Usaha dan doa : Kaya di Dunia dan Bahagia di Akhirat Sesuai Aturan Allah dan Nabi Muhammad
Oleh : H. Basa Alim Tualeka
Puisi:
"Kaya Dunia dan Bahagia di Akhirat"
Pendahuluan
Dalam Islam, kaya di dunia dan bahagia di akhirat adalah dua aspek yang saling melengkapi. Islam tidak hanya menekankan kehidupan yang berfokus pada spiritualitas tanpa menghiraukan kebutuhan material, tetapi juga mengajarkan keseimbangan antara kedua hal ini. Kehidupan yang ideal menurut Islam adalah kehidupan yang menggabungkan kekayaan materi yang diperoleh dengan cara halal dan kebahagiaan spiritual yang diperoleh melalui ketaatan kepada Allah.
1. Konsep Kekayaan dalam Islam
Kekayaan dalam Islam dianggap sebagai amanah dari Allah yang diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kaya bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk membantu orang lain, memenuhi kewajiban agama seperti zakat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kekayaan dianggap baik selama diperoleh dengan cara halal dan digunakan untuk kebaikan.
Dalil Al-Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Q.S. Al-Munafiqun 63:9)
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tidak menjadikan kekayaan sebagai penghalang untuk beribadah kepada Allah.
2. Pandangan Nabi Muhammad SAW tentang Kekayaan
Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pengusaha sebelum menjadi nabi, dan beberapa sahabatnya juga merupakan orang kaya. Namun, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa kekayaan yang benar adalah kekayaan hati. Kekayaan materi adalah alat untuk mendapatkan ridha Allah, bukan tujuan akhir.
Hadis Nabi Muhammad SAW:
"Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati."
Hadis ini mengajarkan bahwa kekayaan materi tidak boleh menjauhkan seseorang dari nilai-nilai keimanan dan kerendahan hati.
3. Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Islam sangat menekankan pentingnya menyeimbangkan kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Dalam hal ini, visi seorang Muslim adalah memperoleh kebaikan di dunia (harta yang halal, kesehatan, kedamaian) dan kebaikan di akhirat (keselamatan dari siksa neraka dan masuk ke surga).
Dalil Al-Qur'an (Surah Al-Baqarah 2:201):
"Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar."
Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka."
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk memohon kesejahteraan di dunia dan akhirat secara seimbang.
4. Program Kaya di Dunia, Bahagia di Akhirat
Berikut adalah langkah atau program yang bisa dijalankan untuk mencapai keseimbangan antara kaya di dunia dan bahagia di akhirat:
A. Program Mencari Rezeki yang Halal
Kerja Keras dan Cerdas: Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan cerdas dalam mencari nafkah, seperti berdagang, bertani, atau berinvestasi dalam sektor-sektor yang halal.
Menghindari Riba dan Korupsi: Islam melarang praktik riba (bunga berlebihan) dan korupsi karena merusak ekonomi dan menyebabkan ketidakadilan.
B. Program Menggunakan Harta untuk Kebaikan
Zakat dan Sedekah: Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Ini membantu membersihkan harta dan mendistribusikan kekayaan kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah, di sisi lain, adalah bentuk kedermawanan yang tidak terbatas pada jumlah tertentu dan dapat diberikan kapan saja.
Wakaf dan Amal Jariyah: Menginvestasikan harta untuk wakaf atau amal jariyah adalah bentuk investasi akhirat. Amal jariyah, seperti membangun masjid, sekolah, atau sumur, akan memberikan pahala yang terus mengalir bahkan setelah seseorang meninggal.
C. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menuntut Ilmu: Nabi Muhammad SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." Ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan untuk memajukan kehidupan ekonomi dan sosial umat Islam serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Pendekatan Filosofi Keseimbangan
Filosofi Islam tentang keseimbangan didasarkan pada konsep Mizan (timbangan), yang menggambarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta antara hak-hak manusia dan kewajibannya kepada Allah.
Dalil Al-Qur'an (Surah Al-Hadid 57:25):
"Dan Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan."
Ayat ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan dan keadilan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan kekayaan.
6. Dampak Kekayaan terhadap Kebahagiaan Akhirat
Kekayaan yang digunakan untuk ibadah dan kebaikan bisa menjadi jalan menuju surga. Kekayaan bukanlah masalah dalam Islam, tetapi bagaimana kekayaan itu digunakan. Islam mengajarkan bahwa harta yang dipergunakan untuk mendukung kegiatan ibadah dan membantu orang lain akan mendapatkan pahala besar di akhirat.
Hadis Nabi Muhammad SAW:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
Hadis ini mengajarkan bahwa kekayaan yang digunakan untuk membantu orang lain adalah bentuk amal yang akan mendatangkan kebahagiaan sejati di akhirat.
7. Kesimpulan
Islam mengajarkan bahwa menjadi kaya di dunia dan bahagia di akhirat adalah hal yang bisa dicapai secara bersamaan dengan mengikuti aturan Allah dan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Kaya di dunia bukanlah masalah, asalkan harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan. Dengan menjalankan prinsip-prinsip zakat, sedekah, wakaf, serta menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, umat Muslim dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat sesuai dengan kehendak Allah.
Kunci utamanya adalah mengelola kekayaan dengan bijak dan tidak menjadikannya sebagai tujuan utama, melainkan sebagai alat untuk memperoleh ridha Allah dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar