Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Relevan, Responsif, dan Berdaya Ubah
𝗢𝗹𝗲𝗵 : 𝗕𝗮𝘀𝗮 𝗔𝗹𝗶𝗺 𝗧𝘂𝗮𝗹𝗲𝗸𝗮 (𝗼𝗯𝗮𝘀𝗮)
𝗣𝘂𝗶𝘀𝗶 :
"Dari Merdeka ke Bermakna”
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Transformasi pendidikan tinggi Indonesia telah memasuki fase penting sejak diluncurkannya kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. MBKM membawa angin segar dalam dunia pendidikan tinggi melalui otonomi belajar, fleksibilitas kurikulum, serta pembelajaran di luar kampus.
Namun, di tengah implementasi yang luas, muncul pertanyaan reflektif:
Apakah kampus telah memberi dampak nyata bagi masyarakat, bangsa, dan dunia?
Inilah saatnya kita menggeser arah dari sekadar Kampus Merdeka menjadi Kampus Berdampak — kampus yang tidak hanya bebas dan mandiri, tetapi juga relevan, solutif, dan berkontribusi nyata.
I. Dari Kebebasan Menuju Kebermanfaatan
Pandangan Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd. (Ahli Pendidikan Nasional)
“Kemerdekaan belajar hanya bermakna jika menghasilkan manusia pembelajar yang berempati, tidak hanya kompeten secara kognitif, tapi juga kontributif secara sosial.”
Kampus tidak cukup menjadi institusi yang bebas kurikulum dan metode, tetapi harus menghasilkan lulusan yang membawa perubahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Konsep ini sejalan dengan esensi civic education dan education for sustainable development.
II. Relevansi dan Konektivitas Sosial
Pandangan Prof. Dr. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. (Direktur Jenderal Diktiristek Kemendikbudristek)
“Kampus Berdampak berarti kampus yang mampu menjawab persoalan bangsa. Bukan hanya menghasilkan pengetahuan, tapi menjadikan pengetahuan itu hidup dalam masyarakat.”
Langkah menuju kampus berdampak antara lain:
- Mengintegrasikan riset dengan kebutuhan masyarakat lokal,
- Mengembangkan learning ecosystem bersama mitra industri dan komunitas,
- Mendorong pengabdian masyarakat berbasis keilmuan yang applicable.
III. Riset dan Inovasi yang Transformatif
Pandangan Prof. Dr. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, MSEE. (Pakar Teknologi dan Inovasi, ITB)
“Riset kampus harus berpindah dari laboratorium ke lapangan. Dari jurnal ke implementasi. Inovasi tidak boleh berhenti pada paten, tapi harus berdampak bagi rakyat.”
Kampus berdampak adalah kampus yang:
- Memiliki unit hilirisasi riset,
- Menumbuhkan start-up berbasis teknologi lokal,
- Melibatkan mahasiswa dalam riset untuk desa, UMKM, atau lingkungan hidup.
IV. Penguatan Karakter dan Etika Sosial
Pandangan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Cendekiawan Muslim dan Rektor UIII)
“Kampus harus menjadi taman kebajikan. Intelek tanpa akhlak melahirkan kerusakan. Kampus berdampak adalah kampus yang menumbuhkan karakter.”
Pendidikan tinggi perlu kembali pada nilai-nilai dasar: kejujuran, tanggung jawab, kolaborasi, dan keberpihakan pada yang lemah. Lembaga pendidikan harus menanamkan integritas, bukan hanya kecerdasan.
V. Kolaborasi dan Ekosistem Pembelajar
Pandangan Prof. Anies Baswedan, Ph.D. (Pakar Kebijakan Pendidikan)
“Masa depan milik mereka yang membangun jejaring. Kampus yang berdampak adalah kampus yang terkoneksi.”
Kampus harus:
- Menjadi hub kolaboratif, bukan hanya tempat transfer ilmu,
- Membangun jaringan strategis dengan sekolah, pemda, industri, dan LSM,
- Membuka ruang mahasiswa untuk menjadi co-creator, bukan hanya peserta belajar.
VI. Transformasi Digital yang Humanis
Pandangan Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc. (Kepala BRIN sebelumnya, ahli AI dan inovasi)
“Transformasi digital dalam pendidikan harus tetap memanusiakan manusia. Kampus berdampak bukan yang sekadar canggih, tapi yang tetap peduli.”
Digitalisasi kampus bukan sekadar platform daring, melainkan:
- Sistem pendukung pembelajaran yang adaptif,
- Akses inklusif untuk semua lapisan mahasiswa,
- Teknologi yang mendekatkan kampus ke masyarakat, bukan menjauhkan.
Rekomendasi Strategis Menuju Kampus Berdampak
1. Audit Dampak Sosial Akademik Tahunan
Setiap program studi dan unit pengabdian masyarakat harus mengukur output dan dampak nyata secara periodik.
2. Penguatan Peran Alumni dan Mitra Strategis
Alumni tidak hanya penyumbang dana, tetapi mitra transformasi yang relevan di lapangan kerja dan komunitas.
3. Reformulasi Kurikulum Humanis dan Kontekstual
Kurikulum harus adaptif, kontekstual dengan tantangan daerah dan global, serta memperkuat aspek nilai dan aksi nyata.
4. Penumbuhan Inovasi Sosial dan Teknologi
Hadirkan wadah seperti kampuspreneur center, teknopark, dan desa binaan sebagai laboratorium dampak.
5. Penguatan Citra dan Komunikasi Publik Kampus
Kampus berdampak harus terlihat dan dirasakan. Maka, komunikasi strategis dan literasi publik menjadi penting.
Penutup
“Dari Kampus Merdeka menuju Kampus Berdampak” adalah langkah transformatif untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Pendidikan tinggi bukan hanya tempat mencetak sarjana, tetapi lahan subur untuk menanamkan perubahan sosial, nilai kemanusiaan, dan inovasi yang menyentuh akar rumput.
Merdeka adalah fondasi,
Dampak adalah tujuan.
Saatnya kampus di Indonesia tidak hanya mengajar, tapi mengubah.
Tidak hanya meluluskan, tapi mempengaruhi arah zaman. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar