Ketika Bapak dan Ibumu Telah Meninggal Dunia: Apa yang Wajib Dilakukan Anak Menurut Islam
Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa).
Puisi :
“Doa untuk Ayah dan Ibu yang Telah Pergi”
Pendahuluan :
Portal Suara Academia: Kehilangan ayah dan ibu adalah peristiwa paling memilukan dalam perjalanan hidup setiap manusia. Tidak ada yang dapat menggantikan peran mereka sebagai pendidik pertama, pemberi kasih tanpa syarat, dan penjaga hati sejak kita lahir hingga dewasa. Namun dalam pandangan Islam, wafatnya orang tua bukanlah akhir dari hubungan spiritual antara anak dan orang tua. Justru pada titik itulah, ujian bakti (birrul walidain) seorang anak benar-benar dimulai.
Allah tidak pernah menutup pintu bakti. Meskipun orang tua telah menghadap-Nya, kesempatan anak untuk berbuat baik kepada mereka tetap terbuka luas. Bahkan pahala dari amal baik seorang anak akan terus mengalir kepada orang tua selama anak itu melakukannya dengan ikhlas dan sesuai tuntunan agama.
Artikel ini menjelaskan secara lengkap, mendalam, dan filosofis: apa saja yang wajib dan seharusnya dilakukan oleh anak-anak ketika ayah dan ibu sudah meninggal dunia, berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an, Hadits, serta pandangan para ulama.
1. Melunasi Utang-Utang Orang Tua: Prioritas Pertama Setelah Mereka Wafat
Islam menempatkan utang pada posisi yang sangat serius. Bahkan shahid sekalipun tidak masuk surga sebelum utangnya diselesaikan. Rasulullah SAW bersabda:
“Jiwa seorang mukmin tergantung oleh utangnya sampai utang itu dilunasi.” (HR. Tirmidzi)
Ketika orang tua meninggal, kewajiban pertama anak adalah meneliti adakah utang—baik kepada manusia, lembaga, maupun kewajiban ibadah seperti nazar atau kafarat—yang belum mereka tunaikan.
Dalam hukum waris Islam, utang harus dilunasi sebelum harta dibagi (QS. An-Nisa: 11–12). Melunasi utang bukan hanya kewajiban syariat, tapi juga bentuk penyelamatan nama baik orang tua dari beban dunia dan akhirat.
Filosofi Islam:
Melunasi utang orang tua adalah bakti tertinggi karena anak menyelamatkan kehormatan orang tua di hadapan Allah dan manusia. Ini adalah hadiah terakhir yang bisa kita berikan kepada mereka.
2. Mendoakan Orang Tua Secara Rutin dan Konsisten
Allah memerintahkan:
“Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, rahmatilah mereka keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.’” (QS. Al-Isra: 24)
Rasulullah SAW juga bersabda bahwa doa anak yang saleh adalah amalan yang tidak terputus pahalanya meski orang tua sudah meninggal (HR. Muslim).
Setiap hari, anak dianjurkan membaca:
“Rabbighfir li wa li-walidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.”
Doa adalah penghubung cinta yang tidak terputus oleh kematian. Ketika tidak ada lagi kesempatan memeluk dan berbicara kepada orang tua, doa menjadi bentuk bakti yang paling lembut dan paling tulus.
Filosofi Islam:
Doa anak adalah cahaya bagi kubur orang tua. Semakin sering seorang anak berdoa, semakin cerah perjalanan ruh orang tua di alam barzakh.
3. Bersedekah dan Beramal Jariyah atas Nama Orang Tua
Hadits yang sangat terkenal menyebutkan:
“Apabila manusia meninggal, terputus amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Anak dapat mengalirkan pahala kepada orang tua dengan melakukan sedekah atas nama mereka:
- memberi makan orang miskin
- mengalirkan air bersih
- mencetak mushaf Al-Qur’an
- membangun masjid atau tempat wudhu
- membantu yatim piatu
- wakaf pendidikan atau kesehatan
- Para ulama sepakat bahwa sedekah atas nama mayit sampai pahalanya.
Filosofi Islam:
Sedekah atas nama orang tua adalah bentuk melanjutkan “kehidupan kebaikan” mereka. Setiap orang yang merasakan manfaatnya akan menjadi saksi amal kebaikan orang tua kita.
4. Menyambung Silaturahmi dengan Kerabat dan Sahabat Orang Tua
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya termasuk bakti kepada orang tua setelah keduanya wafat adalah menyambung hubungan dengan sahabat-sahabat mereka.” (HR. Abu Dawud)
Anak dianjurkan untuk:
- mengunjungi keluarga besar
- menjaga hubungan dengan saudara orang tua
- menghormati sahabat dekat ayah dan ibu
- membantu orang-orang yang dulu dekat dengan orang tua
Filosofi Islam:
Silaturahmi adalah jembatan hati. Dengan menyambung hubungan tersebut, kita tidak hanya memuliakan orang tua tetapi juga memperluas rezeki dan memperpanjang umur dalam makna keberkahan.
5. Membacakan Al-Qur’an dan Menghadiahkan Pahalanya
Mayoritas ulama, termasuk mazhab Hanafi, Hanbali, dan sebagian Syafi’iyah, berpendapat bahwa pahala bacaan Al-Qur’an yang dihadiahkan kepada orang tua sampai kepada mereka.
Anak dapat membaca:
- Surah Yasin
- Surah Al-Fatihah
- Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
- Surah Al-Mulk
- Atau Al-Qur’an secara keseluruhan
Filosofi Islam:
Al-Qur’an adalah cahaya. Menghadiahkannya kepada orang tua berarti memberikan penerang dalam perjalanan mereka menuju akhirat.
6. Melaksanakan Wasiat Orang Tua yang Sesuai Syariat
Jika orang tua meninggalkan wasiat—baik berupa harta, pesan amal, atau permintaan khusus yang tidak bertentangan dengan syariat—maka wasiat itu wajib dilaksanakan (QS. Al-Baqarah: 180).
Anak juga dianjurkan melestarikan pesan-pesan kebaikan orang tua seperti menjaga keluarga, menjaga shalat, menyantuni kerabat, atau hidup jujur.
Filosofi Islam:
Melaksanakan wasiat berarti menjaga kehormatan dan cinta terakhir orang tua. Itu caranya anak menghargai perjalanan hidup orang tua.
7. Menjaga Nama Baik Orang Tua dengan Akhlak yang Terpuji
Walaupun orang tua sudah meninggal dunia, amal buruk anak dapat mencoreng nama baik mereka. Oleh karena itu:
- anak harus menjaga akhlak
- tidak memfitnah, berbuat zalim, atau membuka aib keluarga
- menghindari perbuatan maksiat
- menjaga harkat keluarga
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik bekal adalah takwa.”
Filosofi Islam:
Nama baik orang tua adalah warisan yang tidak ternilai. Ketika anak berakhlak mulia, masyarakat akan berkata, “Beruntung orang tua yang mendidiknya.” Itu adalah hadiah yang paling membanggakan.
8. Melanjutkan Kebaikan dan Perjuangan Hidup Orang Tua
Orang tua selama hidupnya pasti menanam banyak nilai kebaikan:
- kerja keras
- kejujuran
- ketaatan ibadah
- cinta keluarga
- kepedulian terhadap orang lain
Melanjutkan nilai tersebut adalah bentuk bakti sejati.
Anak dapat meneruskan usaha baik orang tua, membangun kembali keluarga yang harmonis, atau meneruskan dakwah dan kegiatan sosial mereka.
Filosofi Islam:
Orang tua adalah guru pertama. Ketika kita melanjutkan nilai-nilai mereka, kita membantu mereka tetap hidup dalam bentuk amal yang tidak terputus.
9. Mengunjungi Makam Mereka dengan Adab dan Kesopanan
Mengunjungi makam adalah sunnah. Rasulullah SAW bersabda:
“Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah karena itu mengingatkan kalian kepada akhirat.” (HR. Muslim)
Adab ziarah:
- memberi salam
- mendoakan ampunan
- tidak meminta-minta kepada ahli kubur
- tidak meratapi berlebihan
- tidak melakukan perbuatan syirik
Ziarah membuat hati lembut dan membangun kesadaran bahwa hidup di dunia adalah sementara.
10. Ikhlas, Sabar, dan Menguatkan Diri atas Takdir Allah
Kehilangan orang tua kadang membuat hati hancur. Namun Islam mengajarkan:
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 6)
Sabar bukan berarti menahan tangis, tetapi menerima dengan lapang dada bahwa Allah lebih mencintai hamba-Nya.
Filosofi Islam:
Rindu kepada orang tua yang sudah tiada adalah bukti cinta. Dan Allah menjanjikan: orang yang sabar akan dikumpulkan kembali bersama orang-orang dicintainya kelak di surga.
Penutup: Bakti Tidak Berakhir, Ia Justru Dimulai
Dalam Islam, hubungan anak dengan orang tua tidak berakhir ketika nafiri kematian ditiupkan. Selama anak masih hidup, selama itu pula pintu bakti terbuka. Tidak ada batasan waktu untuk mendoakan mereka, melanjutkan kebaikan mereka, dan menjaga nama baik mereka.
Setiap doa, setiap sedekah, setiap akhlak baik yang kita lakukan akan menjadi cahaya bagi orang tua di alam kubur. Dan ketika waktunya tiba, Allah akan mempertemukan kembali anak dan orang tua di negeri abadi, selama keduanya menjaga iman dan amal saleh. (Obasa)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar