segelintir orang melalui pemanfaatan tenaga kelas bawah.

3. Tentara melindungi semua

namun perlindungan itu kerap diperalat untuk menjaga kepentingan elite.

4. Wajib pajak menanggung beban

rakyat menengah dan kecil sering jadi penopang utama sistem fiskal.

5. Bankir merampok

sindiran pada praktik keuangan yang menjerat rakyat dengan bunga dan utang.

6. Pengacara menyesatkan

hukum yang seharusnya melindungi justru kadang dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

7. Dokter menagih

pelayanan kesehatan bisa menjadi beban finansial berat bagi masyarakat.

8. Preman menakut-nakuti

simbol kekuasaan informal yang memperkaya diri dengan memeras rakyat kecil. 

9. Politisi hidup bahagia

elite politik menikmati kenyamanan dari sistem yang ditopang jerih payah rakyat.


Pandangan Pakar dan Ahli

Sejarawan:

Mary Beard dan sejarawan klasik lainnya menekankan bahwa era Cicero memang ditandai dengan ketidakadilan sosial dan krisis politik. Sindiran semacam ini mencerminkan suasana kejatuhan republik menuju kekuasaan absolut.

Sosiolog:

Emile Durkheim berpendapat bahwa ketidakadilan sosial adalah "anomali" yang berpotensi menghancurkan masyarakat. Poin-poin dalam pesan Cicero mencerminkan stratifikasi sosial timpang yang rawan konflik.

Filsuf Politik:

Karl Marx di abad ke-19 mengajukan analisis serupa mengenai eksploitasi kelas pekerja oleh kelas pemilik modal. Pesan Cicero bisa dipandang sebagai versi kuno dari kritik tersebut.

Ekonom Modern:

Joseph Stiglitz menegaskan bahwa ketimpangan ekonomi adalah "bom waktu sosial". Jika dibiarkan, ia merusak stabilitas bangsa, sebagaimana yang terjadi pada kejatuhan Romawi kuno.


Relevansi Saat Ini

Mengapa sindiran kuno ini masih relevan lebih dari 2.000 tahun kemudian?

1. Struktur sosial berulang

dalam setiap peradaban, ada kelas pekerja, kelas pemilik modal, dan elite politik.

2. Ketidakadilan ekonomi masih nyata

dari Romawi kuno hingga kapitalisme modern, kesenjangan sosial belum terselesaikan.

3. Politik tetap berbiaya rakyat

elite politik di berbagai negara masih hidup nyaman dari pajak dan sumber daya negara.

Dengan demikian, pesan ini bisa dibaca sebagai peringatan bahwa bangsa yang gagal menegakkan keadilan sosial akan mengulang sejarah kehancuran.


Kesimpulan

Apakah benar pesan ini berasal dari Cicero atau hanya adaptasi modern, tidaklah terlalu penting. Yang lebih penting adalah substansi sindiran sosialnya. Pesan itu adalah cermin kehidupan: dari Romawi kuno hingga abad ke-21, pola eksploitasi, ketidakadilan, dan penyalahgunaan kekuasaan tetap terjadi.

Sejarah memang berulang... hanya tokoh dan kostumnya yang berganti. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini