Jumat, 27 Juni 2025

"UJUNG-UJUNGNYA SEMUA PERTIKAIAN DI DUNIA INI ADALAH EGO PEMIMPIN UNTUK HARTA, TAHTA, WANITA, DAN BUDAK."

“Ujung-Ujungnya Semua Pertikaian di Dunia Ini adalah Ego Pemimpin untuk Harta, Tahta, Wanita, dan Budak.”

Oleh : Basa Alim Tualeka (obasa)


Puisi:

"Ego Penguasa"

Mereka berkata, perang demi damai
Tapi darah menetes di tanah yang kering
Mereka berkhutbah tentang kebenaran
Tapi kebenaran dikubur bersama jeritan

Katanya demi rakyat, demi bangsa
Padahal demi harta yang tak pernah cukup
Emas, minyak, tambang, ladang
Semua direnggut, bumi merintih

Katanya demi kedaulatan, demi tahta
Tapi kursi jadi pusaka keluarga
Kudeta diam-diam, janji busuk
Rakyat dipaksa sujud di altar kekuasaan

Katanya demi cinta, demi kehormatan
Tapi wanita dijadikan trofi, dipaksa diam
Perdagangan tubuh di lorong gelap
Nafsu penguasa menoreh luka

Katanya demi kemajuan
Tapi manusia dijual jadi budak
Kontrak, utang, upah murah
Jari berdarah memintal pakaian kaya

Mereka menulis sejarah
Dengan tinta kebohongan
Mereka mendidik kita
Agar lupa bertanya

Dan kita di sini,
Masih percaya bendera dan slogan
Padahal perang hanyalah
Cermin ego penguasa

Harta. Tahta. Wanita. Budak.
Empat penjuru hasrat yang menjarah
Empat penjara bagi jiwa merdeka
Empat alasan untuk menolak tunduk

Bangkitlah, wahai manusia
Bongkar topeng mereka
Ajari anak-anak kita
Bahwa damai tak lahir dari senjata

Bahwa kebebasan sejati
Adalah menolak jadi pion
Bahwa kemanusiaan
Lebih tinggi dari hasrat satu orang

Hari itu akan datang
Ketika rakyat menolak diadu
Ketika bumi menolak dibakar
Ketika ego penguasa kalah oleh nurani manusia. (Obasa). 


Pendahuluan

Portal Suara Academia: Sejarah manusia penuh perang, penindasan, konflik berdarah. Di permukaan, para penguasa kerap membungkus alasannya dengan kata-kata indah: mempertahankan kedaulatan, menegakkan keadilan, membela agama, menjaga perdamaian.

Namun jika dikupas lebih dalam, akar dari pertikaian besar di dunia sering kali sama saja: ego para pemimpin yang mengejar harta, tahta, wanita, dan budak (kuasa atas orang lain).

Tema ini bukan hanya berlaku pada perang klasik, tapi juga konflik modern — bahkan yang tampak diplomatis.


Harta: Perebutan Kekayaan dan Sumber Daya

Sejarah perang sering dibakar oleh keserakahan akan harta:

  • Bangsa Eropa menjajah Asia, Afrika, Amerika demi emas, rempah, budak.
  • Perang modern berebut minyak, gas, mineral langka.
  • Sengketa wilayah laut atau darat untuk hasil tambang dan perikanan.

Contoh modern:

Invasi Irak 2003 diduga kuat untuk kendali minyak.

Konflik Laut Cina Selatan melibatkan potensi minyak dan gas.


Kata Pengamat:

“Imperialisme modern jarang angkat senjata demi demokrasi — sering demi profit.” (Noam Chomsky)


Tahta: Nafsu Kekuasaan dan Legitimasi

Selain harta, kekuasaan adalah dorongan abadi para penguasa.

Perebutan tahta antara dinasti, suku, partai.

Kudeta militer untuk menjatuhkan lawan.

Pemimpin yang menolak turun meski gagal.

Rekayasa pemilu untuk langgeng berkuasa.


Contoh:

Puluhan kudeta di Afrika pasca-kemerdekaan.

Politik dinasti dalam demokrasi semu.


Analisis ahli:

“Sejarah adalah kisah perebutan kekuasaan.” (Bertrand Russell)

“Elite membangun ketakutan agar rakyat rela dipimpin keras.” (Niccolò Machiavelli)


Wanita: Nafsu Seksual dan Simbol Status

Sejak zaman kuno, wanita dijadikan objek kekuasaan.

Raja dan sultan bangga memiliki harem.

Penjajahan sering melibatkan pemerkosaan sistematis.

Perdagangan manusia untuk prostitusi elite.

Kekerasan seksual sebagai senjata perang.


Zaman modern:

Skandal seks pejabat → alat pemerasan politik.

Industri seks yang mengeksploitasi perempuan demi pasar elit.


Pengamat:

“Hasrat seksual mendasari banyak perilaku manusia, termasuk elite.” (Sigmund Freud)

“Patriarki sistemik lahir dari kekuasaan lelaki atas perempuan.” (Yuval Noah Harari)


Budak: Menguasai Manusia Lain

Budak bukan hanya rantai di kaki — tapi sistem menguasai orang lain:

Budak literal pada masa Romawi, Amerika, Arab.

Kolonialisme menjadikan bangsa lain tenaga murah.

Kapitalisme ekstrim mengeksploitasi pekerja migran.

Perang modern menundukkan rakyat lewat utang, propaganda, penindasan.


Contoh modern:

Pabrik dengan upah rendah untuk merek-merek kaya.

Pekerja rumah tangga migran diperlakukan semacam budak.


Filosof:

“Manusia lain direduksi jadi komoditas.” (Karl Marx)

“Kekuasaan modern mengontrol tubuh dan pikiran.” (Michel Foucault)


Dalih: Ideologi, Agama, Nasionalisme

Agar motif kotor itu tampak suci, penguasa memakai:

  • Agama: perang suci, jihad, salib.
  • Nasionalisme: membela tanah air.
  • Demokrasi dan HAM: dalih intervensi.


✅ Rakyat dijadikan pion.

✅ Penguasa jadi pahlawan pura-pura.


Kata Edward Said:

“Orientalisme membenarkan penjajahan dengan dalih ‘misi peradaban’.”


George Orwell:

“Bahasa politik dibuat untuk membuat kebohongan terdengar benar.”


Analisis Ahli Demokrasi dan Kebijakan Publik

✅ Konflik bukan hanya soal rakyat, tapi elite.

✅ Mereka:

Merancang kebijakan demi bisnis pendukung.

Menggunakan militer untuk memaksa.

Membuat hukum yang melanggengkan dominasi.


Paul Collier (Oxford):

“Perang saudara sering lebih dipicu keserakahan elite daripada keluhan rakyat.”


Joseph Nye (Harvard):

“Soft power dan hard power digunakan untuk kepentingan nasional — yang sering artinya kepentingan elite.”


Kritik Kunci

🔎 Kenapa rakyat mau?

  • Minim pendidikan kritis.
  • Dimanipulasi media.
  • Dibutakan nasionalisme sempit.
  • Dikendalikan lewat agama tanpa pemahaman mendalam.


✅ Hasil akhirnya sama:

  • Elite makin kaya dan berkuasa.
  • Rakyat berkorban darah dan air mata.


Kesimpulan

Di balik layar sejarah dan berita konflik:

✔️ Harta → rakus sumber daya.

✔️ Tahta → tak mau kehilangan kuasa.

✔️ Wanita → pemuas nafsu dan status.

✔️ Budak → menguasai manusia lain.

Ideologi, agama, dan hukum jadi topeng.


Untuk dunia lebih adil, perlu:

✅ Pendidikan kritis.

✅ Partisipasi rakyat sadar.

✅ Solidaritas lintas bangsa.

✅ Membongkar topeng elite yang menjual rakyat demi ego mereka.


Penutup

Perang adalah cara untuk sedikit orang menjadi kaya dan berkuasa dengan harga darah orang banyak.” (disarikan dari berbagai pengamat sejarah)

Tugas generasi sekarang adalah mengenali, membongkar, dan menghentikan pola itu. (Alim Academia)



Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga :

Translate

Cari Blog Ini