Jumat, 22 Agustus 2025

CERMIN KEHIDUPAN ISLAMI

Hidup Islami : Menjaga Diri dari Sifat Merendahkan Sesama

Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa) 


Puisi : 

Cermin Kehidupan Islami

Di bawah cahaya langit yang luas,
kita berjalan membawa amanah,
Allah dengan segala firman-Nya jelas,
menuntun manusia menuju arah yang lurus nan tegas.

Namun manusia sering terlupa,
sibuk mencari salah saudaranya,
lupa bercermin pada dirinya,
padahal dosa diri lebih besar adanya.

Wahai jiwa, janganlah angkuh,
jangan merasa paling benar dan utuh,
sebab kebenaran mutlak milik Allah,
bukan lidah, bukan mata, bukan prasangka yang lelah.

Jangan kau hina saudaramu,
walau kecil tampak salah di matamu,
mungkin di sisi Allah ia lebih tinggi,
sedang engkau terjerembab dalam khilaf yang tersembunyi.

Jangan menilai agama orang lain kurang,
sebab iman bukan sekadar rupa dan terang,
ia rahasia yang Allah simpan,
di hati, di amal, di keikhlasan.

Hiduplah sederhana dengan rendah hati,
jangan menuding, jangan mencaci,
lebih baik perbaiki diri,
daripada sibuk menghitung dosa orang lain tiap hari.

Allah Maha Mengetahui segala isi dada,
Dia yang menilai amal hamba-Nya,
tugas kita hanya berbuat baik,
menghormati sesama, menabur kasih.

Wahai manusia, jadilah penutup aib saudaramu,
bukan pembuka cela, bukan pengumbar malu,
sebab barangsiapa menutup aib saudaranya,
Allah kelak menutup aibnya di dunia dan akhirat sana.

Mari berjalan di jalan Islami,
dengan hati ikhlas, lisan yang suci,
hidup rukun, saling menghormati,
agar kita kelak masuk surga yang dijanjikan Ilahi. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, membawa rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta. Salah satu prinsip terpenting dalam kehidupan Islami adalah menjaga hubungan antar sesama manusia (hablun minannas) agar tidak saling menyakiti, merendahkan, ataupun menghakimi. Namun dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temui kebiasaan mencari kesalahan orang lain, membenarkan diri sendiri, dan menilai agama orang lain kurang. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah memberikan panduan jelas tentang bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap.


Larangan Mencari Kesalahan Orang Lain

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini melarang umat Islam untuk mencari aib atau kesalahan saudaranya. Manusia seharusnya sibuk memperbaiki diri, bukan membuka aib orang lain. Rasulullah ﷺ juga bersabda:

"Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)


Jangan Membenarkan Diri Sendiri

Sikap merasa diri paling benar adalah bentuk kesombongan. Padahal kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Merasa diri paling benar sambil menilai orang lain salah adalah sikap tercela. Standar Islami menuntut kita untuk rendah hati, menghargai orang lain, dan menyerahkan urusan benar-salah kepada Allah.


Jangan Menilai Orang Lain Buruk

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok)." (QS. Al-Hujurat: 11)

Standar kehidupan Islami adalah menghormati orang lain tanpa memandang suku, agama, status sosial, atau amal ibadah lahiriah. Seorang muslim tidak boleh mudah menilai saudaranya buruk, sebab hanya Allah yang tahu isi hati dan kualitas iman seseorang.


Jangan Menilai Agama Orang Lain Kurang

Kadar iman dan amal seseorang adalah rahasia Allah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

Boleh jadi orang yang kamu pandang rendah amalannya, justru ia lebih mulia di sisi Allah daripada dirimu.” (HR. Ahmad)

Menilai orang lain kurang dalam beragama adalah bentuk keangkuhan. Tugas seorang muslim adalah memperbaiki dirinya sendiri, bukan menilai kadar keimanan orang lain.


Ideal dan Standar Kehidupan Islami

Dalam pandangan Islam, standar hidup yang ideal adalah:

  1. Ikhlas dalam beribadah – semua amal ditujukan hanya kepada Allah, bukan untuk dinilai manusia.
  2. Rendah hati – tidak merasa diri paling benar, paling suci, atau paling beriman.
  3. Menjaga lisan – hanya berkata baik, tidak mencari aib, tidak menggunjing, tidak menilai orang lain.
  4. Berbaik sangka (husnuzan) – melihat orang lain dengan pandangan positif.
  5. Menutupi aib sesama – membantu memperbaiki, bukan membuka kesalahan.
  6. Menghormati perbedaan – dalam amal ibadah, dalam cara beragama, selama masih dalam koridor syariat.
  7. Sibuk memperbaiki diri – menjadikan diri sendiri proyek perbaikan yang utama.


Penutup

Allah dengan segala firman-Nya telah menuntun kita agar tidak mencari kesalahan orang lain, tidak membenarkan diri sendiri, dan tidak menilai orang lain buruk atau kurang beragama. Standar kehidupan Islami adalah menjadi pribadi yang rendah hati, ikhlas, menjaga lisan, serta sibuk memperbaiki diri. Dengan itu, kehidupan akan dipenuhi keberkahan dan kita dapat benar-benar menjadi umat yang dirahmati Allah. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini