Membangun Kepercayaan Publik: Strategi Gerindra Menjadi Partai Pro-Rakyat, Bersih, dan Rendah Hati
Oleh : Basa Alim Tualeka (Obasa)
Puisi :
“Suara Dari Akar"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Dalam sistem demokrasi modern, keberlangsungan dan keberhasilan sebuah partai politik tidak lagi cukup hanya dengan kekuatan logistik, retorika panggung, atau pencitraan sesaat. Kepercayaan publik menjadi nilai tukar tertinggi dalam politik. Partai Gerindra, yang lahir dari semangat nasionalisme dan perjuangan untuk kedaulatan rakyat, kini menghadapi tantangan baru: bagaimana menjadi partai yang benar-benar dicintai rakyat, bukan sekadar dipilih saat pemilu.
Untuk menjawab tantangan ini, Gerindra harus menerapkan strategi pro-rakyat, meninggalkan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), dan membentuk model kepemimpinan yang rendah hati—berorientasi pada pelayanan, bukan kekuasaan.
1. Kembali ke Falsafah Dasar Gerindra
Partai Gerindra berdiri atas fondasi utama:
1. Nasionalisme yang inklusif
2. Keadilan sosial
3. Kedaulatan ekonomi rakyat
4. Perjuangan untuk hak rakyat kecil
Sebagaimana ditegaskan oleh pendirinya, Prabowo Subianto, Gerindra hadir sebagai partai yang melindungi petani, buruh, nelayan, dan rakyat tertindas. Namun idealisme ini tidak cukup jika tidak diimplementasikan secara nyata dalam struktur, kebijakan, dan sikap kader-kadernya.
2. Strategi Implementasi : Pro-Rakyat dan Anti-KKN
A. Rekonstruksi Etika Politik Internal
Menurut Prof. Siti Zuhro (LIPI), keberhasilan partai dalam membangun kepercayaan publik dimulai dari dalam: integritas kader, keteladanan pimpinan, dan ketegasan terhadap pelanggaran. Gerindra harus:
- Membentuk Komite Etik Partai yang independen.
- Menindak tegas kader yang terlibat korupsi, tanpa kompromi.
- Membuka akses informasi publik, termasuk laporan dana dan kegiatan.
B. Kepemimpinan yang Melayani
Filsuf Islam Al-Mawardi dalam kitab Al-Ahkam As-Sultaniyyah menyatakan bahwa pemimpin harus seperti “penggembala yang bertanggung jawab atas kawanan dombanya”. Dalam hadis Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian.” (HR. Muslim)
Kepemimpinan dalam Gerindra harus membumi: mendengar rakyat, hadir dalam penderitaan mereka, dan menjadi teladan dalam kesederhanaan.
C. Program Nyata, Bukan Janji Semata
Gerindra harus memimpin dengan kebijakan nyata yang menyentuh langsung rakyat kecil, seperti:
- Subsidi pupuk dan benih untuk petani.
- Kredit mikro untuk UMKM tanpa agunan tinggi.
- Pembangunan sekolah dan balai pelatihan keterampilan.
- Digitalisasi pelayanan desa dan akses internet gratis untuk daerah pelosok.
3. Pandangan Ahli dan Filosofi Politik
A. Jean-Jacques Rousseau
Dalam The Social Contract, Rousseau menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, dan setiap kekuasaan yang tidak berasal dari rakyat adalah tidak sah. Maka, partai politik tidak boleh menjauh dari rakyat.
B. Antonio Gramsci
Gramsci mengingatkan bahwa partai harus menjadi "organik", hidup dalam denyut masyarakat, bukan hanya muncul saat pemilu.
C. Pandangan Lokal - Obasa Leka
“Berpikirlah di waktu untuk berpikir, dan jangan dipakai bukan waktu berpikir.”
Ini filosofi yang relevan: pemimpin dan partai harus bijak membaca momentum, tahu kapan bicara dan kapan bekerja, serta tahu waktu untuk mendengar aspirasi rakyat.
4. Model Operasional Partai yang Efektif
- Aspek Rekrutmen Kader: Langkah Operasionalnya dengan prioritaskan tokoh lokal, guru, petani, pemuda aktif dan bersih.
- Aspek Pendidikan Politik: Langkah Operasionalnya dengan pelaksanaan pelatihan integritas, kepemimpinan melayani, dan anti korupsi.
- Aspek Transparansi: Langkah Operasionalnya dengan melaporkan semua pendanaan partai dan pengeluaran kampanye secara publik.
- Aspek Kehadiran di Rakyat: Langkah Operasionalnya membangun Posko rakyat yang aktif bantu layanan sosial dan advokasi.
- Aspek Kebijakan Fraksi: Langkah Operasionalnya semua anggota DPR/DPRD dari Gerindra wajib terjun ke dapil secara berkala.
5. Tantangan dan Solusi
A. Tantangan Internal yang di hadapi :
- Ego sektoral antar elite
- Politisasi pencalonan legislatif
- Resistensi dari kader lama terhadap reformasi
- Solusi Terbaik yang dapat di laksanakan :
- Buka forum dialog dan regenerasi terbuka.
- Rotasi jabatan dan pembatasan masa kepemimpinan.
- Audit berkala terhadap aktivitas kader dan keuangan partai.
Kesimpulan
Jika Partai Gerindra benar-benar ingin mendapatkan tempat di hati rakyat, maka ia harus menjelma menjadi partai yang melayani, bukan menguasai. Menjadi pro-rakyat bukan hanya jargon, tapi dibuktikan dengan kebijakan nyata, kepemimpinan yang rendah hati, dan keberanian meninggalkan praktik KKN.
Dengan strategi yang berpijak pada nilai-nilai Islam, filosofi kepemimpinan klasik, dan tata kelola partai modern, Gerindra bisa menjadi pelopor partai yang bersih, kuat, dan dicintai rakyat Indonesia. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar