Pengelolaan Industri Hirisasi Berbasis Sumber Daya Alam
Oleh: Basa Alim Tualeka (Obasa)
Puisi:
"Laut Maluku Bangkit"
Pendahuluan
Portal Suara Academia: Provinsi Maluku dikenal sebagai Provinsi Kepulauan yang terdiri atas lebih dari 1.340 pulau dengan luas laut mencapai 92,4% dari total wilayah. Potensi perikanan tangkap, perikanan budidaya, rempah, minyak-gas, hingga pariwisata bahari yang luar biasa belum sepenuhnya dikelola secara optimal. Salah satu hambatan utama adalah sistem sentralisasi kebijakan dan keterbatasan kewenangan daerah dalam mengelola sumber daya laut secara utuh.
Apabila Provinsi Maluku diberikan Otonomi Khusus Kelautan, maka Maluku memiliki peluang besar untuk bangkit sebagai poros ekonomi maritim Indonesia Timur, sekaligus menjadi pintu gerbang perdagangan internasional di kawasan Pasifik.
Potensi Sumber Daya Maluku
1. Perikanan dan Kelautan
Potensi lestari ikan: 1,64 juta ton/tahun (sekitar 26% potensi perikanan nasional).
Saat ini baru dimanfaatkan ± 30%.
2. Pertanian & Perkebunan
Rempah-rempah (pala, cengkeh, kayu manis) dengan kualitas ekspor premium.
Lahan kelapa potensial 500 ribu ha.
3. Energi & Tambang
Migas (Blok Masela dengan cadangan gas 10,73 TCF).
Potensi energi terbarukan (panas bumi, angin, surya, laut).
4. Pariwisata Bahari
Raja Ampat-nya Maluku: Banda, Kei, dan Seram.
Atraksi budaya masyarakat adat kepulauan.
Kebijakan dan Otonomi Khusus Kelautan
Otonomi khusus kelautan memberikan:
- Hak penuh pengelolaan laut hingga 12 mil untuk provinsi, dan 4 mil untuk kabupaten/kota.
- Dana bagi hasil (DBH) kelautan lebih besar bagi daerah penghasil.
- Regulasi daerah untuk tata kelola pelabuhan, ekspor-impor hasil laut, serta investasi maritim.
- Kelembagaan otoritas maritim Maluku sebagai pusat kendali ekonomi laut.
Strategi Industrialisasi & Hilirisasi
1. Industri Perikanan
Pembangunan Integrated Fish Processing Zone (IFPZ) di Ambon, Tual, Dobo, dan Saumlaki.
Produksi ikan beku, filet, kaleng, pakan ikan untuk ekspor Asia & Eropa.
2. Hilirisasi Rempah
Pala → minyak atsiri, farmasi, kosmetik.
Cengkeh → rokok kretek premium, flavor industri makanan.
3. Energi & Migas
Gas Blok Masela → LNG ekspor Jepang, Korea, China.
Downstream → pupuk, methanol, amonia.
4. Pariwisata Bahari Premium
Pembangunan eco-resort, cruise port, dan konektivitas kapal pesiar internasional.
Simulasi Kontribusi Ekonomi Maluku (2026–2036)
Artinya, dengan Otonomi Khusus Kelautan, PDRB Maluku dapat tumbuh 6–7 kali lipat dalam 10 tahun.
Pandangan Pakar & Akademisi
1. Prof. Dr. La Ode Kamaluddin (Ekonom Maritim)
“Maluku bisa menjadi seafood hub dunia jika diberikan otonomi khusus kelautan. Pemerintah pusat harus berani melepas sebagian kewenangan ke provinsi agar percepatan pembangunan bisa terjadi.”
2. Dr. Rosita Uktolseja (Ahli Kebijakan Publik Maluku)
“Kebijakan otonomi khusus kelautan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal keadilan fiskal bagi masyarakat kepulauan yang selama ini termarjinalkan.”
3. Analisis Kebijakan (Obasa)
“Dengan industrialisasi dan hilirisasi berbasis SDA kelautan, Maluku bukan lagi hanya ‘pemasok bahan mentah’, melainkan produsen produk bernilai tambah tinggi untuk pasar internasional.”
Penutup
Otonomi Khusus Kelautan bagi Maluku adalah jalan strategis menuju kebangkitan ekonomi kepulauan. Dengan pengelolaan sumber daya laut berbasis industri dan hilirisasi, Maluku dapat menjadi:
- Lumbung ikan nasional,
- Pusat rempah dunia,
- Produsen energi strategis,
- Destinasi wisata bahari kelas dunia.
Keberhasilan ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap PDRB nasional, sekaligus menyejahterakan masyarakat Maluku di tanah leluhur mereka. (Alim Academia)
Portal Suara Academia hadir sebagai platform akademis berkualitas dengan artikel ilmiah, diskusi panel, dan ulasan buku oleh Profesional dan Akademisi terkemuka, dengan standar tinggi dan etika yang ketat.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar